40. Birthday

2161 Kata
"Makasih ya pak, pulangnya jadi kemalaman gini." Prisa mengucapkan terima kasih pada Dehan yang sudah bersiap untuk pulang setelah beberapa lama berada di rumah Prisa. "Nggak apa-apa. Makasih juga untuk hari ini ya. Semoga kue selanjutnya juga seenak hari ini." ujar Dehan yang sudah berada di dalam mobil pada Prisa. "Iya pak. Ngomong-ngomong apa Manda ga curiga bapak pulang telat begini?" Prisa merasa sedikit khawatir. "Enggak kok, saya sudah biasa pulang telat karena urusan lainnya. Tak perlu khawatir." "Eh buruan, ini jadi pulang apa enggak sih?" teriak Gama dari belakang sambil menggas motornya sehingga sejajar dengan mobil Dehan. "Sabar dong, ngapain sih ngamuk segala? Gara-gara minta disuapin Nania tapi malah kena tabok ya?" goda Dehan pada Gama. Nyatanya tadi saat Gama iseng juga ingin disuapi dan menyuapi Nania kue, Nania yang memang sedang merasa capek jadi marah dan kesal lalu berakhir mengusir Gama. Gama mendengus, "ya ga papa lah, Nania love language nya memang love hate." "Kamu bisa di anugerahi manusia paling positive thinking di dunia sepertinya Gama." "Dan pastinya Nania sangat bangga dengan itu," Gama bicara dengan sangat percaya diri sambil tertawa yang malah membuatnya terlihat bodoh. Dehan dan Prisa saling lirik sambil geleng kepala melihat tingkah Gama yang kalau sudah masalah Nania pasti terlihat seperti orang bodoh. Memang Gama ini manusia bucin level maksimal. "Udah ya Prisa, kami pulang dulu." pamit Dehan pada Prisa. "Bai bai calon kak ipar!" * Setelah sampai rumah, Dehan langsung bergerak menuju kamar sang adik. Dia ingin segera memastikan nama idol korea kesukaan Manda untuk membelikannya kado di hari ulang tahunnya nanti. Sebenarnya tadi ia sudah menanyakannya pada Nania, tapi ia masih ingin memastikannya secara langsung dengan masuk ke kamar adiknya itu. "Manda??" Dehan mengetuk pintu kamar gadis itu. "Mas Dehan? Masuk aja mas," terdengar teriakan dari dalam. Dehan pun langsung membuka pintu kamar dan mendapati Manda sedang duduk di meja belajarnya tengah mengerjakan sesuatu. "Lagi apa?" Dehan berdiri di dekat meja belajar Manda sambil basa-basi terlebih dahulu. "Ini lagi ngerjain tugas aja sih. Mas kok pulangnya telat? Papa udah pulang dari tadi loh." ujar Manda meletakkan penanya dan fokus bicara dengan Dehan. "Iya, ketemu teman dulu." "Bukan Mbak Lora kan?" "Ya bukanlah, masih masalah kerjaan kok. Kamu sama papa udah makan malam?" Gadis itu mengangguk, "udah." "Eh, siapa nih?" tanya Dehan menunjuk photo deretan beberapa pria yang Manda letakkan di meja belajarnya. "Itu? Bukan apa-apa, cuma foto artis." "Artis korea gitu ya?" "Iya, tumben banget kepo. Ngapain emangnya?" "Astaga, nanya doang emang ga boleh?" Manda menarik sudut bibirnya, "boleh sih." "Pasti yang lagunya sering kamu putar di mobil mas waktu kita jalan bareng ya?" Manda mengangguk, "kenapa? Mas suka juga lagunya? Waktu itu mas bilang berisik." Dehan tertawa, "enggak kok, waktu itu ada lagunya yang enak juga. Apa sih nama grup nya? Biar nanti waktu ke kantor mas dengerin juga, lumayan bikin semangat sih sebenernya." Manda ikut tertawa mendengar ucapan kakaknya itu, "Stray Kids." "Hah? Serius kamu? Emang itu nama grupnya?" "Iyaaaa. Keren banget, aku suka." Dehan mengangguk karena nama yang disebut Manda barusan sama dengan apa yang Nania katakan tadi. "Udah beli albumnya?" "Kok mas nanya sih?" "Lah kok kamu malah takut gitu waktu mas tanya?" "Nanti malah mas bilang aku boros, aku kan belinya sama uang jajan aku yang aku sisihiiin," Manda langsung membela diri padahal Dehan sama sekali tidak ingin memarahinya. Dehan tertawa melihat reaksi Manda yang seperti baru saja membeli obat-obatan terlarang, "ya nggak apa-apa lah Manda. Namanya juga hobi ya apa salahnya asal jangan berlebihan, oke?" Manda langsung menunjukkan senyum lebar, "makasih ya mas. Aku masih punya album sedikit sih. Cuma satu, dua, tiga, eum.., cuma enam." "Cuma enam?? Bukannya itu udah banyak!?" "Ih, albumnya mah lebih banyak mas. Mana satu album bisa banyak versi. Ya gitu deh mas, masalah fangirl memang rada ribet, mas ga akan paham," Manda menutupi ucapannya dengan terkekeh sendiri. "Oh iya mas, coba tebak tadi aku sama papa ngobrolin apa waktu makan malam?" Manda membuka topik pembicaraan baru. Dehan mengangkat alisnya menatap Manda penasaran, "bahas apa?" "Aku nanya papa, papa punya kriteria khusus buat calon menantu nggak?" "Ngapain kamu nanya itu ke papa? Masih kecil kok udah nanya-nanyain itu??" "Ish, bukan untuk aku, tapi buat Mas Dehan laaah." Dehan langsung tertawa, "ngapain sih, Nda?" "Tapi mas pasti penasaran kan sama jawaban papa?" "Apa memang?" "Papa bilang, papa nggak punya syarat aneh-aneh kok. Asalkan kita nyaman, terus orangnya baik dan ga aneh-aneh, papa sih oke oke aja. Mantap nggak tuh mas?" Manda tertawa senang sambil tampak sangat puas. Dehan ikut tertawa karena ia bahkan belum pernah ada pikiran menanyakan hal semacam itu, "ya mantap banget sih." "Artinya Mas Dehan bebas nyari cewek yang bikin mas nyaman." "Udah ah, kamu sibuk banget ngurusin mas. Udahlah selesain aja tuh tugas kamu. Mas ke kamar mas dulu ya." "Iya, eh kok itu baju mas ada putih-putihnya? Mas dari mana?" Manda yang sudah akan membiarkan Dehan pergi tercuri perhatiannya oleh baju Dehan yang kotor. "Nggak tahu sih, mas mau mandi dulu lah." *** Seperti tahun-tahun sebelumnya, hari ini dimana Manda ulang tahun, ia dan keluarganya akan pergi ke makam mamanya untuk ziarah. Mereka sudah pergi sejak pagi dan kini pulang saat hari sudah mulai siang karena posisi tempat mamanya dimakamkan memang sedikit jauh. "Selamat ulang tahun ya sayang," ujar papa yang duduk di kursi depan mobil pada Manda yang duduk di bangku belakang saat mereka sudah di perjalanan pulang. "Iya pa, makasih." "Coba deh lihat apa yang ada di belakang." Manda menunjukkan wajah bingung namun tetap bergerak melihat ke belakang kursi yang ia duduki dan mendapati sebuah kotak ber pita dengan ukuran yang lumayan besar. "Hadiah ulang tahun, pa?" tanya Manda dengan wajah sangat senang dan bersemangat. "Iya sayang." "Eh tumben? Biasanya papa ngasihnya di rumah." Papa tersenyum, "lagi pengen kasih lebih cepat aja. Oh iya, itu hadiah dari papa aja ya, gak gabung sama siapa-siapa." Manda tertawa melirik Dehan yang ada di bangku kemudi, "Mas Dehan telat, papa udah duluan bilang kalau ini cuma kado dari papa sendiri." "Lah, papa gimana sih?" Dehan menunjukkan wajah sedih karena biasanya tiap papa memberi kado ulang tahun untuk Manda, Dehan dengan cepat akan mengatakan kalau itu juga sekaligus kado darinya supaya ia tidak perlu repot lagi memberi kado. Selama ini memang yang selalu memberi kado hanyalah sang papa. Papa tertawa, "coba deh Manda buka kadonya." "Aku buka ya, pa." Manda pun mulai membuka tutup kotak itu dan langsung menunjukkan wajah kaget, "wuaaah!?" Papa melirik ke belakang sambil tertawa, "apa kamu suka sayang?" "Ya ampun pa, makasih banget. Baru aja aku mau minta beliin laptop baru sama Mas Dehan soalnya laptop lama dia yang aku pakai sekarang suka tegang, udah buluk. Ternyata papa udah beliin duluan, mana bagus banget lagi. Makasih banget ya pa." Dehan ikut tertawa melihat ke arah papanya, "makasih ya pa, dia nggak jadi morotin aku lagi." Manda masih tertawa senang memperhatikan laptop baru pemberian ulang tahun dari papanya tersebut. "Kalian jadi pergi habis ini?" tanya papa lagi tapi malah membingungkan Manda yang tidak tahu apa-apa. "Iya, Nda. Mas mau ajakin kamu makan siang, papa ga bisa ikut soalnya ada urusan yang ga bisa ditinggal. Kamu mau kan?" Dehan menjelaskan pada Manda. Manda mengangguk, "oh gitu, mau kok. Aku juga lapar." "Papa nggak ikut boleh kan sayang?" "Iya nggak masalah kok pa." "Kalau gitu kita antar papa dulu baru kita pergi, ya?" "Okey!" * "Serius kita makan disini?" tanya Manda melihat Dehan kini mengarahkan mobilnya untuk berhenti di sebuah tempat makan fast food. "Iya lah, apa salahnya?" "Aneh banget Mas Dehan mau diajakin ke restoran fast food. Kenapa mas? Lagi ga ada duit?" Dehan tertawa, "ga papa lah sekali-kali. Toh biasanya kamu pengen banget di bawa ke restoran fast food begini." Manda hanya bisa mengangguk setuju saja, "dipikir karena aku ulang tahun Mas Dehan bakalan ngajak aku ke restoran mahal." "Apa kamu tidak ingat kalau kamu nggak suka ke restoran mahal, kamu bilang kesannya ketuaan." "Ya tapi kan ini konteks nya beda mas." "Udahlah, udah parkir juga, nggak mungkin kita balik lagi kan? Lagian mas udah laper banget nih." "Iya iya." * Manda berjalan malas mengikuti langkah Dehan memasuki restoran fast food itu, mereka memilih ke lantai dua, dan saat tiba di atas alangkah kagetnya ia karena tiba-tiba ada bunyi letusan balon yang sangat keras dan mengejutkannya. "SELAMAT ULANG TAHUN MANDA!! YEAAAAYYYYY!!" Manda terdiam mematung melihat sudah ada Gama, Nania dan juga Prisa dengan latar belakang hiasan bertema ulang tahun atas namanya. Disaat itupun semua orang mulai menyanyikan lagu ulang tahun dibarengi dengan Dehan yang sudah membawa sebuah kue ulang tahun dengan lilin ke hadapan Manda. "Yeahhh! Selamat ulang tahun ya Manda," semua orang memberi kan selamat pada Manda yang sudah selesai meniup lilin. "Eh? Eh? Kok malah nangis sih?" Dehan terkejut melihat adiknya itu malah menangis setelah meniup lilin. Dengan cepat ia meletakkan kue yang tadi ia pegang dan memeluk adiknya itu yang sudah menangis tersedu-sedu. "Ini si Manda nggak suka kita rayain apa gimana sih?" celetuk Gama bingung yang langsung disambut pukulan oleh Nania. "Itu artinya terharu! Lo ngapain sih malah ngerusak suasana!?" "Eh maaf maaf." * Setelah Manda lebih tenang, akhirnya kini mereka memutuskan untuk duduk bersama di salah satu meja. "Gimana Manda? Sukses nggak nih kejutannya?" tanya Nania pada Manda. Manda tertawa, "aku sama sekali nggak tahu bakalan dirayain gini." "Jadi awalnya mas emang mau rayain di restoran gitu. Tapi Nania dan Gama bilang, lebih asik dan kekinian kalau ngerayain ulang tahun itu di restoran fast food." Dehan menjelaskan. Nania dan Gama sama-sama tersenyum kepada Manda sambil menjentikkan jari ala anak muda sekali kalau di mata Dehan dan Prisa. "Lagian takutnya si Manda ngelempar kuenya ke kita karena maunya ayam goreng. Yaudah kita rayain aja sekalian disini, kalau kamu nggak mau kue, ada banyak ayam goreng disini," ujar Gama bercanda terkait cerita legend perayaan ulang tahun Manda yang gagal total waktu SD. "Nggak usah dibahas sih harusnya." Manda menatap Gama dengan malas. "Eh tapii, bisa dipastikan kali ini kamu ga bakal mau ngelempar kue yang ini." Gama kembali memusatkan perhatian Manda pada kue yang api lilinnya sudah di tiup sebelumnya. "Kenapa?" "Yuk potong kue dulu," suruh Dehan memberikan pisau dan piring kepada Manda. Manda mengangguk dan mulai memotong kue dan lanjut memakannya bersama. "Enak ya kue nya, beli dimana?" tanya Manda penasaran kembali menyuap kue ke mulutnya. "Kue ini spesial, karena yang bikin khusus Mbak Prisa sama Mas Dehan." Gama menjelaskan dengan semangat sambil melirik Dehan dan Prisa yang berada di samping samping Manda. "Eh?? Seriusan!?" Manda kaget tidak bisa percaya. "Enak kan?" tanya Dehan seolah membenarkan ucapan Gama. Manda langsung tersenyum lebar, "pantas saja enak, ternyata yang bikin spesial pakai cinta dan kasih sayang." ujar Manda disambut tawa penuh arti oleh yang lain. "Iya, soalnya kan mas sama Mbak Prisa sayang sama Manda." Dehan coba lebih membenarkan ucapan Manda. "Iyain aja deeh." "Oh iya, untuk tahun ini spesial mas kasih kamu kado." Dehan berdiri lalu pergi mengambil sebuah kotak kado. Manda menerima kotak itu dengan ragu-ragu, "ini beneran apa prank?" "Ya beneran lah Manda." "Soalnya mas nggak pernah kasih kado. Waktu itu gayanya mau ngasih, eh tau taunya cuma prank." "Terserah deh, kalau emang ga percaya sini mas ambil lagi." Dehan sudah bersiap mengambil lagi kotak itu dari tangan Manda. "Eh, kalau udah ngasih jangan di ambil lagi dong!" Manda bersikeras menahan kado di tangannya untuk tak kembali di ambil. "Ayo buruan buka." "Iya," Manda pun mulai membuka tutup kotak itu untuk melihat isinya. Ia terpaku sejenak melihat isinya dan tiba-tiba berteriak girang yang membuat semua yang disana kaget sambil menutup telinga. "Mas Dehan!? Serius ngasih ini!?" Manda bertanya seolah tidak bisa percaya. "Iya, semua album Stray Kids full version yang belum kamu punya. Mas udah coba cari tahu di internet dan semoga saja itu sudah yang paling lengkap, sebelumnya mas juga udah diem-diem cek apa aja yang udah kamu punya sebelumnya. Kamu suka member yang namanya Felix kan? Itu ada dikasih satu photocard Felix official juga kok. Semoga kamu senang." Manda langsung meletakkan kotak kado itu dan berlari memeluk mas nya itu dengan erat, "huaaaaa! Mas Dehan baik bangetttt!!! Bukan masalah apa hadiahnya, tapi usaha Mas Dehan buat nyari tahu apa yang aku suka. Aku terharu banget!!" Lagi-lagi Manda menangis memeluk Dehan. Dehan pun hanya bisa tertawa, "kayaknya jauh lebih seneng dikasih ini dibanding dikasih laptop sama papa ya? Tapi jujur saja sebenernya mas salah." Manda mengangkat kepalanya lalu mendongak menatap kakaknya itu, "apanya yang salah?" "Dengan percaya dirinya mas pesan semua itu, mas pikir murah, ternyata mahal. Mas kaget waktu lihat total tagihannya. Dompet mas auto teriak." Dehan tertawa ketir. "Lagian mas Dehan belagu banget, aku aja cuma sanggup beli satu doang buat hadiah Nania," Gama bicara sendiri yang tanpa sengaja terdengar oleh Nania itu sendiri. "Makasih ya Gama." Gama terkejut bukan main dan menatap Nania dengan wajah tak percaya, "hah!? Nania?" "Makasih waktu itu udah ngasih aku album ya." Gama langsung tersenyum lebar, "Nania mau aku beliin lagi nggak biar kamu bicara semanis ini lagi ke aku?" "Nggak usah." ****************************************** hei!? apa kalian tidak mabok membacanya? pelan pelan aja wkwkwkwk
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN