47- Masuk

1046 Kata
Alunan instrumen musik hiphop mengalun dengan kencang memenuhi ruangan Dance. Jun menggerakkan seluruh tubuhnya mengikuti tiap hentak ketukan di instrumen tersebut. Cowok itu tidak kehilangan detail sedikit pun dari tiap ketukan ritmenya. Terus melakukan freestyle dance sesuka hatinya. Meliuk, melangkah, ke kanan atau pun ke kiri, maju dan mundur kemudian melakukan koreografi acak sambil terus menatap ke dalam cermin. Seragam sekolahnya sudah ia sampirkan ke gantungan baju di sudut ruangan, dan kini ia hanya mengenakan kaos berwarna putih saja. Tentu saja ia tidak ingin membuat seragam sekolahnya itu menjadi bau keringat di saat kini seluruh peluh sudah membasahi tubuhnya. Napasnya bahkan hampir habis ketika ia mengulangi instrumen itu untuk ketiga kalinya. Instrumen yang panjangnya empat menit itu sudah diulang tiga kali, artinya ia sudah menari dua belas menit lamanya. Mungkin baru sebentar, namun tetap saja terasa melelahkan. Apalagi Jun terus menari tanpa ada jeda. Sembari terus menari, Jun terus saja memikirkan kembali semua ucapan Jena kepadanya itu. Ia terus teringat semuanya, seiring ketukan langkah kakinya. "Sama seperti hari itu gue yang ngelihat lo dengan pakaian Jawa khas orang- orang dahulu, gue juga ngelihat Bayu dengan pakaian seperti itu." "Iya. Bayu itu juga reinkarnasi dari orang di masa lalu." Bayu, lagi- lagi Bayu. Hanya cowok itu yang Jena pikirkan selama ini. Apa mungkin Bayu yang dilihat Jena hari itu adalah halusinasi gadis itu semata karena efek sehabis menonton pementasan drama bersama? Reinkarnasi? "Hah, omong kosong!" Jun berseru dengan keras sembari masih menari. Cowok itu kini memelankan gerakan tangannya, dan langkah kakinya perlahan memelan. Ia tidak sekeras sebelumnya, kini Jun melakukan dance ringan dengan ketukan musik yang sudah berganti. Pada akhirnya langkah kaki cowok itu terhenti. Ia menarik napasnya dalam- dalam dan mengatur napas. Makin lama ia berpikir sembari menari dengan keras, ia makin lelah saja rasanya. "Reinkarnasi?" Jun tiba- tiba tertawa seorang diri. Cowok itu tertawa terbahak- bahak di ruangan besar itu sendirian. Bahkan suara tawanya menggelegar memenuhi seisi ruangan. "Apa itu masuk akal di zaman modern kek gini ada reinkarnasi?" Jun masih tertawa sembari meracau seorang diri. Cowok itu bahkan sampai memegangi kedua pinggangnya itu karena perutnya sampai sakit tertawa seperti itu. Ia menundukkan kepalanya dan masih tertawa keras sampai sudut matanya berair. Lalu mendadak Jun mengangkat kepalanya itu dan menatap pantulan dirinya di dalam kaca. Jun menatap cermin itu seolah ia tengah menantang sosok di dalam cermin tersebut. "Memangnya kenapa kalau akhirnya kita bertiga bereinkarnasi lagi? Masalah?!" Jun masih menantang sosok di dalam cermin itu yang tak lain dan tak bukan adalah dirinya sendiri. "Memangnya apa yang akan terjadi kalau benar kita bertiga bereinkarnasi?" Jun perlahan memelankan suaranya. Tadinya ia mungkin mengelak akan dirinya yang merupakan sosok reinkarnasi, namun kini Jun mulai menyadari bahwa semua ucapan Jena mungkin saja benar. Semua mimpi- mimpi yang dialami oleh Jun, mungkin saja benar. Ia dan Jena mungkin saja memang sosok reinkarnasi, termasuk Bayu. Jun masih menatap pantulan dirinya sendiri di cermin dan alunan musik juga masih terdengar keras memenuhi ruangan, ketika ada langkah kaki yang terdengar memasuki ruangan. "Dance lo lumayan juga. Pantes aja lo bisa kepilih jadi ketua ekskul ini." Orang yang baru saja memasuki ruang dance itu adalah orang yang baru saja memenuhi sebagian pikirannya. Orang yang membuat ia menjadi seperti ini. Orang yang dibencinya sejak dahulu. Bayu. Si Ketua OSIS. Jun yang dapat melihat wajah Bayu lewat pantulan cermin itu kemudian mendecih. "Ngapain lo di sini?" tanya Jun dengan nada dingin. Ia menatap jengah Bayu yang kini justru melangkah mengamati seisi ruangan. "Gue kebetulan lewat dan lihat pintu ruangan ini kebuka, akhirnya penasaran dan masuk ke dalem deh." Bayu mengatakan kalimat itu seolah hal itu adalah hal tersantai di hidupnya. Padahal Bayu tak tahu bahwa semenjak tadi Jun sudah sangat kesal melihatnya. Dengan cepat Jun membalik badannya itu dan kemudian menatap Bayu yang kini tengah berjalan menuju piala- piala penghargaan di dalam ruang itu. "Kalau gak ada yang penting, lebih baik lo pergi dari sini sekarang, gue juga mau ke luar." Jun lagi- lagi berkata dengan nada dingin. Ini semua ia lakukan karena selama ini Bayu juga melakukan hal yang sama kepadanya. Selama ini Bayu yang notabene- nya ketua OSIS itu jarang berbicara dengan Jun. Kentara sekali bahwa cowok itu tak menyukai Jun. Namun sebenarnya sejauh apapun Bayu tak menyukai Jun, bahkan Jun jauh lebih tidak suka pada Bayu. Menyebalkan sekali. Bayu melangkah menyusuri ruang ekskul dance itu kemudian mengamati satu per satu bendaa yang terpajang di tembok. Mulai dari foto- foto, ataupun sertifikat. Semuanya tak lepas dari pengamatan Bayu. "Widih, kalian juara satu?" tanya Bayu dengan nada takjub yang sengaja dibuat- buat. Terkekeh pelan lalu ia menyambung kalimatnya. "Gue pikir kalian gak ada prestasinya sama sekali." Jun yang melihat tingkah Bayu itu kemudian ia mengamati si ketua OSIS itu dengan seksama. Lagi- lagi lewat pantulan cermin besar di ruangan itu. "Sok banget!" gerutu Jun dengan geram. Jun mengamati raut wajah Bayu yang tengah tertawa. Lalu tiba- tiba ia teringat apa yang dikatakan oleh Jena kemarin. Apa benar Bayu juga reinkarnasi? Benarkah? Tapi jika Bayu juga merupakan reinkarnasi sosok di zaman dahulu, maka seharunya ia juga bermimpi seperti Jun, bukan? Tunggu! Apa jangan- jangan Bayu juga bermimpi? Jun kini hanya bisa terus memandangi Bayu dari pantulan cermin besar itu. Ia masih menerka apakah benar Bayu ini merupakan sosok reinkarnasi. Bangsawan? Tokoh bangsawan yang dilihat Jena itu pastilah salah. Tidak mungkin seorang Bayu Laksono yang menyebalkan itu merupakan sosok bangsawan Jawa dulunya. Sangat tidak cocok! Pantasnya Bayu menjadi sosok tukang jagal saja sesuai dengan temperamennya yang menyebalkan. "Ngapain lo lihatin gue terus?" Jun terkesiap mendengar pertanyaan itu. Bayu yang tadinya tengah melihat- lihat seluruh foto hasil kejuaraan itu kini secara tiba- tiba membalik badan dan menatap balik Jun lewat pantulan cermin. Mendapati dirinya tertangkap basah, Jun sontak mengalihkan tatapannya. "Lo ganggu, mending lo pergi aja dari sini." Setelah mengucap kalimat itu, Jun sudah menatap dirinya sendiri. Ia bergerak, kembali menari mengikuti alunan musik yang masih terputar itu. Ia tak akan memandangi Bayu lagi. Cowok itu selalu menyebalkan. Berakhir lah Bayu yang hanya memandangi Jun yang menari itu. Namun tiba- tiba terpikirkan akan sesuatu hal. Hal acak yang mendadak ingin ia tanyakan kepada Jun. Bibir Bayu perlahan terbuka sembari mengucap kalimat yang mampu membuat tarian Jun terhenti seketika. "Lo gak cemburu?" Sudut bibir Bayu terangkat perlahan. "Gue sama Jena jalan, lo gak cemburu?" °°°°
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN