Tubuh Airin terdorong ke dinding di belakangnya dengan bibirnya yang masih bertautan dengan bibir pria itu. Arkan melesakan lidahnya ke dalam mulut Airin, membuat napas gadis itu megap-megap. “Om!” sentak Airin dengan memukuli d**a Arkan. Arkan menghentikan ciumannya, tetapi malah bergantian mencumbui leher Airin. Tangannya pun tak tinggal diam meremas buah d**a gadis itu yang dia yakin agak lebih berisi dari terakhir kali dia meremasnya. Oh, Arkan sudah tidak sabar untuk memasuki gadis ini lagi. Airin yang sudah sedikit mabuk menghentikan pukulannya pada tubuh lelaki itu, dan malah menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh Arkan di tubuhnya. “Kita ke tempat lain, ya?!” bisik pria itu di telinga Airin. Dengan bodohnya kepala gadis itu hanya mengangguk saja. Menuruti permintaan