Cia bekerja lebih keras setelah hari itu. Ia menyelesaikan pola pakaian Ilham lalu mulai menjahitnya. Ia ingin membuat karya terbaiknya, tetapi pikirannya tak bisa tenang karena ia merasa Soni masih marah padanya. Cia bisa merasakan perbedaan yang sangat signifikan dari suaminya itu. Jika dulu Soni banyak tersenyum, kini Soni masih seperti robot. Mereka bercinta beberapa kali dalam tiga hari ini, tetapi itu benar-benar seperti pelampiasan saja. Dan alih-alih merasa senang, Cia justru kesal. Ia tak mengatakan itu pada Soni karena ia tak ingin tambah menyinggung Soni. "Dasar sensitif, posesif dan cemburuan," gerutu Cia pagi itu. Ia baru saja melepas kepergian Soni ke kantor. Dan kini, ia hanya berdiri menatap mobil Soni yang baru saja lenyap dari pandangan. "Aku harus gimana? Harusnya Om