Mencoba melupakan yang terjadi semalam, jelas tak semudah itu bagi Zira. Apalagi Indah akan terus menghantui rumah tangganya dan Rayyan sehingga tidurnya menjadi tidak nyenyak. Dia hanya terlelap beberapa jam kemudian gelisah sampai sekarang. Terhitung dari jam 1 malam dia terjaga dan akhirnya, dia memutuskan untuk bermunajat kepada sang pencipta. Meminta ketenangan serta pertolongan dari kejahatan yang mungkin mengintai. “Kamu tidak apa-apa ‘kan?” Rayyan memeluk Zira yang saat itu sedang duduk di atas sajadah. Zira baru saja menunaikan salat subuh dan enggan membangunkan Rayyan yang emosinya sudah diuji habis-habisan. Dan saat ini, pria itu sudah menempelinya bagai bocah. “Aku tidak apa-apa, Mas.” “Kamu masih memikirkan Indah dan ulahnya ya?” Rayyan menebak dan Zira mana bisa mengel

