49. Affairs

1385 Kata
"Dehan??" Sebuah panggilan langsung menarik perhatian Dehan yang sedang duduk di meja kerjanya sambil membaca sesuatu di layar laptopnya. Dan kini ia mendapati seorang wanita masuk ke ruangannya lalu menutup pintu dengan rapat. "Apa yang kamu lakukan disini?" "Ya mau ketemu kamu lah." "Ngapain?" "Ya mau ngomong dan kangen aja," jawab gadis berambut cokelat bergelombang itu santai mendekat ke arah kursi Dehan. Dehan langsung menunjukkan wajah tegang sembari menatap ke arah pintu lagi, "Lora, kamu gila? Di kantor sedang ada Randa." Lora bersandar di meja Dehan menatap Dehan yang masih duduk di kursinya, "iya tahu kok lagi ada Randa, aku tadi juga udah nemuin dia sebentar. Tenang aja dia ga bakal tahu aku disini karena barusan dia pergi sama papa kamu keluar." Diam-diam Dehan menghela napas lega, setidaknya ia tidak akan menghadapi keributan walaupun Lora ada disini menemuinya secara pribadi. "Kenapa sih? Takut banget sama Randa?" tanya Lora menatap Dehan. "Aku nggak mau ngabisin waktu hanya untuk ribut hal gak jelas seperti ini." jawab Dehan sambil menggeser kursinya agak ke belakang karena posisinya terlalu dekat dengan Lora yang masih bersandar pada meja kerjanya. Lora hanya mendehem ringan sembari memperhatikan suasana ruangan milik Dehan. "Sebenarnya aku sedang sibuk," ucap Dehan pada Lora. Lora kembali menfokuskan dirinya pada Dehan, "gimana? Udah berubah pikiran?" "Tentang apa?" "Ayolah, ini sudah akan sampai pada hari pemilihan presdir, jangan belagak lupa deh, Han. Gimana? Mau aku berada di pihakmu? Ini masih belum terlambat untuk aku bukain rencana Randa buat kamu." Dehan menggeleng, "aku rasa tidak ada yang perlu aku pusingkan. Kalau memang posisi itu bukan untukku, aku tidak akan permasalahkan." Lora menatap Dehan dengan wajah heran, "kamu sama sekali tidak ada perjuangan untuk posisi ini?" "Aku sudah berjuang dari jauh hari dengan selalu totalitas dalam setiap kinerjaku. Aku rasa itu semua cukup." "Argh! Aku benar-benar sudah gatal sekali ingin membongkar rencana Randa, tapi kalau aku mengkhianatinya sekarang sedangkan kamu tidak mau bersamaku, aku benar-benar hanya akan rugi." ujar Lora tampaknya sudah sangat gemas dan greget. Dehan terdiam karena untuk beberapa waktu ia juga penasaran dengan apa rencana Randa yang Lora ketahui sampai gadis ini ingin sekali membongkarnya dengan syarat yang tentu tidak bisa ia penuhi. "Dehan, kamu pacaran dengan wanita yang bernama Prisa itu?" tanya Lora tiba-tiba menjadi sangat penasaran. "Kamu tidak perlu tahu." Dehan tampaknya tidak ingin memberi tahu apapun. "Kenapa? Karena dia hanya pesuruh di kantor ini??" Dehan langsung membelalak mendengar ucapan Lora, "Lora, tolong jaga ucapanmu." "Jaga ucapan gimana? Kan dia emang pegawai yang suka di suruh-suruh di kantor ini? Beberapa waktu lalu waktu aku kesini, aku ketemu dia walaupun belum sempat bicara apa-apa. Tapi karena penasaran ya aku cari tahu, eh tahunya cuma karyawan rendahan disini ya. Kok bisa sih kamu bergaul sama dia? Kamu pimpinan kantor ini loh Dehan. Ya walaupun aku tahu kamu ramah ke semua yang ada di kantor ini, tapi kamu nggak akan sampai deket sama orang seperti itu, kan?" "Itu semua bukan urusan kamu." Dehan kembali menegaskan. Namun Lora malah semakin nenatap Dehan dengan tatapan penasaran, "kamu serius sama dia? Sama cewek kayak dia?" Dehan memutar bola matanya malas, "terus kalau seandainya iya, masalah apa sama kamu?" Lora langsung tertawa sambil geleng kepala, "Dehan!? Are you serious? Nggak sih, aku nggak bisa percaya sama sekali. Aku aja susah banget buat dapatin kamu, nggak mungkin cewek kayak dia malah bikin kamu tertarik." "Dan kamu pikir dengan cara ngerendahin orang lain seperti ini akan buat kamu terlihat jauh lebih baik?" tanya Dehan dengan nada datar pada Lora. "Han, aku udah lama loh ngejar kamu, bahkan sampai detik ini walau aku udah sama Randa. Kalau seandainya kamu berakhir sama cewek yang jauh lebih baik dari aku, aku akan baik-baik saja, tapi yang ini bikin harga diri aku serasa di injek-injek tahu nggak!?" Jawaban Lora agaknya kini mulai membuat emosi Dehan menjadi terpancing, "tentu saja aku mencari seseorang yang lebih baik dari kamu Lora. Dan dari sudut pandangku, Prisa jauh lebih baik dari kamu. Mungkin nilai baik di antara kita saja yang berbeda, dan itu pula yang bikin kita ga pernah dan ga akan pernah bisa sejalan." Lora tertawa mendengar jawaban Dehan sembari menarik kursi yang Dehan duduki dengan salah satu kakinya untuk mendekat ke arahnya, "jauh lebih baik dari apa? Dari kelas sosial saja sudah tertinggal jauh. Kecantikan? No, aku yakin kamu nggak buta kalau penampilanku jauh lebih menarik dari dia. Bahkan aku jauh lebih duluan kenal kamu dibanding dia." Dehan menggeleng sembari membalas tatapan Lora dengan santai, "tapi kenapa aku jauh lebih tertarik pada Prisa, ya?" "Dia orang miskin nggak akan paham kehidupan kamu. Dan apa kamu tidak takut kalau dia cuma ngincer sesuatu dari kamu? Inget posisi kamu yang adalah pimpinan kantor ini, Dehan." "Udahlah Lora, jangan lanjut bicara omong kosong. Apapun yang kamu bicarakan ga akan ngubah keputusan aku perihal pemilihan presdir. Itu kan tujuan kamu datang kesini? Kamu sudah dapatkan jawabannya jadi pergilah." Lora menggeleng sambil kini duduk di atas meja sambil kakinya bergerak bermain di kaki Dehan, "alasan lainnya belum. Aku kan kangen." Dehan menghembuskan napas keras sambil berdiri dan menjauh dari Lora, "jika ingin yang lainnya kamu bisa langsung bicara pada Randa." Wanita itu tertawa sambil berpindah bergerak duduk ke kursi Dehan tadi, "kamu itu ya, beda banget sama Randa. Aku mau cerita deh sama kamu." Dehan yang sudah berdiri di depan meja kerjanya menatap Lora malas, "apa harus sekali aku mendengarkan ceritamu?" "Tebak selama aku sama Randa udah berapa kali dia ngajakin aku sekss?" Dehan langsung kaget mendengarkan pertanyaan Lora, "kamu benar-benar ingin membahas hal ini denganku?" Gadis itu tertawa sambil sekilas merapikan rambut panjangnya, "karena kamu harus tahu kelakuan adik kamu itu Dehan. Kayaknya udah sering banget deh, kayaknya tiap deket aku dia bawaannya kerangsang mulu. Tapi ya gitu aku nya ga mau." Walau sebenarnya tidak menyukai pembicaraan ini, Dehan tetap penasaran ingin menanyakan sesuatu, "kenapa?" "Karena aku tahu pemikiran kamu kuno Dehan." Dehan mengerutkan dahinya, "apa urusannya denganku?" "Tidak ada hubungan sekss di luar pernikahan, pasti kamu berpikir demikian kan? Ya, jadi aku akan menjaganya sampai nanti karena tujuan aku tetap kamu. Ya walaupun agak sulit sebenarnya menghadapi Randa. Kadang dia juga sangat menggoda." Dehan tertawa miring mendengar jawaban Lora, "lakukan apapun yang kamu mau." "Hey, aku sedang memberi tahumu kalau aku itu bener-bener sayang sama kamu Dehan." "Kalau memang begitu kenapa kamu malah jadian sama Randa?" Lora menatap Dehan malas, "apa perlu kita membahas ini lagi sampai mulutku berbusa? Aku selalu ngejar kamu tapi kamu nggak pernah ngasih kesempatan, dan di titik itu aku ketemu Randa yang seolah bakal ngasih segalanya buat aku. Ya walaupun aku tahu niat awalnya Randa nggak murni karena nyampur sama keinginan dia buat ambil aku dari kamu, haha padahal kamu nggak ngerasa kehilangan sama sekali, kan?" Dehan tersenyum kecil mendengar cerita singkat itu lagi dari Lora, "kalian sama saja, aku pikir hubungan kalian hanya akan bertahan lama, tapi ternyata awet juga ya." "Ya lebih ke dinikmatin aja sih. Aku nya puas sama perlakuan Randa walau sikapnya aku tahu sangat buruk, dan dia juga menyukaiku secara fisik karena aku memang menarik. Walau aku tidak bisa kasih semua yang dia mau, tapi aku akui dia juga hebat masih bertahan sampai sekarang." jelas Lora sembari tertawa. "Dan aku merasa sangat takjub melihat itu semua." "Malam ini dinner yuk Han, kali ini aja please. Mau ya? Aku yang jamin nggak bakal ketahuan Randa." "No, thanks." "Kenapa???" "Aku ada janji lain." "Dengan wanita itu?" "Not your business." "Dimana? Aku ikut deh." "Ngapain ikut!?" "Aku ikut atau kamu dinner nya sama aku?" Dehan menatap Lora dengan kening berkerut, "pilihan macam apa itu?" "Ayo ke apartemenku, bahkan aku belum pernah nawarin ke Randa, dia nya aja yang selama ini kegatelan pengen main ke apartemenku." "Ngapain ke apartemen kamu?" "Do anything what you want." * Kepada: Prisa Pris, maaf banget buat hari ini kayaknya kita ga bisa balik bareng. . Dari: Prisa okey btw kenapa? . Kepada: Prisa Mendadak ada keperluan . Dari: Prisa hm, oke deh hati-hati kalau gitu terus tentang rencana nanti malam?? jadi kah? . Kepada: Prisa ah tentang itu aku kabarin lagi aja ya kalau seandainya nggak jadi, gimana? . Dari: Prisa lagi sibuk banget ya mas? yaudah ga papa fokus sama urusan mas aja . Kepada: Prisa serius ga papa? . Dari: Prisa iyaaaa jangan pikirin sampai jumpa besok nanti kalau udah selesai buruan istirahat aja ya . Kepada: Prisa Makasih ya Prisaaa
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN