"Gio."
Rhea berlari kecil menuju Gio yang sudah menunggu disalah satu meja restoran dekat sekolah mereka. Belakangan ini Gio tidak bisa lagi menjemputnya, sebab itulah Rhea lebih sering pulang sendiriㅡ atau diantar Laskar. Namun berbeda dengan hari ini, Gio mengirim pesan bahwa dia akan menjemputnya.
Gio menoleh saat namanya disebut dan tersenyum tipis melihat siapa yang memanggilnya. Cowok itu berdiri dari duduknya lalu menghampiri Rhea yang masih berlari kecil menghampirinya.
"Ga usah lari-lari. Nanti jatuh." Kata Gio mengingatkan.
Rhea hanya terkekeh sambil mengangguk. Ia berjalan bersama Gio kembali ke tempat duduk yang ditempati cowok itu. Karena harus bimbingan dengan Ibu Indah, Rhea harus berada di sekolah lebih lama. Dia tidak menyangka Gio akan menunggu sampai sekarang.
Kata orang, mempunyai pasangan yang care itu adalah hal yang sangat mereka impikan. Yah, itu semua berlaku bagi semua cewek. Terbalik dengan Rhea. Ia sangat tak menyukai cowok yang care.
Bukannya ia tak suka, tetapi pacarnya ini terlalu care. Jika care terhadap dirinya sendiri ia pasti akan sangat menerimanya. Tetapi pacarnya bersikap care terhadap semua orang.
Gio memang mempunyai sifat yang seperti itu. Mudah bergaul dan selalu tersenyum membuat semua orang di sekitarnya mudah akrab dengannya.
Satu poin lagi, Gio mempunyai wajah yang tampan membuat kaum hawa selalu mencari perhatiannya.
Sifat Gio inilah yang kurang disukai Rhea. Bukan bagaimananya, tetapi sering kali cewek lain berusaha untuk mencari perhatian Gio agar cowok itu peduli dan selalu meninggalkannya.
Kesal? Tentu saja! Siapa juga yang tak kesal jika ditinggal begitu saja? Apa lagi melihat pacarnya meninggalkannya untuk perempuan lain dan bersikap peduli.
Rhea kadang tak tau lagi membedakan dunia imajinasi dan kenyataan. Karena kehidupannya seperti cerita-cerita yang beredaran di novel. Punya cowok gantengㅡfamousㅡcareㅡ dan banyak PHO di sekeliling mereka.
Ketika Rhea yang baru saja datang seperti sekarang, Gio akan melontarkan kalimat seperti...
"Mau pesen apa?" Gio menatap Rhea yang sibuk membongkar tas sambil menopang dagunya.
"Jus mangga satu."
Tak lagi mendengar suara Gio membuat Rhea mendongak dan mendapati Gio yang menatapnya dengan tatapan tak suka.
Gio mengulurkan tangannya dan mencubit pipi tembem Rhea.
"A-a... Gio, sakit..." Rengek Rhea sambil memukul-mukul tangan Gio.
Tak menghiraukan rengekkan Rhea, Gio malah mendekatkan wajahnya ke wajah Rhea, "Aku lebih suka liat kamu makan banyak. Badan kamu udah kurus banget soalnya." Katanya lalu melepaskan cubitannya dan kembali ke posisi sebelumnya.
Rhea menatap Gio kesal sambil mengelus-ngelus pipinya yang diyakini pasti sudah merah.
Saat Rhea ingin melontarkan komentar untuk membela dirinya, Gio mengangkat tanganㅡ memanggil pelayan untuk memesan makanan.
"Spaghetti dan jus mangga satu." Pesan Gio saat pelayan datang. Sang pelayan mengangguk lalu pergi membawa pesanan cowok itu.
Rhea yang mendengar pesanan Gio langsung mengangkat suara, "Kok hanya sepiring?"
Mendengar komentar sinis Rhea membuat Gio menatapnya sambil menopang dagunya menggunakan tangan, "Kan hanya kamu yang makan,"
Kening Rhea berkerut, mengungkapkan ketidaksetujuannya. "Terus kamu?"
Gio terkekeh, "Aku lebih suka ngeliat kamu makan. Kamu kenyang, aku juga kenyang." Jawabnya enteng.
Masih tak terima dengan perkataan cowok itu, Rhea membuka mulut hendak melontarkan pendapatnya yang berupa ketidaksetujuannya, tetapi lagi-lagi di potong Gio.
"Dan aku gak nerima penolakan, Rhea."
Mulut Rhea langsung mengatup saat mendengarkan perkataan Gio. Ia membuang muka ke arah lain, yang penting ia tak menatap wajah tampan pacarnya itu.
Makanan datang dan Rhea langsung menyantapnya. Ia sempat menawar makanan tersebut kepada Gio sekali lagi, tetapi cowok itu hanya menggeleng sebagai jawaban. Rhea mendengus lalu menyantapnya langsung.
Marah? Tidak juga. Ia hanya sedikit kesal dengan cowok itu. Bagaimana tidak jika hanya dirinya saja yang makan. Sedangkan cowok itu hanya menontonnya makan. Oh sungguh, itu sangat memalukan.
"Kenapa liat-liat?" Gio hanya menggeleng.
"Ada yang mau dibicarain?"
"Ah ya, aku mau nanya. Kamu sebagai ketos idaman punya tugas lagi?"
Gio menatap lama Rhea membuatnya agak risih di pandang seperti itu.
"K-kenapa?"
"Pertandingan basket antar sekolah, camping kelas XI, dan beberapa lainnya."
Rhea mengangguk. "Berarti nanti kamu juga ikut camping?"
Senyuman langsung terukir di bibir Gio. "Pasti. Lagian cuma 3 hari. Kenapa? Kamu takut kangen aku lagi? Sayangnya sinyal pasti sulit ditemukan."
"Pede banget. Selama berminggu-minggu gak ketemu kamu aku biasa aja tuh. Kamu kali yang kangen." Cibir Rhea membuat Gio tertawa. Karena tawaan Gio cukup keras, beberapa pengunjung melihat ke arah mereka. Terlebih kaum hawa yang sedari tadi melirik mereka, mungkin lebih tepatnya melirik Gio.
"Gio! Bisa gak tawa lo ditunda dulu? Ini bukan rumah elo ya." Kata Rhea jutek.
Memang sedari tadi Rhea merasa risih dan jengkel melihat gadis-gadis lain yang berada di tempat ini menatap Gio penuh minat.
Tawa Gio terhenti. Menatap Rhea datar dan dingin.
"Udah jadi lo-gue?"
Sial. Rhea terbawa emosi tadi. Gio sangat sensitif dengan panggilan satu sama lain di antara mereka. Dan jika sudah ini satu-satunya cara adalah...
"Habisnya Gio ngeselin sih."
Bersikap manis.
Gio tak dapat menyembunyikan senyumannya walau dirinya masih marah dengan gadis itu.
Rhea sangat mengetahui kelemahan Gio. Dan Gio akan sangat lemah dan tak bisa menahan senyumannya saat Rhea memanggilnya menggunakan namanya. Yah itu terdengar manis.
"Janji jangan diulangin lagi ya?"
Senyuman Rhea melebar. Dengan semangat kepalanya mengangguk lalu kembali memakan makanannya.