"Sisil! Buka pintunya sekarang juga!"
Suara ketukan keras menggema di ruangan. Ketukan itu semakin lama semakin brutal, seolah pintu itu akan jebol jika tidak segera dibuka.
Jantung Sisil berdegup kencang mendengar suara yang familiar itu—Sarah. Napasnya tertahan di tenggorokan. Apa yang dilakukan istri Keanu di sini?
Dengan tangan gemetar, Sisil berjalan menuju pintu. Saat pintu baru saja terbuka, Sarah sudah ada di hadapannya dengan wajah penuh amarah.
Tatapan tajamnya, seolah ingin menelan Sisil bulat-bulat.
"Kamu benar-benar perempuan licik, ya?" sergah Sarah tanpa basa-basi.
Sisil hanya terdiam, tubuhnya kaku. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya.
"Apa kamu menggoda dan merayu suamiku hingga dia kasih kamu apartemen mewah ini? Kamu pikir aku nggak tahu permainan kotor kamu?" lanjut Sarah tajam.
"A-ku ...aku nggak tahu apa yang Mbak maksud..." suara Sisil bergetar.
"Jangan pura-pura polos kamu!" bentak Sarah sambil menunjuk wajah Sisil dengan telunjuknya. "Anak buahku bilang Keanu beliin apartemen ini buat kamu! Apa kamu mau jadi istri simpanannya?"
Pernyataan itu menusuk hati Sisil. Perempuan muda itu terperangah. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya, tapi ia berusaha menahan agar tidak tumpah.
"Bukan begitu, Mbak... Saya nggak pernah minta apa-apa dari Mas Keanu," jawab Sisil terbata-bata.
"Lalu kenapa dia kasih kamu tempat tinggal mewah ini? Apa kamu sudah memberikan tubuhmu padanya?" Sarah mendekat, menyudutkan Sisil ke dinding.
Sisil menggeleng cepat. "Saya nggak tahu kenapa Mas Keanu lakukan itu... Saya cuma—"
"Berhenti bicara!" potong Sarah tajam. "Dengar ya, perempuan murahan. Aku nggak peduli kamu lagi hamil anak Keanu, tapi yang jelas, jangan pernah mimpi bisa ambil Keanu dariku!"
Sisil merasa dadanya sesak. Kata-kata hinaan Sarah seperti belati yang menghujam tepat di jantungnya. Dia ingin berteriak bahwa dia tidak punya niat sedikit pun untuk merebut Keanu, tapi suaranya tertahan oleh ketakutan yang mencekam.
Sisil hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sarah yang sudah terlanjur emosi pun langsung melayangkan tangannya di pipi Sisil hingga wanita itu terhuyung ke belakang.
"Kenapa Mbak menamparku, aku nggak ngelakuin semua yang Mbak tuduhkan!"
Dengan kesal, Sisil pun merogoh kantong untuk mengambil ponselnya. Ia tahu hanya ada satu orang yang bisa menghentikan ini—Keanu.
---
Di rumah, Keanu yang baru saja akan merebahkan tubuhnya terkejut saat melihat nama Sisil muncul di layar ponselnya. Suara Sisil yang gemetar langsung terdengar begitu panggilan tersambung.
"Mas... tolong," bisik Sisil.
"Ada apa, Sisil?" tanya Keanu tegas.
"Sarah... dia ada di sini. Dia marah besar, Mas."
Keanu menghela napas panjang. Dia tahu masalah ini cepat atau lambat akan meledak, tapi tidak menyangka akan secepat ini.
"Kasih teleponnya ke Sarah," perintah Keanu.
Dengan tangan gemetar, Sisil menyodorkan ponselnya ke Sarah. "Mas Keanu mau bicara..."
Sarah merenggut ponsel itu dengan kasar. "Apa?" tanyanya ketus.
"Sarah, pulang sekarang!" perintah Keanu dengan suara tegas.
"Aku nggak akan pergi sampai aku menghukum perempuan murahan ini!"
Keanu menekan suaranya lebih dalam. "Sarah, kalau kamu tetap buat keributan, aku nggak akan tinggal diam. Jangan membuat aku marah, Sarah! Pulang sekarang! Kita bisa bicarakan ini di rumah."
Entah apa yang dikatakan Keanu selanjutnya, ekspresi Sarah perlahan berubah. Meski masih penuh dengan amarah, wanita itu akhirnya melemparkan ponsel kembali ke tangan Sisil dengan kasar.
"Igat, ini belum selesai," ancam Sarah sebelum melangkah keluar dengan langkah berat.
Begitu pintu tertutup, Sisil terduduk lemas di lantai. Air mata yang sejak tadi ditahannya akhirnya jatuh membasahi pipi.
---
Sesampainya di rumah, Sarah langsung masuk dengan langkah menghentak. Keanu yang sudah menunggu di ruang tamu tetap duduk tenang meski wajahnya menunjukkan ekspresi serius.
"Kamu pikir aku bodoh, Keanu?" sergah Sarah dengan nada tinggi. "Kamu beliin apartemen buat perempuan itu! Apa kamu menyukai wanita itu?"
Keanu tetap tenang. "Dengar dulu penjelasanku."
"Apa lagi yang mau dijelasin? Kamu kasih dia tempat tinggal mewah sementara aku sibuk kerja banting tulang!"
Keanu menghela napas panjang. "Aku beliin apartemen itu karena dia nanti akan hamil anak kita, Sarah. Kata dokter, selama proses inseminasi, Sisil nggak boleh stress dan kelelahan. Dia harus selalu bahagia agar bisa cepat hamil."
Sarah tersentak. "Dan itu alasan kamu harus kasih dia apartemen mewah? Kita sudah memberi uang dia satu milyar kalau program ini berhasil, kukira, itu sudah lebih dari cukup!"
"Dia butuh tempat yang nyaman selama kehamilan."
Sarah terdiam, tetapi wajahnya masih menunjukkan ketidakpuasan. "Tapi kamu tetap salah. Kenapa nggak kasih tahu aku dulu?"
"Karena aku tahu kamu akan bereaksi seperti ini," jawab Keanu jujur. "Aku cuma mau semuanya berjalan lancar tanpa drama."
Sarah mendengus kesal, tetapi kali ini tidak lagi membalas.
Keanu berdiri dan mendekat ke arah Sarah. "Aku janji nggak ada yang perlu kamu khawatirin soal Sisil. Aku nggak bakalan tergoda sama dia, karena cuma kamu, wanita yang aku cinta dan aku sayang."
Namun, dalam hatinya, Keanu tahu sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan. Perhatiannya pada Sisil bukan lagi sekadar tanggung jawab—itu mulai tumbuh menjadi perasaan yang lebih dalam, sesuatu yang tak pernah dia bayangkan akan muncul tanpa bisa dia kendalikan.
Sarah pun akhirnya tersenyum. "Kamu janji, ya. Nggak bakalan jatuh cinta sama dia!"
Keanu mengangguk kemudian memeluk tubuh istrinya.
---
Keesokannya, Keanu mampir lebih dulu ke apartemen Sisil sebelum lelaki itu menuju ke kantor. Senyum mengembang di bibirnya saat bau harum masakan Sisil menguar memenuhi ruangan.
"Kamu masak apa?" bisik Keanu tepat di telinga Sisil.
Wanita itu pun sedikit terjengat. bulu kuduknya tiba-tiba meremang saat merasakan hembusan napas Keanu di lehernya.
"Ke-anu. Kamu mengagetkanku. Duduklah, aku akan siapkan sarapan untukmu. Kamu belum makan, kan?" Sisil berusaha mengalihkan kegugupannya.
Bukannya pergi, Keanu justru membalikkan tubuh Sisil. Lelaki itu menatap wajah sang sahabat yang memerah di pipi kanannya. Perasaan bersalah pun memenuhi relung hatinya. Karena dia, Sisil jadi terluka.
"Dia menamparmu?" tanya Keanu sambil mengusap pipi wanita yang menjadi istri keduanya itu.
Sisil tak berani menjawab. Dia hanya menundukkan kepalanya. Tiba-tiba, air mata menetes di pipinya. Mengingat semua perkataan Sarah kemarin.
Keanu pun menarik dagu Sisil kemudian memaksanya untuk menatapnya. Dia hapus air mata itu kemudian dia cium kening istri keduanya. "Maaf," bisiknya.
Tak cukup sampai disitu, ciuman Keanu pun turun ke hidung, pipi, kemudian menyapu bibir sang istri. Semula, Keanu hanya diam. Namun, melihat sang istri yang tak menolak membuat lelaki itu berani menjelajah bibir sang istri lebih dalam.
Keanu melepaskan tautannya. Dia tempelkan dahinya di dahi sang istri. Entah mengapa, jantungnye berdebar kencang saat mencium Sisil tadi. Napasnya memburu, berusaha menahan gejolak di dalam d**a.
Tak bisa lagi menahan hasratnya, Keanu pun menarik pinggang sang istri. "Bolehkah aku melakukannya?"