54- Kecewa dan Gelisah

1031 Kata
Seluruh murid kelas Sebelas IPS 4 kini sudah kembali ke kelas. Jam pelajaran Sejarah telah berganti dan mereka sudah harus mengikuti mata pelajaran lainnya begitu jam menunjuk pada waktunya. Selagi menunggu guru mata pelajaran berikutnya memasuki kelas mereka, sebagian murid di kelas sebelas IPS 4 ada yang menyiapkan buku-buku paket beserta buku tulisnya, ada pula yang malah sibuk mengobrol, ada yang bahkan sampai menyempatkan waktu sebentar itu untuk tidur. Benar-benar ajaib. Karina menatap Jena yang berada di meja di depannya itu. Gadis itu tengah mengobrol dengan Fina sembari terkekeh lirih. Kedua gadis itu terkekeh bersamaan ketika mendapati bahwa topik obrolan mereka lucu. Sebenarnya sedari tadi Jena dan Fina mengajak Karina untuk ikut menimbrung atau menanggapi obrolan mereka. Namun bukannya ikut menimbrung atau menanggapi seperti biasanya, Karina justru tampak melamun. Gadis itu melamun sembari terus memandangi Jena. Bibir Karina berulang kali berkedut. Ia hendak mengatakan kalimat yang berada di pikirannya itu namun mendadak ia malah bingung sendiri. Maka berakhirlah ia dengan membuka serta menutup bibirnya sendiri sedari tadi. "Jen ... tadi lo sama Jun ..." Tunggu! Siapa yang barusan bicara? Karina terkesiap pelan ketika ia tak sadar bahwa ternyata ia telah mengucapkan kalimat tersebut begitu saja. Tanpa ia sadari pada akhirnya yang ia pikirkan itu terucap, meskipun baru sebagian. Kini mendadak Karina merasa kikuk ketika Jena dan Fina tiba-tiba berhenti mengobrol dan menyudahi tawa mereka sembari menoleh ke belakang. Tepatnya mereka tengah memandang Karina. "Ya?" tanya Jena sembari menaikkan alis sebelah kanannya. Ia menatap Karina yang mendadak menjadi patung. Diam seribu bahasa. Apa sebenarnya maksud dari kalimat Karina? Jena dan Fina memasang raut wajah yang sangat penasaran. "Ee-" Karina mengerjapkan matanya berulang kali. Sempat bingung untuk mencari kelanjutan kalimatnya tadi. Karena akhirnya menyerah mencari alibi, gadis itu kemudian menggelengkan kepalanya dan tersenyum lebar. "Oh, enggak jadi," ucap Karina singkat. Sesudah mengucap kalimat itu, gadis itu segera mengalihkan tatapannya. Karina kembali menatap buku paketnya di atas meja, tanpa menghiraukan tatapan bingung dari Jena dan Fina. Dan beberapa detik berikutnya, guru mata pelajaran Geografi pun datang. Seketika Jena dan Fina bergegas memandang ke arah depan kelas dan tak jadi menanyakan hal apapun lagi kepada Karina. Meskipun mereka masih sangat penasaran tentang apa yang akan dikatakan oleh Karina itu. *** Sebenarnya Karina sedang merasakan kecemasan yang tiada tara. Gadis itu merasa cemas setelah melihat apa yang Jun dan Jena lakukan di balik lemari buku "Peradaban Manusia" itu. Karina melihat bahwa Jun dan Jena berdekatan seperti itu, dan hal itu yang membuat ia gelisah semenjak tadi. Wajarkah kedua sahabat melakukan hal seperti itu? Meskipun hanya sebentar, namun tetap saja tidak boleh dilakukan bukan? Apalagi tadi Karina juga melihat wajah Jena mendadak memerah, sangat kentara sekali bahwa gadis itu tadi malu-malu kepada Jun. Bukankah Jena menyukai Bayu? Lalu mengapa malah gadis itu bersikap salah tingkah di depan Jun sekarang? Atau mungkin ... Jena kini malah menyukai Jun, bukan Bayu lagi? Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan! Jena tidak boleh menyukai Jun! *** "Kita pulang bareng?" Jun dan Rehan mendadak mengangkat kepala mereka ketika mendengar kalimat tersebut. Kedua cowok itu mendadak mengernyit dahi mereka dan saling berpandangan menatap gadis yang menanyakan kalimat itu kepada Jun. Pasalnya mereka tak pernah mendengar gadis itu menanyakan kalimat tersebut dengan santainya. Apalagi ada Jena di meja sampingnya. Ya, gadis yang baru saja menanyakan kalimat tersebut bukan lah Jena. Melainkan Karina. Karina masih tersenyum lebar di samping meja Jun. Walaupun sebenarnya jauh di dalam hatinya ia merasakan degupan yang sangat dahsyat. Tentu saja, berdekatan dengan Jun memang selalu membuat Karina berdebar. "Oh ... itu ..." Jun tampaknya masih terkejut ketika melihat Karina yang menanyakan kalimat tersebut. Ia memandang Karina dengan bingung. Seperti terlihat enggan untuk mengatakan kalimat selanjutnya. "Gue sama Jun mau ada rapat OSIS, Rin." Fyuh. Jun diam-diam menghela napasnya yang ternyata sedari tadi ia tahan itu. Cowok itu menoleh kepada Rehan di sampingnya itu yang tengah ke arah ponselnya sendiri dengan santai. "Iya, gue sama Rehan lupa bilang kalau kita mau ada rapat di ruangan OSIS. Makanya gak bisa pulang bareng," jawab Jun kemudian melirik raut wajah Karina. Tampak merasa bersalah lagi, karena Jun telah menolak ajakan Karina untuk kedua kalinya. Jena dan Fina yang ternyata sudah memperhatikan gerak-gerik Karina sedari itu pun saling bertatapan. Fina yang pertama tersenyum-senyum penuh arti memandang Karina, sedangkan Jena justru hanya diam. Kedua gadis itu pun sama terkejutnya dengan Jun dan Rehan. Pasalnya mereka tidak pernah melihat Karina yang tiba-tiba berinisiatif untuk mengajak Jun pulang terlebih dahulu seperti itu. Apalagi Karina terlihat menanyakan kalimat tersebut hanya kepada Jun, yang seolah menandakan bahwa sebenarnya gadis itu ingin pulang bersama berdua saja dengan Jun. "Oh gitu ..." Karina terlihat kecewa sesaat, namun detik berikutnya gadis itu dapat dengan mudah mengubah air mukanya. Gadis itu tersenyum lebar memandang Jun dan Rehan, seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. "Ya, udah gak apa-apa." Sebenarnya ... entah mengapa Jena yang sedari tadi berada di antara Jun dan Karina itu diam-diam merasa lega. Saat ia mendengar Jun yang hendak rapat OSIS bersama Rehan, pun saat akhirnya Karina dapat menerima kenyataan tidak bisa pulang bersama itu. Namun yang membuat Jena bingung adalah ... mengapa mendadak ia menjadi tidak suka Karina bertindak duluan seperti tadi? Bukankah seharusnya Jena biasa saja? Malah harusnya ia bersyukur karena artinya Karina telah beradaptasi sangat baik dengan gengnya itu. Bukannya malah tidak suka. "Kita pulang bareng besok, ya." Jun tiba-tiba berucap yang langsung menginterupsi pikiran Jena. "Ya, Jen? Kita pulang bareng besok aja." Cowok itu memundurkan kepalanya untuk menatap Jena di meja sebelah kirinya. Jena yang mendapatkan pertanyaan seperti itu pun tersenyum. Ia hanya bisa menganggukkan kepalanya. Dan dengan berat hati berucap, "Iya." Setelah itu, Jun kembali mencondongkan badannya ke depan sembari memandang Karina. "Tuh, kita bisa pulang bareng besok." Cowok itu tersenyum. Mendengar kalimat itu terucap dari bibir Jun, gadis yang masih berdiri di samping mejanya itu pun tersenyum. "Oke." Lalu gadis itu hanya bisa pasrah ketika melihat Jun dan juga Rehan akhirnya bangkit dari tempat duduk masing-masing dengan membawa tas ransel. Kemudian kedua cowok itu bergegas ke luar kelas setelah melambaikan tangan mereka kepada ketiga sahabatnya itu. Karina merasa kecewa karena tidak bisa pulang bersama dengan Jun hari ini, namun ia tahu ada seseorang yang tengah gelisah saat ini. Jadi, rasa kecewanya tak begitu besar. Ia justru tersenyum. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN