Aku merasa tidurku terusik, ketika kurasakan sebelah tanganku digoyangkan beberapa kali. Mataku terasa enggan terbuka karena saat ini kepalaku terasa sangat berat. “La, bangun bentar, ya?” Kali ini aku langsung membuka mata begitu mendengar suara berat milik Mas Adim beribisik di telingaku. “Loh, kok udah rapi— duhhh!” Aku reflek memegangi kepalaku ketika berusaha bangun, namun yang kurasakan justru kepala yang terasa sangat pening. “Hati-hati, La.” Mas Adim membantuku untuk duduk, lalu menata bantal untuk sandaran. Sejak acara muntah semalam, badanku terasa sangat lemas dan kepalaku juga pusing bukan main. “Mas Adim udah mau berangkat kerja, ya?” tanyaku, yang langsung dijawab dengan anggukan. Saat ini Mas Adim tampak sudah rapi dengan stelan kantornya dan siap berangkat. Aku