Airin terpaksa manut pada perintah Arkan yang memintanya untuk beristirahat di apartemen pria itu. Keadaannya masih belum stabil, seperti malam ini dia menggigil kedinginan padahal AC sudah dimatikan. Ponselnya sejak tadi berdering tanda panggilan masuk, tetapi Airin sama sekali tidak mengangkatnya. Tubuhnya masih terlalu lemah untuk mengambil benda pipih pintar itu walau hanya berjarak kurang dari beberapa langkah dari ranjang. Sebelum pergi dengan baik hatinya Arkan mengisikan daya pada ponselnya karena hampir mati. Airin memeluk selimut dengan sangat erat. Arkan yang tengah sibuk di ruang kerjanya, mendengar suara dering telepon yang dia yakin dari ponsel Airin. Kemudian dia pun menyudahi pekerjaannya dan berniat ke kamar untuk mengecek keadaan gadis itu. Setibanya di kamar, dia