Epilog

1475 Kata

                “Mbak Shila, aku kok deg-degan, ya?” lagi dan lagi, Riri mengepit erat tanganku ketika sore itu untuk pertama kalinya, Riri mau aku ajak main ke rumah.                 Sebelum ini, Riri selalu menolak dengan alasan tidak enak kalau main ke rumah Mas Adim, soalnya dia berisik. Jadi, ketika dia ingin melihat anakku, dia menunggu sampai aku membawanya ke kantor, atau ketika aku sedang di rumah orang tua. Memang ada-ada saja anak itu. Padahal di mana pun juga, sama saja. Oh iya, ngomong-ngomong setelah melahirkan, aku tidak lagi tiap hari berangkat kantor. Dalam satu bulan, mungkin aku hanya berangkat kerja tiga sampai lima hari. Selebihnya, aku mengerjakan semuanya di rumah.  Sebenarnya Mas Adim sempat memintaku resign dan fokus mengurus Dila, tapi aku tidak mau. Aku tet

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN