Malam Bergair*h

1046 Kata

Tak dapat dipungkiri, Sinola terserang gugup saat ini. Bagaimana tidak, gadis itu harus menahan liurnya karena sedang mengobati luka di perut Benjamin yang tidak menggunakan atasan. Tahan godaan, La! Lo gak boleh goyah sama roti sobek om-om ini. Fokus ke luka dia, ok. "Kamu kenapa, La? Kok pipinya merah gitu?" goda Benjamin dalam kesempitan. "Hah?" Sinola tersentak."Uhm... gak apa-apa kok," ujarnya canggung. Tanpa aba-aba, wajah Bejamin didekatkan ke arah sang gadis. Saling tatap intens pun terjadi untuk sesaat. "La, aku—" Namun, Sinola bergelagat mundur dan menyela lantang ujaran Benjamin. "Disana ada selimut. Kamu pake itu aja sementara. Biar aku cuci dulu bekas darah di kemeja kamu." Dalam sepersekian detik, tubuh rampingnya beranjak keluar tenda karena tak ingin larut oleh situa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN