"Kapan kamu hamil, Sarah? Kalian sudah menikah tiga tahun. Apa kamu memang sengaja memakai KB agar tidak hamil?" tanya Seina saat putra dan menantunya berkunjung ke rumah.
Sarah memutar bola matanya malas. "Aku nggak pakai KB, Ma. Mungkin, memang kita masih belum dikasih sama Tuhan."
Seina mencebikkan bibirnya. "Kalau kamu nggak pakai KB, kenapa kamu belum hamil juga? Atau, jangan-jangan, kamu mandul, ya."
Keanu menghela napas panjang. Setiap dia datang ke rumah mamanya, selalu saja wanita itu menanyakan hal yang sama. Bahkan tak jarang, dia harus bertengkar dengan Sarah karena masalah ini.
"Ma, kita sudah ke dokter. Dan kata dokter, kami berdua sehat. Tidak ada masalah pada kami berdua," bohong Keanu. Dia juga tak tega jika istrinya terus disudutkan oleh mamanya.
"Pokoknya mama nggak mau tahu, dalam satu tahun ke depan, sarah harus sudah hamil. Kalau tidak, mama akan menjodohkan kamu dengan wanita lain yang subur dan bisa melahirkan cucu untuk mama," kata Seina yang sudah kesal dengan menantunya.
Sebenarnya, Seina juga tidak ingin mengancam demikian. Namun, melihat padatnya jadwal syuting sang menantu, dia yakin kalau Sarah memang menunda kehamilannya. Kasihan putranya kalau sampai seumur hidupnya dia tidak memiliki anak. Sedangkan adiknya saja sudah memiliki dua anak.
---
Setelah pulang dari rumah mertuanya, Sarah terus berpikir. "Aku harus mencari cara agar aku bisa punya anak, tanpa harus mengandung. Aku tidak mau badan aku gendut karena hamil. Bisa-bisa semua kontrakku dibatalkan hanya karena aku hamil."
Sarah memijat pelipisnya. Tiba-tiba, terlintas ide untuk mencari surrogate mother. Senyum pun terbit di bibir cantiknya. Sarah pun mengambil gawainya dan memulai pencarian lewat Mbah Gogo tentang surrogate mother. Setelah berhasil menemukannya, Sarah pun mengirim pesan pada asistennya untuk meng-cancel semua kegiatannya hari ini. Dia ingin ke klinik fertilitas dan bertanya tentang 'surrogate mother'
Setelah diberi penjelasan oleh dokter, Sarah pun setuju. Dan menyuruh klinik itu untuk membuat iklan tentang program itu. Dan kini, Sarah hanya tinggal membujuk Keanu untuk menyetujui idenya.
---
"Aku bilang tidak, Sarah!" suara Keanu terdengar tajam. "Aku tidak setuju dengan ide ini."
Sarah mendengus kesal. "Apa salahnya mencoba? Ini bukan masalah besar seperti yang kamu bayangkan."
Keanu berdiri dengan tangan terkepal. "Bukan masalah besar? Kamu ingin seorang wanita asing mengandung anak kita, dan menurutmu itu tidak masalah?"
Sarah menatapnya tajam. "Aku tidak peduli apa yang kamu pikirkan, Keanu. Aku sudah lelah!"
"Lelah apa?" Keanu menyipitkan matanya.
"Lelah ditanya kapan punya anak oleh semua orang, terutama mama Seina!" Sarah menyebut nama ibu mertuanya dengan nada penuh frustrasi. "Setiap kali kita datang ke rumahnya, dia selalu menatapku seolah aku ini perempuan mandul yang nggak berguna."
Keanu menghela napas berat. "Kamu tahu Mama memang seperti itu. Bahkan sejak awal kita menikah, Mama juga ingin kita segera memiliki anak. Jangan terlalu diambil pusing."
Sarah bangkit dari duduknya, wajahnya memerah karena amarah. "Kamu mungkin bisa mengabaikannya, tapi aku tidak! Dia ibu kamu, Keanu! Dia terus menuntutku punya anak secepatnya, seolah itu sepenuhnya tanggung jawabku!"
"Jadi solusinya cari ibu pengganti?" Keanu menggeleng tidak percaya. "Ini keputusan besar, Sarah. Bukan seperti memesan makanan di restoran."
Sarah mengusap wajahnya yang mulai basah oleh air mata. "Aku nggak kuat lagi, Keanu. Setiap hari aku merasa tertekan. Bahkan teman-teman arisan mama kamu sudah mulai berbisik-bisik soal kenapa aku belum juga hamil. Aku nggak mau lagi hidup seperti ini."
Keanu terdiam. Ia tahu betapa keras kepala istrinya. Namun, keputusan ini tetap sulit diterima olehnya.
"Kita masih bisa mencoba sendiri," ujar Keanu dengan nada lebih lembut, mencoba mencari kompromi.
Sarah menatapnya dengan mata penuh luka. "Sudah tiga tahun, Keanu. Berapa kali kita harus mencoba lagi? Berapa kali aku harus berharap hanya untuk kecewa?"
Keanu mengatupkan rahangnya. Ia tidak tahu harus berkata apa.
"Dan kamu tahu apa yang paling menyakitkan?" lanjut Sarah dengan suara bergetar. "Mama selalu menyalahkanku. Dia bilang aku ini mandul. Padahal kita sama-sama tahu masalah ini nggak cuma di pihakku."
Keanu menatap wajah cantik istrinya yang basah oleh air mata. Dia tahu bagaimana tertekannya sang istri tiap kali sang mama menanyakan kapan dia hamil. Namun, tetap saja, sudut hatinya masih merasa ragu untuk melakukan hal ini.
"Aku sudah berkonsultasi dengan dokter di klinik yang terpercaya," ucap Sarah akhirnya. "Dia bisa menjamin kalau keberhasilan program ini 90% berhasil."
"Tapi bagaimana kalau wanita yang kita sewa ternyata rahimnya tidak subur?" Keanu menatap Sarah tajam.
"Maka dari itu, sebelum kita menanamkan embrio kita pada rahimnya, wanita itu akan diperiksa oleh dokter terlebih dahulu. Jadi, kita tidak sia-sia membayarnya," balas Sarah.
"Lalu, bagaimana setelah itu? Apa dia akan tinggal bersama kita, atau dia tinggal di tempat dia sendiri?" tanya Keanu yang masih belum yakin dengan keputusan istrinya.
"Kalau kamu setuju, dia akan tinggal bersama kita. Jadi, kita bisa ikut memantau kehamilannya. Tapi, kalau kamu tidak setuju, kita bisa menyewakan dia apartemen. Jadi, sewaktu-waktu, aku bisa datang kesana untuk memenuhi semua kebutuhannya," ucap Sarah tanpa berpikir bagaimana ke depannya nanti.
Keanu terdiam cukup lama. Ia tahu Sarah pasti akan terus membujuknya jika dia menolaknya.
"Kamu yakin dengan keputusan ini?" tanya Keanu akhirnya.
Sarah mengangguk dengan mantap. "Aku yakin. Kita berdua berhak bahagia, Keanu. Dan ini jalan menuju kebahagiaan itu."
Keanu menghela napas panjang, merasa terjebak dalam situasi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. "Baiklah," katanya dengan suara berat. "Kalau memang ini yang kamu mau, kita lakukan."
Mata Sarah berbinar meski wajahnya tetap penuh ketegangan. "Terima kasih, Keanu."
Wanita itu bahkan mencium dan memeluk Keanu karena saking bahagianya.
---
Beberapa minggu kemudian, Sarah dan Keanu duduk di ruang konsultasi klinik fertilitas. Mereka mendengarkan penjelasan Dokter Anya tentang proses ibu pengganti dengan serius.
"Sesuai prosedur, kami akan mencari kandidat yang sehat dan memenuhi syarat untuk menjadi ibu pengganti. Proses ini biasanya memakan waktu beberapa minggu hingga semua tes selesai," jelas Dokter Anya.
Sarah mengangguk sambil menggenggam tangan Keanu erat. Namun, pria itu tetap terlihat tegang.
"Berapa besar risiko kegagalan proses ini?" tanya Keanu dengan nada datar.
"Kegagalan selalu ada kemungkinan, tapi kami menggunakan teknologi terbaik untuk meminimalkan risiko tersebut," jawab Dokter Anya.
Sarah mencoba tersenyum menenangkan. "Aku yakin semuanya akan berjalan lancar."
Keanu hanya diam. Dalam hatinya, ia masih merasa berat menerima keputusan ini, meskipun sudah terlanjur menyetujui permintaan Sarah.
"Ada satu lagi yang perlu diketahui," tambah Dokter Anya. "Kami memiliki kandidat yang baru saja mendaftar. Dia tampaknya sangat membutuhkan pekerjaan ini. Besok kami menyuruh dia datang kesini untuk memeriksa kesehatannya."
"Siapa dia?" tanya Sarah dengan antusias.
"Namanya Sisil," jawab Dokter Anya sambil menyerahkan sebuah berkas.
Keanu mengambil berkas itu dengan ekspresi datar. Namun, begitu melihat nama dan foto yang terlampir, matanya membelalak.
"Sisil?" gumamnya tak percaya.
Wajah Keanu berubah pucat. Dunia seakan berhenti berputar. Sahabatnya yang ternyata memiliki rasa padanya menjadi ibu pengganti untuk anaknya.