"Kamu boleh minta break tapi aku gak mau kita usai, La! We can throught this together!" Saking permohonan lirihnya seakan tak didengar, Benjamin terpaksa meninggikan nada bicara. Ia akui dirinya telah melakukan kesalahan yang bisa dibilang fatal. Tapi, ini tidak adil baginya saat Sinola mencetuskan keputusan perpisahan. "I WISH I COULD, BEN!" Sinola yang tak kalah frustrasi turut menaikan suaranya disertai matanya yang kembali berkaca-kaca. "Aku juga berharap bisa melupakan ini dan move on sama kamu, Ben. Tapi ... liat mimik Gilda waktu makan malam ... itu bikin aku ngerasa jadi manusia yang gak adil sedunia," lanjutnya lirih sedangkan Benjamin kini bungkam. Keduanya saling tatap intens disertai bulir bening yang sesekali masih mengalir dari keduanya. "Kamu ayah kandungnya, Ben! Dia g

