“Mas Adim buruan mandinya!” Untuk kesekian kalinya aku menggedor pintu kamar mandi. Sudah lima belas menit berlalu, Mas Adim belum juga keluar, padahal dia sudah janji akan mandi cepat-cepat. “Mas! Buruan! Mas Ad—“ kalimatku terhenti ketika Mas Adim membuka pintu kamar mandi dari dalam, lalu tampaklah wujudnya yang hanya memakai handuk sebatas pusar sampai atas lutut. “Udah lapar...”Aku meringis, lalu mundur satu langkah, memberikan jalan untuk Mas Adim. “Sabar dong, La. Sebelum mandi perutku mules soalnya. Ini juga mandinya udah super kilat pake banget.” Mas Adim keluar dari kamar mandi, lalu dengan santainya melepas handuknya sebelum benar-benar masuk walk in closet. “Mas! Bisa-bisanya—“ “Udah pakai celana kali, La. Lagi pula, misal nggak pakai juga kamu udah hapal bentukanya d