41. Remember

1412 Kata
"Mas, buruan dong buat sampai rumahnya, ngebut dikit!" desak Manda saat kini ia dan Dehan sudah akan hampir sampai di rumah sore ini. "Sabar dong, orang ulang tahun kok kesabarannya tipis banget? Sebagai orang yang sudah bertambah umurnya itu harusnya kamu semakin dewasa, kurangin emosinya" Dehan malah memberi wejangan dan bercanda dengan memperlambat laju mobilnya. "Mas!? Kok malah dilambatin sih??" "Hahahah, iya iya, canda doang." "Orang udah ga sabar nih buat unboxing semua album yang mas kasih sama nyobain laptop baruuuu," saking tidak sabar nya Manda sudah menggerakkan-gerakkan kakinya tidak bisa lagi untuk tenang. Dehan geleng kepala, "cepat atau lambat isinya ga bakal berubah kok." "Ih Mas Dehan mah nggak asik. Oh iya mas, kue bikinan Mas Dehan sama Mbak Prisa tadi beneran enak loh. Kok bisa sih? Pakai resep apa?" Manda masih terkesan dengan kue ulang tahunnya tadi, benar-benar seenak itu. "Kita pakai resep dasar aja sih. Cuma Prisa ubah dikit pakai perkiraan dan pengalaman dia, nah mas juga kasih masukan dikit-dikit. Ya gitu, enak deh hasilnya. Pas percobaan pertama rasanya juga enak banget sih." "Pasti bikinnya sambil so sweet so sweet an kan? Ih gemes banget sih pasti." goda Manda sambil gemas sendiri dengan bayangan yang ia buat sendiri. "Biasa aja kali, bikin kue mah bikin kue aja." "Iya ya, Mas Dehan sih pasti ngebosenin." "Terserah kamu aja deh Mandaaa." "Yeay yeay yeaay, udah sampai!" Manda langsung kegirangan karena sudah melihat pagar rumahnya. Setelah sampai rumah, Manda sudah berlari membawa dua kotak kadiahnya untuk masuk ke rumah disusul Dehan yang berjalan santai di belakang. Namun Dehan merasa aneh saat melihat Manda berhenti tiba-tiba di ruang tamu. "Kenapa?" tanya Dehan mendekat pada Manda, namun disaat itu juga Dehan ikut kaget dan berhenti melihat siapa yang sedang duduk di ruang tamu. "Hai, kalian baru pulang ternyata, aku sudah menunggu hampir dua jam loh," Lora menyambut dengan tawa kehadiran Manda dan Dehan. "Lora? Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Dehan. Lora tersenyum dan bergerak mendekat ke arah Manda, "selamat ulang tahun cantik." Manda hanya mengangguk kecil, "makasih mbak." "Oh iya, ini mbak ada hadiah spesial buat kamu," Manda menarik tangan Manda untuk mendekat ke arah sofa. Lora menunjuk dua kotak besar yang terletak di atas meja, "ini titipan dari mas kamu, Mas Randa. Nah yang warna putih kotak yang agak kecil itu dari mbak." Manda tidak langsung menunjukkan wajah senang, ia malah melirik ke arah Dehan seolah bertanya apa ia harus menerima kado itu atau tidak. Namun Dehan hanya menunjukkan wajah yang seolah mengatakan terserah kamu saja. "Kenapa? Kamu nggak mau kado dari mbak? Mbak udah sengaja kesini buat kamu loh, udah nunggu kamu juga." Manda menghembuskan napas pelan, "oke Mbak Lora, makasih ya atas kadonya. Sebenernya tadi Mas Randa udah bilang sih mau ngasih sesuatu ke aku, tapi aku nggak tahu kalau Mas Randa nitipnya ke Mbak Lora. Maaf ya mbak udah nungu." Lora tersenyum senang sambil mencubit sekilas pipi Manda gemas, "iya ga papa kok. Lagian salah mbak juga nggak ngasih tahu kamu dulu." Manda mengangguk, "eum, nanti aku ambil kadonya lagi ya mbak. Aku letakkin yang ini dulu," Manda mengisyaratkan kalau ia harus meletakkan apa yang ada di tangannya dulu, ia tak bisa membawanya sekaligus semuanya. "Iya sayang." Lora mengangguk mengiyakan. Dan Manda pun sudah bergerak masuk meninggalkan Lora dan Dehan. "Kamu ada urusan dengan Manda kan? Aku izin masuk duluan," ujar Dehan juga ingin pamit pada Lora. "Dan kamu meninggalkan aku disini sendiri?" "Ya apa salahnya? Bahkan tadi kamu menunggu sendirian disini sampai dua jam kan?" Lora menunjukkan tatapan malas, "dan kamu akan membiarkanku sendirian lebih lama lagi? Di rumahmu?" Dehan menghembuskan napas pendek, "baiklah akan aku temani sebentar sampai Manda kembali." Lora tersenyum senang, "ngomong-ngomong kalian dari mana?" "Ngerayain ulang tahun Manda." "Hah?? Tumben sekali, sejak kapan kalian ada perayaan ulang tahun?" "Hanya perayaan sederhana dengan teman-teman dekat Manda." "Oh begitu ternyata. Dan hari itu yang kita bertemu saat belanja, dia benar-benar teman kamu?" "Kenapa kamu penasaran sekali sih? Dan aku pikir sangat tidak nyaman bertanya hal demikian pada orang yang bahkan baru pertama kali kamu temui." Dehan mengingatkan karena ia sangat tidak suka dengan hal tersebut. Lora angkat bahu cuek, "aku hanya ingin tahu, apa salahnya?" "Terserah saja, aku juga tidak ada hak untuk mengingatkan kamu." Dehan memilih untuk tidak mempermasalahkan hal itu dengan lebih lanjut. "Tapi kalau dilihat lihat sih memang hanya teman. Karena kalau lebih sih ga mungkin." Dehan langsung mengernyitkan dahinya, "kenapa kamu bisa bicara demikian?" "Ya karena sama sekali tidak cocok. Seorang Dehan calon kuat pemimpin utama perusahaan dengan seorang wanita biasa-biasa saja. Waktu aku bertemu nya waktu itu, dia bahkan tidak memakai barang bagus satu pun." Lora bicara dengan sangat percaya diri yakin sekali dengan penilaiannya. Dehan yang mendengar itu hanya tertawa, "begitu kah? Lalu kamu pikir aku cocoknya dengan siapa?" "Aku dong." dengan cepat Lora menjawab. "Kalau aku mengikuti apa yang kamu katakan. Itu artinya aku akan sendirian seumur hidupku." Lora langsung menunjukkan wajah tak terima, "kenapa begitu?" "Aku sama sekali tidak bisa dengan orang seperti kamu Lora. Bisa-bisanya sudah memiliki pasangan tapi masih saja menggoda orang lain, dan yang gilanya adalah kakak dari pacarnya sendiri." Lora membuat tatapannya malas mendengar jawaban Dehan, "lagian kenapa dulu kamu nggak mau nerima aku sih? Bahkan sebelum aku bertemu Randa." "Entahlah, aku hanya merasa tidak cocok dan ternyata benar saja." Lora tertawa, "kapan rencana pemilihan pergantian posisi papa kamu di perusahaan?" Dehan angkat bahu, "aku tidak tahu." "Aku ingin memberi tahumu sesuatu tentang Randa. Kalau kamu mau berdamai denganku, aku akan membocorkan semua rencana Randa padamu." Dehan mengerutkan dahinya bingung dengan apa yang tengah Lora maksud saat ini, "apa maksudmu?" "Dehan, aku sudah bilang kalau Randa benar-benar ingin mendapatkan posisi ini. Dia akan lakukan apapun, dia berbeda dengan kamu yang hanya diam dan menunggu hari dimana keputusan akan di ambil. Randa sedang mempersiapkan banyak hal. Apa kamu hanya akan berdiam diri?" Dehan menggeleng berusaha tidak terpengaruh dengan apa yang Lora katakan, "aku tidak tahu apa yang sedang kamu bicarakan." "Aku mengetahui semua rencana Randa. Aku bisa saja putus dengannya dan berada di pihakmu lalu membantumu untuk membuat pertahanan atas serangan yang akan Randa lakukan. Aku adalah kartu AS yang bisa kamu pakai Dehan. Aku dengan sangat senang hati membantumu." Lora tetap berusaha meyakinkan Dehan. "Aku benar-benar tidak mengerti. Kenapa ini terkesan akan seperti terjadinya perang? Ini hanya lah perpindahan kepemimpinan perusahaan yang masih di dalam satu keluarga. Kenapa terkesan semenegangkan ini?" Dehan masih belum bisa mengerti permasalahan yang tengah diributkan oleh Lora. "Hanya?? Dehan, ini adalah keputusan terpenting. Apa kamu rela semuanya berpindah ke tangan Randa begitu saja?" "Kita berdua sama-sama memiliki kesempatan. Tidak ada yang salah kalau salah satu terpilih, salah satunya tidak." "Tapi akan jadi masalah kalau memang Randa lah yang menang. Dehan, kenapa kamu baik banget sih jadi orang?" "Lora, aku tahu kamu hanya sedang berusaha memperkeruh keadaan kan? Berhentilah karena ini tidak akan ada gunanya." Dehan memperingatkan karena rasanya ia sudah mulai kesal. "Dehan, kamu bisa ditendang sepenuhnya oleh Randa kalau tetap seperti ini. Jika itu benar-benar terjadi, nggak cuma kamu yang nerima efeknya, secara tidak langsung ini juga akan berpengaruh pada Manda. Ingat Dehan, saat ini kamu berhadapan langsung dengan Randa. Disaat seperti ini jangan lihat dia sebagai adikmu." Dehan terdiam karena ucapan Lora mulai membuatnya berpikir, terlebih dengan Lora yang sampai menyebut nama Manda. "Dehan, tolong pikirkan ini. Randa sangat berbahaya." Lora kembali menekankan ucapannya pada Dehan dengan sangat. Dehan masih diam sambil menarik napas dalam, "berhentilah mencampur adukkan berbagai masalah Lora. Aku tahu kamu juga ingin memanfaatkan keadaan ini kan? Jangan membuatku semakin pusing." Lora menghembuskan napas panjang sambil memijat sekilas pangkal hidungnya, "baiklah, setidaknya kamu harus ingat kalau aku sudah berusaha mengingatkanmu dan menawarkan tawaran bantuan." "Terima kasih, tapi tampaknya itu tidak perlu." "Ehm, Mbak Lora, aku udah boleh pindahin kadonya ke kamar sekarang nggak?" Manda sudah datang lagi menginterupsi pembicaraan Dehan dengan Lora. Lora langsung menoleh pada Manda dengan senyuman, "tentu cantik, mbak harap kamu suka ya kadonya. Sekalian mbak pamit pulang sekarang." "Eh? Udah mau langsung pulang saja?" Manda merasa janggal karena Lora sudah langsung ingin pulang saja. Padahal biasanya pasti dia akan mengulur waktu agar bisa berlama-lama, terlebih kalau ada Dehan. Lora mengangguk, "iya, Mbak Lora memang cuma pengen nganterin kado aja buat Manda. Mbak pergi sekarang." "Oke deh mbak, hati-hati. Terima kasih untuk kadonya." "Iya, sekali lagi selamat ulang tahun ya cantik." ***************************************** Finally done pencitraan biar dikata author rajin 2021 wkwkwkwk aku cuma mau bilang, New year new me, but still reading Rilania's story! CUAKEP NGGAK TUH? wkkwkwkwkwkwk HAPPY NEW YEAR!!!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN