bc

Rahasia Anak Kekasihku

book_age18+
276
IKUTI
1K
BACA
family
HE
fated
dominant
boss
heir/heiress
drama
sweet
bxg
bold
city
office/work place
disappearance
like
intro-logo
Uraian

Rheana Isyra Edwinar, dia baru saja dikhianati kekasihnya yang menikahi wanita lain. Namun, seakan semesta tak mengizinkannya untuk patah lebih lama, dia dipertemukan lagi dengan Tama Evander. Sosok pria yang Rheana kenal tapi menghilang tanpa kabar selama bertahun-tahun. Pria itu muncul bersama seorang anak yang mirip sekali wajahnya dengan Rheana, membuat firasatnya tak bisa dibantah. Ada dua kemungkinan, anak itu sedarah dengannya atau hanya sekadar mirip belaka. Dia tidak percaya pada kebetulan itu, maka dia pun meminta sang ayah yang dia curigai berselingkuh dengan teman lamanya untuk tes DNA. Akan tetapi, siapa yang menyangka, rahasia anak itu justru muncul dari arah yang tak terduga. Mungkinkah anak itu memang adiknya, atau justru sebuah kebetulan belaka? Namun, hasil tes memberikan jawabannya. Ikuti kisahnya dan cari tahu siapa ayah dari Leon Evander, anak kecil yang lebih mirip dengan Rheana ketimbang Tama yang ternyata bukanlah ayah anak itu.

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Ciuman Asing
Patah hati itu menyebalkan, bukan? Terlebih lagi sosok yang dipercaya justru berkhianat dan menipu banyak hal lalu mengambil sebuah keuntungan setelah merayu dengan seribu janji manis hanya untuk dijatuhkan dari awang-awang kebahagiaan. Kemarahan gadis itu memuncak kala sebuah undangan kembali menarik atensi pandangannya. Dia menegak lagi minuman berwarna putih itu dengan rasa manis pahit yang menyeruak, efeknya kuat sekali. “Sialan! Dasar b******n!” Umpatnya untuk kesekiannya dengan wajah tertunduk, membiarkan rambut panjang hitam sebahunya menjuntai, menutup hampir seluruh wajahnya. Kesadarannya sisa setengah. “Jadi, kau akan melakukan apa dengan itu? Kesialan itu tidak ada di kalender, ‘kan, Rhe,” ujar temannya yang duduk di samping gadis itu, Rheanna Isyra Edwinar. “Yah, lihat saja besok. Aku pasti akan memberikan pelajaran untuknya di hari spesialnya itu,” timpal Rheanna dengan suara serak dan melantur. Kartu undangan bertuliskan nama seseorang itu dibuat dengan warna emas. Sialnya lagi, nama itu adalah kekasihnya, kekasih Rheanna yang telah menjalin hubungan dengannya selama 5 tahun dan mereka berjanji akan menikah jika tabungannya sudah cukup untuk biayanya. Tapi, begitu uang itu lebih dari cukup, pria itu justru membawanya lari hanya untuk menikah dengan wanita lain. Bagaimana mungkin Rheanna tidak shock? Seminggu lalu padahal pria itu masih manisnya, merayu, berkata janji-janji manis after married itu. Tapi ternyata, sial sekali, itu adalah salam perpisahan karena setelah merayu dengan gencar, si pria membobol tabungan Rheanna tanpa ketahuan tapi pada akhirnya ada notifikasi ke ponselnya atas penarikan fantastis dari tabungannya lalu setelahnya sebuah kartu undangan sampai kepadanya. Keterkejutan Rheanna jadi berkali lipat. “Sialan!” Rheanna mengangkat wajah, mengusapkan telapak tangannya kasar, wajahnya basah karena air mata. “Uang itu bisa membeli unit apartemen mewah, mobil Audi Q3, dan honeymoon ke luar angkasa,” racaunya tak jelas. Tapi, bisa dibayangkan bukan sebanyak apa uang itu? “Sayang sekali, Rhe. Semua usahamu yang menabung gila-gilaan itu habis dipalak? Dia cuma mau enaknya doang, gila,” timpal temannya itu. Tangis Rheana pecah, dia tak peduli orang-orang akan melihatnya aneh. Toh, di bar yang riuh akan musik, orang-orang sibuk dengan urusan masing-masing. Hanya Rheana Isyra yang sibuk dengan patah hatinya. Patah hati pertamanya sebab dia adalah tipe yang setia sampai mati. “Mau ke mana, Rhe?” Temannya bertanya karena Rheanna turun dari kursi barnya dengan sempoyongan. “Toilet. Aku mual.” Rheana berlalu. Kesadarannya masih ada walaupun tersisa sedikit. Jarang sekali Rheanna masuk ke bar di jam sibuknya dalam seminggu, hari ini dan besok dia libur dari pekerjaannya jadi aman. Dia mengeluarkan semua isian perutnya di toilet lalu setelah merasa lebih baik dia keluar dari bilik toilet dan berkaca lalu tertawa melihat wajahnya yang acak-acakan. “Semua gara-gara si b******n sialan itu,” katanya sembari menadah air dari kran di wastafel lalu membasuh wajahnya. Rasa segar menarik kesadaran walau tak sepenuhnya. Dia keluar dari toilet itu dengan jalan yang sempoyongan. Tatapannya menyipit karena pandangannya buram di remangnya cahaya bar itu. Langkah Rheana terhenti di tengah jalan ketika seseorang menghadangnya, Rheana mengernyit. Tapi detik berikutnya kedua matanya membulat kala benda kenyal menempel pada bibirnya. “Hei!” Walau kesadarannya setengah, Rheanna masih bisa mengingat dengan baik apa yang terjadi barusan. Dia mendorong kasar d**a bidang berbalut setelan jas lengkap dengan rompi itu menjauh darinya. Tapi menit berikutnya, pria asing yang menghadang jalan Rheanna itu justru menarik pinggangnya kuat hanya untuk mempertemukan bibir mereka lagi, tapi kali ini pria itu menahan berontakan Rheana. Satu tangannya yang besar melingkar erat di pinggang Rheanna dan satu tangannya di tengkuk gadis itu untuk menahan pergerakan. Walaupun awalnya berontak, tapi kemudian Rheanna larut dalam kecup yang perlahan menjadi ciuman itu. Efek minuman yang ditenggaknya membuatnya mengikuti ciuman pria asing itu. Tapi, pria asing mana yang sembarangan menciumnya? Kala oksigen menipis, pria itu menghentikan ciumannya dan mendelik pada sosok yang mengikutinya di belakang. Rheanna menyipitkan mata. “Kau puas? Dia pacarku sekarang. Jadi enyahlah!” Usir pria itu pada sosok wanita yang berpakaian seksi tanpa melepaskan tangannya dari Rhenna. “Kau b******n. Kapan kembali?” Racau Rheanna pada pria itu. Walaupun buram, dia sedikit mengenali wajah itu. “Rhe … kau … mmpph.” Rheanna membungkam pria itu dengan ciumannya yang kali ini dipimpin Rheanna bahkan sampai tubuhnya terdorong ke belakang lalu menubruk dinding bar yang dingin, dia tak melepaskan ciumannya. Di patah hatinya itu, dia mendapatkan ciuman pengganti. “Kau sungguh akan bermain denganku, Rhe?” Pria itu bertanya di sela napasnya yang terengah. “Mengapa tidak?” Rheanna membalas dan kembali meraup bibir pria itu yang dengan senang hati meladeninya. Mereka semakin intim saja tanpa peduli dengan sekitarnya, bahkan ketika sebuah kamera yang mengabadikan momen itu dalam vidio, mereka sama sekali tak terusik. Rheana melingkarkan kedua kakinya di pinggang pria asing itu yang bergerak membawanya ke lantai atas, di mana deretan pintu ruangan berada di lantai 3 bar itu. Sebuah ruangan khusus seperti kamar hotel. Pintu kamar berderit ketika pria itu membukanya, tubuh Rheana terdorong masuk, masih dalam pagutan kecupan yang belum putus. Pria itu membaringkan tubuh Rheana hati-hati di ranjang, kedua tangannya tak pernah lepas dari pinggang gadis itu. Cahaya lampu tidur menyoroti wajah pria itu. Untuk pertama kalinya Rheana bisa melihat sedikit lebih jelas wajah itu yang memiliki garis rahang tegas, kedua alis hitam pekat, dan sepasang mata gelap yang menatapnya dalam-dalam. Ada sesuatu di sana, yang membuat jantung Rheana mencelos. “Rhe?” Pria itu memanggil, suaranya serak. Kedua tangannya bertumpu di sisi tubuh gadis itu. Rheana tak melepaskan tangannya yang mengalung di leher pria itu. “Eungh?” “Kau tahu siapa aku?” tanya pria itu dengan pelan. Rheanna mengerjap, berusaha menajamkan pandangan, tapi alkohol masih menutup logikanya. “Aroma ini… aku rindu,” ucapnya parau, tangannya meraih kerah jas pria itu. Rheana mengerjap, berusaha untuk menajamkan pandangannya, tapi alkohol mengalahkan logikanya. “Aromamu itu … aku rindu,” ucapnya parau, tangan Rheanna yang kemudian meraik kerah jas pria lalu menariknya dan mengecup bibirnya. “Kau … kapan kembali?” tanya Rheanna yang meski pandangannya mengabur, dia bisa mengenali wajah itu. “10 tahun … atau 20 tahun? Ke mana saja kau?” Diam. Pria itu mengukir senyum tipis, menikmati kebingungan gadis di bawahnya itu. Dia tak mengatakan apapun lagi selain menatap wajah cantik itu. Jemarinya bergerak mengusap lembut rambut Rheana, menyingkirkan helaian yang menutupi wajah cantiknya. “Kau masih sama. Bahkan setelah sepuluh tahun. Dalam keadaan tak sadarkan diri karena pengaruh minuman seperti ini pun, kau masih bisa mengenali aku, ya, Rhe?” Pria itu bicara pelan, serupa bisikan lembut. “Kenapa? Kau rindu?” “Ya, tentu saja. Tapi, aku terlalu sibuk untuk mencarimu. Kau … .” Rheana terdiam sesaat, lalu menutup mulutnya dengan bibir pria itu. Kalo ini bukan sekadar ciuman pengganti. Ada rindu samar, atau sesuatu yang sulit dijelaskan. Pria itu membalas tanpa terburu, mendominasi tapi lembut, membuat gadis itu terjebak antara sadar dan mimpi. Pria itu sendiri tak menahannya, membiarkan Rheana bermain dengan dirinya, berciuman semakin dalam di atas ranjang yang sama. Mungkin esok pagi Rheanna akan lupa, tapi siangnya dia akan mengingat apa yang telah dia perbuat. Pria itu tak keberatan sebab berniat memberikan kejutan. “Aku akan bertemu lagi denganmu besok, Rhe. Selamat malam. Tidurlah. Aku temani.” Pria itu berbisik dengan senyum lebar di wajahnya. Dia memeluk Rhenna yang tertidur usai pergulatan panas itu. “Lihat saja. Aku harap itu bukan kau, b******n,” sahut Rheanna. Pria itu terkekeh, merasa lucu sekaligus tidak sabar. Rheana kembali memagut bibir pria itu, dan diterima seperti tadi, menikmati ciuman yang semakin dalam itu. Saat ciuman itu terputus, napas keduanya sama-sama terengah. Pria itu menyandarkan dahinya pada dahi Rheana, tersenyum samar. “Tidurlah. Aku akan tetap di sini,” katanya, tangannya mengusap kepala Rhea yang menatapnya satu. “Aku ingin tahu bagaimana reaksimu besok, Rhe.” Pria itu meraih tubuh Rheana, memeluknya erat. “Tama Evander,” panggil Rhea pelan. Pria itu mengerjap ketika namanya lolos dari mulut Rheana. Dia terdiam ketika mendapati tatapan dalam dari gadis itu.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.1K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.7K
bc

Pacar Pura-pura Bu Dokter

read
3.1K
bc

Desahan Sang Biduan

read
53.9K
bc

Silakan Menikah Lagi, Mas!

read
13.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook