Bab 5

931 Kata
"Apakah aku boleh melakukannya?" Tanpa sadar, Sisil mengangguk. Lelaki itu pun memyatukan bibir mereka. Tubuh Sisil menegang seketika. Seolah tersengat listrik ribuan volt saat bibir Keanu mulai menjelajah rongga mulutnya. Sisil yang baru pertama kali merasakan ciuman tak mampu mengimbangi dahsyatnya ciuman Keanu. Tak ingin buru-buru menyatukan tubuhnya, Keanu justru terus memberikan Sisil sentuhan yang membuat wanita itu mabuk kepayang. "Mas ..." desahnya. Desahan dan erangan pun memenuhi ruangan itu. Dinginnya ac tak mampu menghalau hawa panas yang menguar dari tubuh keduanya. Keanu mengecup kening istri keduanya setelah lelaki itu telah mencapai puncaknya. Dia pun menarik tubuh Sisil ke dalam pelukannya. Hening menyelimuti kamar mewah itu. Sisil memeluk tubuh suaminya yang polos tanpa sehelai benang pun. Air mata tiba-tiba menetes di pipi wanita cantik itu. Ada rasa bersalah yang menekan dadanya. "Aku sudah mengkhianati Sarah," bisiknya dengan penuh penyesalan. Meskipun awalnya hubungan ini hanyalah sebuah perjanjian demi kehamilan sebagai ibu pengganti, Sisil tahu bahwa perasaan Keanu dan dirinya telah melewati batas yang seharusnya. Dan sekarang, dia tidak bisa membohongi diri sendiri lagi. Keanu mengusap air mata di pipi sang istri. Dia kecup kening, pipi, hidung, dan juga bibir istri keduanya itu. "Sayang, kamu kenapa? Apa kamu menyesal telah melakukannya?" tanya Keanu sambil mengusap lembut punggung istrinya. Sisil menelan ludah, mencoba mengatur napasnya yang berat. "Mas... apa kita udah keterlaluan?" Keanu mengerutkan dahi. "Maksud kamu?" "Kita udah melanggar perjanjian itu, Mas," ucap Sisil dengan suara gemetar. "Awalnya aku cuma ibu pengganti. Tapi sekarang... aku nggak tahu lagi, apa posisi aku di hidup Mas." Keanu menarik napas dalam, lalu mencium pucuk kepala rambut istrinya. "Aku yang bawa kamu ke posisi ini. Jangan salahkan diri kamu." "Tapi Sarah..." Sisil menunduk, suaranya lirih. "Aku ngerasa udah ngerebut sesuatu yang bukan hakku. Dia istri sah kamu, Mas. Aku nggak pernah mau jadi orang ketiga." Keanu terdiam sejenak sebelum akhirnya berbicara dengan nada tegas. "Kamu nggak ngerebut apa-apa, Sayang. Aku yang buat keputusan ini. Kalau ada yang salah, aku yang tanggung jawab." Air mata Sisil mengalir tanpa bisa ditahan lagi. "Aku cuma takut, Mas. Kalau Sarah tahu, aku nggak tahu apa yang akan terjadi sama kita, sama calon bayi ini nanti." Keanu memeluk Sisil erat, seolah mencoba menenangkan gemuruh di hatinya juga. "Kita akan hadapi ini bersama. Kamu dan calon bayi kita adalah prioritas aku sekarang." --- Meski kata-kata Keanu seolah memberikan jaminan perlindungan, hati Sisil tetap dihantui rasa bersalah. Bagaimana pun juga, Sarah adalah istri Keanu yang sah di mata hukum dan masyarakat. Ketika malam semakin larut, Sisil menatap wajah tampan suaminya yang sudah terlelap. Dia usap wajahnya yang basah oleh air mata. "Tuhan, apa aku ini perempuan jahat?" tanyanya dalam hati. Ingatan tentang perjanjian awal mereka terus berputar di pikirannya. Sisil hanya ingin membiayai ibunya agar bisa segera operasi, bukan menghancurkan rumah tangga orang lain. Tapi semua berubah begitu cepat tanpa bisa ia kendalikan. Akan tetapi balik semua itu, ada sisi lain dari hatinya yang perlahan tumbuh—perasaan pada Keanu yang tak bisa lagi ia pungkiri. "Aku harus kuat. Demi bayi ini." --- "Sayang, kamu dimana? Aku bawa buah kesukaanmu, nih!" teriak Keanu. Lelaki itu melangkah masuk ke apartemen istri keduanya dengan sekotak besar stroberi segar di tangannya. Mata Sisil langsung berbinar begitu melihat buah favoritnya yang sejak kehamilan sering ia idam-idamkan. Ya, sebulan kemudian, Sisil dinyatakan hamil. Entah karena proses inseminasi, atau karena penyatuan yang mereka lakukan. "Mas," panggil Sisil riang sambil menghampirinya. "Kamu bawa stroberi lagi?" Keanu tersenyum tipis, meletakkan kotak stroberi itu di meja dapur. "Katanya bayi kita suka stroberi, ya?" candanya sambil mengusap perut Sisil yang mulai membuncit. Sisil tertawa kecil meski wajahnya memerah. "Itu bukan bayi kita, Mas, itu aku yang ngidam." "Ya udah, kalau gitu nanti aku borong semua stroberi di supermarket buat kamu," balas Keanu sambil mencubit hidungnya pelan. Kehangatan yang tumbuh di antara mereka makin terasa nyata sejak kabar kehamilan Sisil diumumkan secara resmi oleh dokter. Keanu mulai menunjukkan perhatian lebih. --- Bahkan, ketika Sarah harus syuting ke luar kota untuk proyek iklan terbarunya, Keanu selalu menginap di apartemen Sisil. Bukan hanya sekadar mengawasi kondisi kehamilannya, tetapi juga karena ia merasa lebih nyaman di sana. Malam itu, mereka duduk di balkon apartemen sambil menikmati secangkir teh hangat. Kota yang biasanya ramai kini terasa tenang, hanya ditemani gemerlap lampu-lampu jalanan. "Mas, kalau Sarah tahu soal ini..." Sisil berhenti sejenak, menggigit bibir bawahnya ragu. Keanu menoleh padanya. "Aku yang tanggung jawab, Sisil. Jangan pikirin itu." "Tapi aku takut. Apa aku salah udah melakukan semua ini?" Sisil menunduk, suaranya lirih. Keanu menarik napas dalam. "Kamu nggak salah. Aku yang ambil keputusan ini. Dan aku akan pastikan kamu dan bayi kita aman." Mereka terdiam sesaat, hanya suara angin malam yang mengisi kekosongan di antara mereka. Keanu menggenggam tangan Sisil erat, memberikan keyakinan yang ia tahu Sisil butuhkan. --- "Ayo kita masuk! Angin malam tak baik untuk ibu hamil," ajak Keanu. Lelaki itu menggandeng tangan sang istri masuk ke dalam kamar. Sisil duduk di tepi ranjang. Pikirannya penuh dengan perasaan bersalah dan ketakutan. "Mas, apa kita ini nggak terlalu jauh?" tanya Sisil pelan. "Aku takut Sarah tahu." Keanu duduk di sampingnya, menggenggam tangannya erat. "Kamu cuma perlu percaya sama aku, Sisil." Tiba-tiba, ponsel Keanu bergetar. Nama Sarah terpampang di layar. Wajah Keanu berubah serius saat melihat pesan yang masuk. "Aku sudah ada di rumah. Syutingnya sudah selesai. Kamu dimana, kenapa di rumah nggak ada orang? Jangan bilang kalau kamu ada di apartemen wanita itu!" Keanu menatap Sisil dengan mata yang penuh kekhawatiran. "Sarah pulang." Sisil merasakan darahnya berdesir. "Bagaimana jika dia tahu kamu tidur disini, Mas?" Tak lama, suara gedoran pintu terdengar. "Keanu! Buka pintunya! Aku tahu kamu ada di dalam!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN