"Lo gak cemburu?" Sudut bibir Bayu terangkat perlahan.
"Gue sama Jena jalan, lo gak cemburu?" tanya Bayu seraya menarik sudut bibirnya lebih naik ke atas. Entah mengapa cowok itu menjadi senang melihat respon yang diberikan oleh Jun itu.
Jun yang tiba-tiba berhenti menggerakkan tangannya itu pun seketika terkekeh. Detik berikutnya cowok itu kembali menyambung lagi gerakannya yang sempat terhenti itu. Masih sambil terkekeh, Jun menatap raut wajah Bayu lewat pantulan cermin besar di dalam ruangan itu.
"Cemburu?" tanya Jun sembari terkekeh.
Setelah menanyakan itu, cowok itu justru meledek Bayu lewat tariannya. Tangannya sengaja ia putar-putarkan dengan koreografi asal. Sangat kentara membuat jeda jawaban yang lama agar Bayu terus menunggu.
Hal itu tentu saja membuat si Ketua OSIS kesal.
Bayu menatap sebal pada Jun sekarang. Ia mengarahkan sebelah tangannya ke pinggang masih menunggu jawaban Jun.
Sedangkan cowok yang tengah bermain-main dengan dunianya sendiri itu justru masih terkekeh. "Gue ... cemburu?" tanyanya dengan nada yang terdengar mengesalkan di telinga siapapun yang mendengarnya. Termasuk Bayu.
Tampaknya Jun menyadari kekesalan yang terpancar di wajah Bayu. Cowok itu kemudian menatap kembali si Ketua OSIS lewat pantulan cermin besar itu.
"Ngapain gue harus cemburu karena kalian berdua jalan bareng?" Jun justru bertanya balik.
Bayu yang mendengar jawaban dari Jun itu kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan d**a. "Lo yakin kalau lo gak cemburu?" tanyanya sekali lagi.
Sebenarnya Bayu hanya ingin mengetes bagaimana perasaan Jun sebenarnya kepada Jena. Meski sekeras apapun Jun menyangkalnya, namun tetap saja Bayu menaruh curiga. Baginya hubungan persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan itu tidak pernah ada. Apalagi hubungan antara Jena dan Jun itu.
Jun lantas membalik badannya. Ia kini menatap Bayu secara langsung, tidak lewat perantara kaca seperti yang tadi ia lakukan itu.
"Iya. Ngapain gue harus cemburu kalau lo dan Jena cuman jalan dan nonton pementasan drama orang Belanda itu di sekolah sebelah?" Jun meng-skak ucapan dari Bayu itu. "Dramanya tentang pembunuhan lagi, hiii ..."
"Gue gak peduli, ya. Gue sama sekali gak merasa cemburu atau apapun tuh." Jun melanjutkan ucapannya itu dengan nada yang sengaja ia buat-buat. Seolah menang melawan Bayu yang tengah memancingnya itu.
Bayu sedikit terkesiap mendengar jawaban dari Jun itu. Namun cowok itu tak kehabisan idenya. Ia terkekeh pelan karena merasa belum kalah saat ini.
"Oh ya? Lo bilang gak peduli? Tapi kenapa mata lo seolah berbicara lain?" tanya Bayu dengan trik liciknya. Ia memang sengaja terus memancing Jun.
Jun melangkahkan kakinya mendekati Bayu sembari mengucap, "Mata gue?" tanya cowok itu.
"Iya, lo kelihatan banget kalau bicara gak sesuai dengan isi hati lo itu." Bayu lagi-lagi memancing Jun. "Lo cemburu ke gue karena udah jalan sama Jena," sambungnya lagi.
Matanya menusuk ke dalam bola mata Jun. Rasanya ia sangat ingin membuat Jun akhirnya mengatakan perasaannya itu. Dan jika memang benar Jun menyukai Jena, maka Bayu akan makin bersemangat untuk melanjutkan niatnya mendekati Jena.
Sebenarnya sedari tadi Bayu terus saja mondar mandir di depan pintu ruang ekskul dance ketika tidak sengaja melihat pintu ruangan yang terbuka lebar. Bayu tak sengaja melihat ada sosok yang sedang menari di dalam ruang itu seorang diri. Jun lah sosok itu.
Ia mondar-mandir karena bingung untuk masuk ke dalam ruang itu atau tidak. Ia dilema apakah akan terus mendiamkan Jun atau merelakan harga dirinya dengan mengajak Jun bicara terlebih dahulu. Ada yang ingin ia tahu tentang hubungan sebenarnya antara Jun dan Jena.
Akhirnya setelah berpikir sekian lamanya, ia menepiskan seluruh perasaan dan harga dirinya untuk masuk ke dalam ruangan itu. Dan ternyata memang keputusan Bayu itu tepat. Ternyata memang senang rasanya memancing Jun. Ia tidak menyesal masuk ke dalam ruang ekskul dance itu.
"Gue gak cemburu. Buat apa gue cemburu ke lo?" Jun mendecih. Ia kemudian menyambung kalimatnya. "Seperti yang lo tahu, gue gak ada perasaan apapun untuk Jena, begitu pun sebaliknya, Jena pun cuma anggap gue sahabatnya. Hubungan kami murni sahabat. Jadi gak ada alasan untuk gue cemburu." Jun terus menyangkalnya.
Memang benar yang dikatakan oleh cowok bertubuh tinggi itu. Ia memang tak memiliki perasaan apapun terhadap Jena, selain perasaan sayang kepada sahabat dekatnya.
Ya, hanya itu.
"Oh, ya?" tanya Bayu sekali lagi, seolah untuk memastikan sangkalan tegas yang Jun katakan itu. "Jadi benar kalau lo gak ada perasaan apapun terhadap Jena selain perasaan sesama sahabat itu?"
Jun menganggukkan kepalanya itu sembari bergumam yakin, "Emmm."
Mendengar ucapan Jun itu, Bayu pun tersenyum menang. Ia menundukkan kepalanya sebentar, sebelum akhirnya mengangkat kepalanya kembali dan terkekeh lebih lebar.
"Bagus deh kalau begitu," ucap Bayu dengan senyuman lebarnya. Ia menatap Jun dengan senyum di wajahnya yang tampak menyebalkan bagi Jun.
Jun hanya mengangkat sebelah alisnya itu selepas Bayu berucap.
"Bagus kalau lo gak punya perasaan suka apapun terhadap Jena." Bayu terkekeh lega. Ia menatap Jun seolah baru saja merasakan lega yang luar biasa. "Gue pikir lo suka sama Jena karena kalian berdua udah sama-sama semenjak kecil," lanjutnya.
Alis Jun mulai terangkat tinggi. Perasaannya mendadak tak enak. "Maksud lo?" tanyanya bingung.
"Iya, gue jadi punya kesempatan buat dekatin Jena. Gue gak harus saingan sama lo lagi kalau begitu," balas Bayu dengan tawa berderai. Ia tertawa keras melihat raut wajah Jun yang langsung pias. "Udah bosen lagi saingan sama lo."
Jun yang mendengar itu merasakan ada yang tidak beres saat ini. Tidak! Sebenarnya semenjak Bayu menginjakkan kakinya di dalam ruang ekskul dance ini pun sudah terasa tidak beres.
"Lo ..."
Ucapan Jun terputus ketika Bayu kembali berucap, "Emm, gue suka sama Jena dan gue rasa gue bakal nyatain perasaan gue ke dia."
Mata Jun sontak melebar saat mendengar kalimat dari Bayu itu. "Apa?! Gak mungkin!" teriaknya. Ia melangkah maju mendekat ke arah Bayu. Hanya ada jarak sejengkal di antara mereka dan jika sudah kalap, bisa saja mereka saling memukul dengan jarak dekat saat ini.
"Kenapa gak mungkin?" tanya Bayu seolah meledek.
"Gak mungkin lo suka sama Jena! Gue yakin lo cuma pengen main-main sama dia!" Jun kini sudah tak bisa menahan emosinya.
Emosi yang selama ini ia tahan semenjak Bayu dan dirinya selalu disandingkan untuk menjadi rival.
Jun sebenarnya tahu bahwa saat ini Bayu tengah memancingnya. Namun ia tak bisa tahan jika ini ada kaitannya dengan Jena. Tidak akan ia biarkan!
***