Tommy duduk di sofa rumah Sisil dengan wajah merengut. Sejak beberapa hari lalu, dia selalu dititipkan di sini setelah pulang sekolah. Dia tak bisa lagi membawa makanan atau s**u untuk Tante Sarah seperti biasanya. Padahal, dia hanya ingin merawat calon adiknya seperti yang diceritakan Sean. Sisil yang sedang duduk di sampingnya menghela napas pelan. Dia sudah menyadari perubahan sikap Tommy yang lebih pendiam dari biasanya. "Tommy, kenapa wajahmu murung begitu?" tanya Sisil sambil mengusap kepala bocah itu lembut. Tommy menoleh, bibirnya mengerucut. "Aku nggak suka dititipin di sini terus, Tante Sisil. Aku mau pulang, mau main sama Tante Sarah. Kenapa Papa nggak bolehin aku ketemu Tante Sarah lagi?" Sisil terdiam sejenak. Dia memahami kekhawatiran Putra, tapi dia juga tak ingin Tommy