"Itu si Gama emang begitu gaya bawa mobilnya?" tanya Dehan saat kini ia dan Manda berada di mobil yang sama untuk pulang sedangkan Gama sendirian di depan.
"Kenapa memang?"
"Asik banget kiri kanannya sembarangan." ujar Dehan yang sejak tadi tercuri perhatiannya oleh mobil yang dikendarai oleh Gama di hadapan mereka.
Manda tertawa, "lagi kegirangan kayaknya mas."
"Kenapa?"
"Hari ini Kak Nania baik ke dia. Nggak se galak hari biasanya. Mana tadi dia juga dapat foto berdua sama Kak Nania dan hasilnya bagus. Ya gitu deh, lagi bahagia."
Dehan langsung geleng kepala sambil tertawa kecil, "ada-ada aja si Gama."
"Tapi dia biasanya bawa mobil hati-hati kok mas. Doain aja selamat sampai rumah. Oh iya, mas udah kasih uang ke Mbak Prisa ya?"
"Iya udah, kemarin malam. Mas lupa ngasih tahu kamu."
Manda mengangguk, "syukurlah Mbak Prisa mau nerima ya mas. Aku pikir nggak bakal diterima soalnya mikirnya lama banget dari terakhir kali mas bilang kalau mau udah bicara sama Mbak Prisa. Mas ngasihnya banyak?"
"Enggak terlalu sih, tapi kayaknya cukup buat beberapa kali pengobatan."
"Terus teruuussss, mas tadi kok bisa makan bareng sama Mbak Prisa???"
Dehan yang sejak tadi selalu melihat jalanan di depan kini menoleh melihat ke arah Manda karena nada bertanya adiknya itu terasa berbeda, "ya bisa lah."
"Ya kok bisa gitu loh?? Cie yang sekarang udah akrab sama Mbak Prisaaaa."
Dehan tertawa, "ya Mbak Prisa nya yang nawarin karena dia udah kebeli makanan dua porsi, eh tahunya Nania udah makan di luar bareng kalian. Ya kebetulan mas juga lapar belum makan, apa salahnya mas terima tawarannya kan? Lagian mas sengaja loh nolak tawaran makan malam bareng temen tadi supaya bisa makan malam bareng sama kamu. Eh tahunya sia-sia, mas serasa dikhianati loh," Dehan menutup ucapannya dengan wajah sedih dan kecewa.
"Hehe, maaf ya. Tapi nggak papa sih, kan jadinya mas bisa makin akrab sama Mbak Prisa."
"Kenapa sih kamu kayaknya seneng banget kalau mas deket sama Mbak Prisa?"
Manda mengangkat bahunya, "ya cuma seneng aja. Lagian Mas Dehan belum ada niatan punya pacar gitu?"
"Lah?? Bukannya kamu yang tadinya ngelarang mas buat punya cewek??"
"Iih, itu kan udah lama banget!"
"Masa sih? Rasanya baru kemaren deh."
"Oh iya aku baru inget. Tadi aku sebenernya lihat Mas Randa loh mas sama pacarnya." Manda yang baru ingat sesuatu langsung berbicara dengan nada sangat bersemangat untuk memberi tahu kakak tertuanya itu.
"Bareng Lora? Bukannya Randa masih di luar kota?" Dehan coba memastikan.
Manda kembali mengangkat bahu, "baru balik mungkin. Terus kalau nggak salah si Mbak Lora juga lagi di luar negeri bukan sih?"
"Kenapa kamu malah nanya mas? Kan kamu yang ngasih tahu kalau baru aja lihat mereka."
"Hehe, iya juga ya. Aku cuma kaget aja, lagian kan mereka seringnya ketemu bukan disini. Kalau nggak Mas Randa si bucin yang ke luar negeri ketemu Mbak Lora, atau nggak pas si Mbak Lora pulang mereka habisin waktu di luar kota, ke Bali sih yang paling sering. Tadi aku liat mereka ke restoran waktu tadi lagi kecebak macet bareng Kak Gama dan Kak Nania."
"Mungkin lagi sama-sama kepengen pulang. Nanti lihat aja di rumah, kalau mau kamu juga langsung aja nanya ke Mas Randa."
Dengan cepat Manda menggeleng, "nggak ah, males. Lagian aku juga males sama si Mbak Lora itu."
"Kenapa memang? Kamu nggak boleh loh begitu."
"Soalnya Mbak Lora ini kalau ke rumah sering sok akrab banget, kan jadi bikin risih mas."
Dehan tertawa, "bukan sok akrab maksudnya. Dia kan pacarnya mas kamu, ya wajarlah dia pengen deket sama kamu. Niatnya baik loh. Secara kamu juga adik satu-satunya Randa."
"Nggak asik, lagian kayaknya dia juga deketin aku nggak tulus."
"Nggak tulus gimana?"
"Ya kayak yang beda aja gitu. Lagian mas ngerasa nggak sih kalau hubungan Mas Randa sama Mbak Lora itu kelihatan nggak natural dan kayak yang dibuat-buat gitu?" Manda bicara dengan nada julid.
"Ish, anak kecil bisa-bisanya ngomong begitu. Tahu apa kamu memangnya hm??"
"Mas, aku udah gede loh."
"Udah lah, mendingan kamu doain aja hubungan Randa sama Lora, jangan disinisin gitu. Terus kalau nanti nih Mbak Lora ke rumah nemuin kamu, jangan dikacangin terus, kasihan Mbak Lora nya. Dia kan baik, mana cantik pula."
"Mas mikir Mbak Lora cantik? Jadi tipenya Mas Dehan sama kayak Mas Randa?"
"Hey, emang kalau mas bilang gitu udah langsung artinya mas suka sama dia?"
"Ya bisa jadi sih."
"Yaudah deh terserah kamu. Emang susah ya ngomong sama anak kecil." Dehan memilih untuk pasrah.
"Terus kalau menurut mas, Mbak Prisa cantik nggak?"
Dehan agak terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba Manda, namun segera menjawabnya, "cantik kok."
"Ooh, jadi Mbak Prisa cantik nih menurut mas?"
"Ya cantik lah, setiap perempuan itu cantik dengan caranya masing-masing."
Manda tertawa dengan wajah mengejek, "halah, bisa aja jawabannya."
"Ya bisa dong, masa enggak sih?"
"Mas, aku mau nanya lagiii," Manda sudah tampak siap dengan pertanyaan baru untuk mas nya itu.
"Apa lagi? Awas ya kalau aneh aneh."
"Nggak aneh kok kalau menurut aku."
"Kalau gini sih kayaknya bakalan aneh, yaudah deh apa pertanyaannya?" Dehan sudah waspada tapi tetap penasaran dengan apa yang akan Manda tanyakan padanya.
"Nih ya, pasti nih suatu hari mas bakalan punya pasangan. Mas bakal permasalahin nggak latar belakang nya? Maksud aku nih ya, apa mas juga bakalan cari cewek yang kariernya bagus juga, keluarga kaya dan terpandang, pokoknya yang berkelas banget gitu yang katanya sih sederajat. Secara nih, kalau dilihat-lihat kan spek nya Mas Dehan oke banget."
Dehan tampak berpikir sambil salah satu jarinya mengetuk-ngetuk stir yang ia pegang, "mas nggak tahu. Lagian dikiram mas kamu ini mesin pakai dibilang spek nya tinggi segala?"
"Eh, kok jawabannya gitu sih!?" Manda langsung kesal dengan jawaban mas nya itu. Padahal ia sudah menunggu dan tadinya Dehan terlihat berpikir keras.
Dehan terkekeh mendapatkan respon marah dari sang adik, "mas beneran nggak tahu karena hidup itu penuh kejutan yang bahkan nggak pernah kita kira sebelumnya. Tapi kalau dipaksa jawab nih, sebenernya mas nggak terlalu permasalahin hal tersebut karena terlahir dari keluarga apa dan latar belakang seperti apa itu kita sama sekali nggak bisa milih dan nggak punya daya apapun. Yaudah kita lahir dan udah harus terima aja keadaannya."
Manda hanya diam mendengarkan jawaban dari Dehan. Ia ingin mendengarkan jawaban dari Dehan lebih banyak lagi.
"Yang jadi penilaian itu seharusnya gimana kita ngejalanin kehidupan yang udah di kasih ke kita. Untuk masalah pasangan tentu kita harus nyari nih yang nilainya bagus dan cocok buat kita. Karena menurut mas, hubungan itu membuat dua kepribadian bisa berjalan beriringan secara dinamis agar bisa bertahan sampai kapanpun. Kalau bisa pasangan itu cuma satu seumur hidup kan? Tapi secara realita tentu cara ini agak sulit. Ini sih menurut teori pemahaman mas aja." Dehan menutup penjelasannya dengan tawa.
Manda masih diam sambil mengerutkan dahinya menatap Dehan.
"Gimana? Paham nggak sama apa yang mas jelasin?" tanya Dehan memastikan.
Manda tertawa kecil, "hehe, enggak."
"Lah, tadi maksa jawab, udah dijawab malah nggak ngerti. Gimana sih kamu wahai Amaia Manda Advika??"
"Ya mas jawabnya belibet banget, bisa nggak sih jelasinnya pakai bahasa yang sederhana dan dapat dipahami oleh orang awam seperti aku???"
Dehan tertawa, "sebenernya mas sendiri juga nggak paham mas tadi ngomong apa. Ribet banget nggak sih?"
"Nah itu mas sendiri kagak paham."
"Intinya sih nyari cewek yang baik deh." Dehan meringkas dan membuat kesimpulan yang sangat sederhana.
"Tapi kalau aku sih mas,"
"Eh? Kamu juga udah mikirin tentang cowok idaman??" Dehan kaget karena baginya Manda masih sangat kecil.
"Bukaan! Maksudnya kalau aku boleh minta nih ya, aku pengen nanti pasangan Mas Dehan itu nggak bikin aku sama Mas Dehan jadi jauh."
Dehan membeku mendengar ucapan Manda, ucapan gadis itu berhasil membuat hatinya menjadi sedih entah karena alasan apa.
Manda tertawa, "eh maksudnya bukan yang masalah fisik, tapi gimana ya jelasinnya? Eum..., nah jadi waktu itu temen aku pernah cerita kalau kakaknya baru aja nikah, eh sejak nikah dia ngerasa hubungan dia sama kakaknya udah beda banget, nggak deket lagi dan malah jadi canggung. Aku jadi nggak bisa aja gitu ngebayangin ada di posisi itu, apalagi selama ini aku apa-apa selalu sama Mas Dehan. Tapi, ada juga temen aku yang cerita, awalnya dia ga begitu deket sama kakaknya, tapi sejak kakaknya nikah jadi deket sama kakaknya karena efek pasangan kakaknya ini."
Dehan diam-diam menghela napas lalu menunjukkan senyumnya pada Manda, "kalau gitu mas bakal masukin kriteria mas deh."
"Apa?"
"Perempuan yang nggak akan bikin mas jauh sama kamu."
"Huaaaa Mas Dehaaaaaan!!! Aku terharuuuuu!!!!!" Manda langsung berteriak terharu dengan wajah nya seperti akan menangis senang.
"Ah lebay nih, ga jadi lah."
"Eh jangan!"
******************************************
BOOM BOOM BOOM BOOM SAMPAI PEGEL, WKWKWKWKWK
KALIAN KALO BOSAN GA PAPA, TAPI YANG PENTING JANGAN TINGGALIN AKU HUHUHU :')
semangat selagi masih belum ganti tahun hehehe