55- Di Ruang OSIS

1043 Kata
Ruang OSIS yang berada di dekat ruang guru itu tampak tenang. Semua orang yang berada di dalamnya terlihat tengah serius sembari mendengarkan salah satu teman mereka berbicara. Seluruh anggota OSIS di sana terlihat tegang. Mereka tegang karena saat ini tengah melaporkan hasil dari persiapan untuk acara ulang tahun sekolah, di mana tiap anggota memegang tanggungjawab penuh satu ekskul . Namun ketegangan itu tampaknya tak berlaku bagi Jun dan Rehan. Kedua cowok itu justru sedari tadi menguap akibat mengantuk dan merasakan bosan yang tiada akhir. Mendengarkan laporan masing-masing anggota OSIS itu sama saja seperti tengah berada di kelas pelajaran Sejarah. Membuat mengantuk. "Karena tidak ada yang ingin ditanyakan lagi maka saya akhiri. Sekian laporan dari saya. Selanjutnya saya serahkan kepada Ketua OSIS." Zaldi tersenyum dan tampak menatap satu per satu teman anggota OSIS-nya itu sebelum menjatuhkan tatapannya yang terakhir kepada si Ketua OSIS. Bayu, si Ketua OSIS itu tersenyum. Kemudian mengedarkan tatapannya pada anggota OSIS lainnya. Ia menundukkan kepalanya sembari membaca isi buku catatan yang tengah dipegangnya itu. Kemudian membaca siapa yang hendak mendapatkan giliran untuk menyampaikan laporan hasil persiapan acara. "Berikutnya, untuk ekskul ..." Bayu yang tadinya tersenyum lebar kini mendadak melunturkan senyumannya ketika membaca nama ekstrakurikuler berikutnya. Terlihat sangat enggan untuk menyebutkan nama ekstrakurikuler selanjutnya. Kentara sekali bahwa ia tidak suka dengan nama ekstrakurikuler yang ia baca tersebut. Namun tetap saja kali ini ia harus bersikap profesional. Maka beberapa detik berikutnya, Bayu kembali tersenyum dengan lebarnya. "... ekskul Dance silakan." Bayu mempersilakan penanggungjawab ekskul tersebut untuk berbicara , namun matanya hanya sekilas menatap si penanggungjawab tersebut. Bayu langsung mengalihkan tatapannya pada buku catatannya seolah-olah tengah fokus pada hal lain yang mendesak. Padahal semua orang di dalam ruangan itu tahu, bahwa Si Ketua OSIS tak pernah suka kepada Penanggungjawab ekskul Dance itu. Semua orang pun tahu bahwa Bayu dan Jun memang rival abadi. "Baik, terima kasih atas waktu yang diberikan." Jun bangkit dari duduknya dan berdiri menatap ke arah Bayu yang tengah menundukkan kepalanya kepada buku catatannya itu. Kemudian cowok itu kembali menyambung kalimatnya itu sembari mengalihkan tatapannya. "Untuk Ekskul Dance, seperti laporan yang sebelumnya, Ekskul Dance di sini akan mengadakan Pesta Topeng, di mana seluruh undangannya akan mengenakan gaun. Seperti layaknya prom. Mereka akan menari bersama pasangan masing-masing. Persiapannya sudah mendekati sembilan puluh persen, di mana panggung sudah hampir siap dan undangan yang mulai disebar. Selain itu tinggal eksekusi saja beberapa minggu lagi." Jun menjelaskan satu per satu laporan yang ia bawa itu. Ia sengaja memperpendek laporannya, karena setelah ini akan diadakan sesi tanya jawab serta pertanyaan kendala dan solusinya. Maka Jun kini bersiap-siap untuk meneemukan jawaban ketika nantinya ia ditanya. "Oh, sudah?" Bayu memandang Jun dengan mata berkedip. Jun pun mengangguk. Ia memang sudah selesai laporan. Kemudian cowok itu bersiap untuk menjawab pertanyaan yang akan masuk nanti- "Okey kalau begitu kita lanjut ke ekskul Padus." -namun Bayu mendadak memutar haluan. Membuat Jun akhirnya terkejut. Tidak ada sesi tanya jawab, pertanyaan tentang kendala dan solusinya, seperti yang Bayu tanyakan sebelumnya kepada penanggungjawab ekskul-ekskul lainnya. Benar-benar aneh? Apa Bayu memang sengaja melakukannya? "Ekskul Padus silakan." Bayu mengulang lagi kalimatnya itu tanpa menghiraukan wajah terkejut Jun. Ia malah santai dan kembali membolak-balikkan halaman buku catatan yang dipegangnya itu. Sebenarnya anggota OSIS yang ada di sana ikut terkejut mendengar bagaimana Bayu yang langsung melewati Jun dengan santainya. Padahal sedari tadi Bayu memperlakukan anggota OSIS yang lain secara adil. Si Ketua OSIS itu sedari tadi membuka sesi tanya jawab beserta keluhan dan solusinya yang akan dipecahkan bersama. Namun begitu Jun menyampaikan laporan, hal berbeda terjadi. Semua anggota OSIS itu terkejut, namun mereka tak bisa melakukan apa-apa. Maka setelah Bayu terus saja memanggil penanggungjawab ekskul Paduan Suara untuk menyampaikan laporannya, si penanggungjawab itu pun tetap melakukannya. Penanggungjawab ekskul Paduan Suara itu berulang kali meminta izin kepada Jun yang masih berdiri. Mungkin merasa tidak enak karena merebut porsi laporan Jun. Tetapi Jun pada akhirnya duduk kembali ke kursinya dan mempersilakan anggota itu untuk berdiri. Ia mengalah. Akhirnya Jun hanya bisa menatap Bayu dengan tatapan kesalnya tanpa bisa berbuat apapun. Bahkan ketika semua orang tahu mereka bermusuhan, tidak seharusnya Bayu melakukan hal itu. Pasti hal ini ada kaitannya dengan pembicaraan mereka tempo hari di ruang ekskul Dance. Ya, Jun yakin. *** Rapat OSIS akhirnya selesai. Seluruh anggota OSIS satu per satu mulai meninggalkan ruangan OSIS karena jam pulang mereka sebenarnya telah dikorbankan dan mereka harus pulang terlambat satu jam dari biasanya. Risiko menjadi anggota OSIS yaitu salah satunya adalah harus sering pulang terlambat. Di ruangan itu akhirnya menyisakan Bayu, Zaldi, Rehan dan Jun. Rehan yang pertama kali mengajak Jun untuk pulang dan menyudahi tatapan nyalangnya kepada Bayu, namun sayangnya Jun tetap kekeuh. Cowok itu tak menyudahi tatapan kesalnya itu dan justru makin berani untuk bangkit dari duduknya, dan melangkah mendekati Bayu. Pada akhirnya Rehan tak bisa mencegah Jun yang dengan mudahnya lolos itu. Kini Jun sudah berdiri tegak di samping meja Bayu dengan tatapannya yang masih kentara itu. Cowok itu bahkan tak menghiraukan tatapan bingung dari Zaldi yang duduk di dekat Bayu itu. Jun yang kesal itu pun berucap, "Gue tahu lo benci banget sama gue, dan gue tahu kita itu orang sebut rival abadi. Tapi asal lo tahu sebenarnya gue gak pernah anggep lo rival seperti itu. Justru lo yang sering banget bersikap seolah kita itu sedang saingan." Dengan d**a naik turun Jun berucap. Cowok itu menatap Bayu yang masih acuh itu dan baru ketika Jun melanjutkan kalimatnya yang lain, Bayu mendongakkan kepalanya dan memandang Jun. "Gak seharusnya lo bersikap seperti itu, Bayu. Itu menandakan bahwa lo gak bisa profesional di samping gue yang lo jadikan rival abadi itu." Jun masih menatap Bayu dengan nyalang. Sedangkan Bayu justru tersenyum dengan santainya. Cowok itu justru tampak tenang bagai tak terjadi apa-apa. "Gue ngalakuin semua itu karena tahu seorang Jun pasti gak punya kendala dan butuh solusi apapun dalam memegang Ekskul Dance. Ya, 'kan?" Bayu mulai membuka suaranya. Cowok itu menyangga dagunya dengan santainya. "Tapi meski begitu, seenggaknya lo harus perlakukan gue sama seperti anggota OSIS yang lainnya, bukannya malah bersikap gak adil seperti tadi." Jun masih tidak terima dengan jawaban santai Bayu itu. Tanpa memedulikan Zaldi dan Rehan yang masih berada di sana, Jun dan Bayu masih saling melemparkan laser di kedua mata masing-masing. Suasana di ruang OSIS yang tadinya tenang itu kini tidak setenang sebelumnya, justru memanas. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN