36- Kabar Gembira

1024 Kata
Karina melihat Jena dan Jun berjalan bersisian memasuki kelas Sebelas IPS 4, sambil saling meledek satu sama lain. Jun yang tampak menanyakan sesuatu pada Jena, kemudian Jena yang tampak enggan memberitahukan sesuatu itu seraya memeletkan lidahnya. Tidak seperti raut wajah yang keduanya tunjukkan beberapa menit lalu, yang sangat serius itu, kini keduanya bercanda dan tertawa lebar. Mereka saling menampilkan raut dan ekspresi wajah yang biasanya memang mereka tampilkan. "Kasih tahu gue dong, Jen, kalian berdua mau ke mana?" Jun yang berjalan di samping Jena itu menyenggol lengan gadis itu sedari tadi. Kemudian merengek lagi. "Nanti dicariin Tante Marlina loh." Cowok itu masih berusaha membujuk Jena memberitahukan sesuatu yang membuat Karina penasaran. Jena lagi-lagi memeletkan lidahnya. "Wle, kepo banget deh." Lalu gadis itu berpura-pura tak mendengar ucapan Jun. Jena menutupi kedua telinganya dengan tangannya dan lagi-lagi seolah tuli akan rengekan Jun. "Gue gak denger ...." Jena menggelengkan kepalanya berulang kali masih menutupi kedua telinganya dengan tangannya. Ia bahkan memalingkan wajah ke arah lain. Jun kini memegangi tangan Jena, menarik-nariknya agar tangan Jena segera turun dan tak menutupi telinganya lagi. Hal itu membuat tangan Jena sempat turun, namun dengan cepat gadis itu posisikan agar kembali menempel ke telinganya. "Jena, kasih tahu gue!" seru Jun dengan kesal. Bahkan sebenarnya kedatangan mereka berdua ke dalam kelas tadi sudah menarik perhatian dari sebagian murid di kelas. Namun sebagian lainnya tampak acuh, karena Jena dan Jun bahkan sering bercanda hanya berdua seperti itu. Tak heran lagi. Sungguh pemandangan yang sangat biasa. "Gak mau!" Setelah berseru kalimat itu, Jena segera berlari menuju ke mejanya. Gadis itu berlari menghindar dari tarikan tangan Jun yang hendak merangkulnya dan mengurungnya itu. Beruntung ia berhasil kabur. Jena terbahak keras-keras ketika berhasil lolos dari kejaran Jun. Kemudian gadis itu langsung memeletkan lidah ke arah cowok itu. "Wle!" Jun akhirnya tak bisa berbuat banyak hal. Ia terpaksa membiarkan Jena lolos darinya. Namun ia bertekad akan terus mencari tahu kebenaran tentang janji yang Bayu maksud itu. "Awas ya, lo!" Jena masih terbahak di tempat duduknya sambil sesekali memeletkan lidahnya pada Jun. Gadis itu mengatur napasnya yang terengah itu karena berlari sedari tadi. "Kenapa, hey? Ada apaan? Gue kepo." Fina langsung menginterogasi Jena di depannya. Ia menoel-noel lengan Jena dan menatap tajam pada Jena agar segera memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi. Tentu saja ia penasaran. Begitu pun dengan Karina. Gadis itu ikut memajukan tubuhnya, agar dapat mendengarkan balasan dari Jena. "Iya, ada apa, Jen?" tanya Karina mengerjapkan matanya. Ia masih mencoba memahami keadaan bahwa Jena dan Jun hanya murni bersahabat. Jena kini menatap kedua temannya itu dengan raut girang. "Gue ada kabar gembira!" ujar gadis itu lirih namun dengan penuh penekanan. Fina dan Karina bersitatap, kemudian tersenyum lebar. "Ada apa?" tanya Karina. Fina seketika mengangguk. "Iya, apaan weh?! Lo jangan bikin anak orang penasaran nih." Jena mengulum senyumnya makin lebar sebelum akhirnya ia menyipitkan mata pada Fina dan Karina. "Tapi kalian berdua jangan kaget, ya," kata Jena. Ia lagi-lagi memasang wajah misterius. Mendengar hal itu, Fina dan Karina mengangguk seketika, bahkan bersamaan. Tentu saja keduanya penasaran tentang kabar gembira yang ia katakan itu. "Buruan, Jena! Lo jangan bikin gue makin penasaran, nih." Fina memukul pelan lengan Jena. Kemudian ia menyampirkan rambutnya ke belakang telinganya, bersiap untuk mendengarkan perkataan Jena baik-baik. Jena terkekeh pelan sebelum akhirnya mulai mengucapkan kalimat itu. "Bayu ngajakin gue buat pergi nge-date!" Fina dan Karina memberikan reaksi yang biasa saja ketika mendengar kalimat itu. Keduanya hanya membulatkan bibir sembari mengangguk. Namun selang beberapa detik berikutnya, kedua gadis itu sontak saling bertatapan. "What?!" "Apa?!" Fina dan Karina kemudian tersenyum girang saat menatap Jena lagi. "Serius?" Fina masih tak yakin dengan ucapan Jena. Ia merasa bagai tengah mendengar kabar libur sekolah di tengah pelajaran semester penuh. Ragu. Karina menatap Jena dengan sumringah. "Wah, selamat." Jena tersenyum lebar. Kemudian ia menarik tasnya untuk mengeluarkan sesuatu dari sana. Hal itu membuat Fina dan Karina penasaran. Jena mengeluarkan dua buah tiket dari dalam tasnya. Dengan cengiran lebar, gadis itu menyodorkan dua buah tiket itu ke hadapan Fina dan Karina itu. "Tarra!" serunya dengan nada girang. "Gue diajakin nonton pementasan drama anak ekskul Teater sekolah tetangga." Ia lagi-lagi tersenyum senang. Fina kini baru dapat percaya sepenuhnya dengan perkataan Jena begitu melihat sendiri tiket itu di tangan Jena. Gadis itu mendadak mulai berkaca-kaca. Terharu tiba-tiba. "Finally! Jena, you gonna have a boyfriend! Congrats!" Fina berseru sambil memeluk Jena. Jena membalas pelukan Fina itu dengan bahagia. "Iya, akhirnya! Gue seneng banget." Kemudian segera melerai pelukan itu dan memandang Fina. "Eh, tapi kayaknya kalau boyfriend kejauhan deh. Baru juga sekali jalan." Jena masih menyengir lebar. Fina mengangguk. "Iya, sih. Tapi gak apa-apa, pelan-pelan aja dijalanin." Ia menyentuh rambut Jena dan mengelusnya pelan. "Perjuanganmu setahun ini terbayar, Nak." Jena menyengir, sesekali terlihat menahan jeritan bahagianya. "Gue seneng banget, sumpah!" Karina mengangguk. "Jelas seneng banget, dong. Siapa sih yang gak seneng diajak date sama orang yang disuka?" Ia terkekeh di ujung kalimatnya. Karina sesekali mencuri pandang ke arah Jun di sebrang mejanya. Jun tampak menatap Jena namun kemudian cowok itu mengalihkan tatapannya dan menggeleng. Berdecak kemudian menggeleng lagi. Jena tiba-tiba menarik lengan Karina, membuat Karina tersentak. "Kayaknya semenjak kedatangan lo ke sini banyak hal baik terjadi. Termasuk yang gue alamin sekarang," ucap Jena tersenyum lebar. Kemudian ia melanjutkan kalimatnya. "Makasih, Karina. Lo emang benar-benar pembawa keberuntungan." Karina tersenyum, ikut senang menatap Jena itu. "Masa? Gue biasa aja deh." Ia tertawa lebar menatap Jena. Fina mengangguk. "Iya, lo pembawa keberuntungan," ucapnya menyetujui. Karina ikut terkekeh kemudian salah tingkah. Ia sudah tak membalas apapun lagi, karena setelah itu guru mata pelajaran jam berikutnya memasuki kelas mereka. Karina hanya dapat tersenyum memandangi punggung Jena dan Fina di depannya yang masih mengobrol dalam suara yang lebih rendah dari sebelumnya. Keduanya terlihat asik membahas tentang janji pergi berdua antara Bayu dan Jena, yang niat awalnya hanya ingin membahas terkait persiapan even Pementasan Drama di sekolah mereka itu. Senyum yang sedari tadi bertengger di wajah Karina itu kini seketika lenyap. Ia membuka buku paketnya dengan raut yang tampak murung. Mendadak ia jadi gelisah. Ia teringat akan tatapan serius yang terakhir kali Jun tujukan pada Jena. Harusnya Karina tak perlu mempedulikan hal itu, bukan? Toh, Jena sangat menyukai Bayu. Bukan Jun. Iya, 'kan? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN