"Diminum dulu." Jun menyerahkan secangkir teh kepada Jena yang langsung dipegang oleh gadis itu. "Makasih." Dengan perlahan Jena mengangkat cangkir itu dan pelan - pelan menenggak tehnya. Rasa hangat langsung mengalir turun membasahi seluruh tubuhnya dan berakhir pula di hatinya. Ia merasa hangat melihat perhatian Jun yang tak pernah pudar terkikis oleh masa itu. Sejak kecil, Jun sudah selalu perhatian kepadanya. Apapun akan cowok itu lakukan hanya untuk membuat bahagia gadis penyakitan sepertinya. Meski tanpa pernah diminta sedikit pun. Dan Jena selalu bersyukur akan hal itu. "Mendingan?" Jun kembali bertanya padanya ketika Jena sedari tadi hanya diam sembari menyeruput teh hangatnya. Mendongakkan kepalanya, Jena tersenyum sembari berucap, "Iya." Senyumnya yang lebar itu membua