Hari yang mendebarkan akhirnya tiba. Cia benar-benar tak ingin Soni pergi, jadi ia sangat sedih ketika memasukkan beberapa helai pakaian Soni ke dalam koper. Ia menunggu Soni yang tengah mandi dengan hati gelisah. Mendadak, ia sangat ingin ikut Soni saja. Atau mungkin ia akan menyusul Soni nantinya jika pekerjaannya telah selesai. Membayangkan itu membuat Cia menjadi bersemangat bekerja. "Sayang, kamu jangan lupa masukin jaket aku yang biru," kata Soni ketika ia keluar dari kamar mandi. "Udah semua. Kaos kaki juga udah, Om. Ini mau bawa apa lagi?" tanya Cia seraya berdiri. "Ya, udah. Udah disiapin semua," kata Soni. Ia mendekati Cia lalu memeriksa kopernya yang belum tertutup. "Paspor sama tiket jangan ketinggalan, Om," ujar Cia. "Nggak, udah di tas aku, Sayang." Soni merasakan tangan