Di lantai 35 gedung Abimana Tower, dalam ruang rapat yang diselimuti kemewahan minimalis dan pemandangan kota yang membentang luas, ketegangan terasa begitu pekat. Jafran Abimana duduk di ujung meja mahoni panjang, memimpin rapat strategi akuisisi terbesar tahun ini. Setiap kata yang keluar dari bibirnya adalah perintah yang tak terbantahkan, setiap tatapan matanya tajam dan penuh perhitungan. Udara di ruang rapat terasa dingin dan steril, sama seperti ekspresi wajah Jafran Abimana. Ia memimpin presentasi dengan ketenangan seorang jenderal, setiap gerakan tangannya terukur, setiap kata-katanya adalah perintah yang memegang nasib ratusan karyawan dan puluhan juta dolar. Di hadapannya, delapan eksekutif senior terpaku, mencoba menyerap setiap angka dan proyeksi yang tertera di layar. N

