38. More

2215 Kata
"Cakep nggak tuh mas??" tanya Manda pada Dehan yang duduk di sampingnya. Dehan melihat ke sekitar dengan tatapan tidak nyaman, "kamu sengaja ngerjain mas ya?" "Ngerjain apanya? Kan bagus ini mas, susah loh dapatin tempatnya. Lihat sendiri kan mas, tempatnya rame banget? Telat dikit kita harus nunggu lagi biar dapat meja." "Iya sih, cuma ini isinya pada anak remaja semua, mas jadi malu lah. Kamu kenapa nggak kesini sama temen kamu aja sih, Nda?" Manda tertawa, "temenku mana ada yang boleh keluar malam sih mas? Lagian kalau sore rame banget. Makanannya enak kayaknya mas. Warung kekinian banget memang." Dehan menghela napas, "yaudah deh terserah. Mau gimana lagi, kita juga udah disini." "Rambut mas rada diperbaiki dikitlah biar terkesan lebih muda gitu, sini bentar deh," Manda mengarahkan agar kepala mas nya itu mendekat padanya. "Serius jangan di aneh-anehin ya?" Dehan mengarahkan kepalanya pada Manda namun dengan tetap waspada. "Percaya deh sama aku," Manda mulai mengacak rambut klimis Dehan dengan wajah serius, "nah cakep banget sih ini mas aku." "Serius bagus nih? Nggak aneh kan?" Dehan menyentuh rambutnya sekilas dan sedikit ragu. "Cakep banget, mas udah kelihatan jauh lebih muda, kayaknya sih udah seumuran aku." Dehan langsung menunjukkan wajah datar, "bohong banget." Manda tertawa, "eh tadi Mbak Lora ngapain sih mas ke rumah?" Dehan terdiam sebentar sebelum menjawab pertanyaan Manda, agak bingung sebenarnya menjawab pertanyaan ini karena ia sendiri juga tidak tahu apa maksud Lora tadi ke rumah. "Godain Mas Dehan ya?" tebak Manda karena Dehan tidak menjawab. "Bukan, dia cuma mau ngobrol biasa. Kan kamu tahu sendiri dia teman mas dari lama." "Alesan dong sih pastinya." Dehan tertawa kecil, "kayaknya sih." "Kan bener, dia kenapa sih mas?" "Nggak tahu, mas mana tahu." "Mending mas cari pacar juga lah." Dehan mengernyitkan dahinya, "lah kenapa malah mas harus cari pacar juga?" "Biar nggak ada yang godain mas lagi." "Bukan solusi sih sepertinya." "Lagian emangnya mas nggak bosan pergi dinner nya sama aku terus? Cari cewek laaah. Kalau sama aku ya dinner mau nya di tempat-tempat anak muda begini. Pergi kondangan aja kadang juga ngajakin aku. Ih, apa tidak malu anda wahai Bapak Dehan?" Dehan tertawa sambil mulai menyantap makanan yang terhidang di hadapannya, "eh kamu harusnya ngerasa beruntung, tiap kali kita dinner memangnya siapa yang bayar hm? Oh, atau kamu udah bosan ya jalan sama mas? Atau kamu sendiri ya yang maunya jalan sama cowok lain? Udah belajar pacaran ya sekarang?" "Ih bukan gitu, Mas Dehan mah diingetin malah bahas yang lain. Emang aku udah boleh pacaran mas?" Manda malah balas bertanya penasaran. "Emang ada yang mau??" "Ada doong. Apa mas nggak bisa lihat seberapa cantik dan menariknya adik mas ini?" "No pict hoax sih." "Seriusan loh mas, baru aja dua hari yang lalu ada anak kelas sembilan yang nembak aku." Dehan langsung tersedak karena kaget dan langsung minum, "hah? Seriusan? Terus?" Manda tertawa malu, "cakep banget orang nya mas, mau aku lihatin fotonya nggak?" Dengan cepat Dehan menggeleng, "kamu terima? Jadi sekarang kamu udah punya pacar?" "Belum aku terima sih." "Terus?" "Soalnya Mas Dehan aja belum punya pacar, sebagai adik yang baik aku nggak akan melongkahi mas." Manda menjawab sambil tertawa yang malah terkesan mengejek, "kan kasihan Mas Dehan, adiknya semua udah punya pacar, eh mas nya belum." "Dasar, benar-benar tidak ada sopan santun sama sekali." Dehan menanggapi dengan santai. "Lagian malas ah mas, tunggu SMA dulu lah biar pacaran nya asik. Kayak di film-film gitu, kisah cinta yang asik itu kayaknya waktu SMA." "Jangan kemakan fiksi lah, belajar aja yang bener, jangan sok sok an pacaran segala." "Ga papa lah mas, buat motivasi." "Halah, motivasi apaan?" "Mas kalau iri bilang aja, jangan begini lah." Dehan tertawa mendengar ucapan adiknya itu, "nyebelin banget ya kamu sekarang." "Udahlah, sama Mbak Prisa aja mas." "Emang Mbak Prisa nya mau sama mas?" Manda langsung menunjukkan wajah girang, "jadi mas mau?? Mbak Prisa nya pasti mau juga lah, secara mas aku kan ganteng. Gas lah mas!" "Gas gas apaan? Santai aja kali, yang namanya jodoh ga bakal kemana." "Santai mulu, diembat orang baru tahu rasa." "Heh Manda omongannya kayak orang udah gede aja." "Penyakit nganggap aku anak kecil ini yang harus diobatin mas." Dehan tertawa gemas melihat Manda, "di mata mas kamu itu selalu anak kecil sih." "Iewh! Agak menggelikan mendengarnya." *** "Pak, kita belanja disini aja sekalian saya juga mau beli keperluan di rumah. Nggak papa kan pak kalau sekalian?" tanya Prisa mengarahkan Dehan saat mereka sudah berada di dekat tempat pusat perbelanjaan kebutuhan sehari-hari. Sesuai kesepakatan mereka sebelumnya, mereka belanja keperluan membuat kue dulu lalu lanjut ke rumah Prisa untuk membuat kue. Dehan mengangguk, "baiklah." Lalu setelah turun dan mulai memasuki tempat perbelanjaan, mereka berkeliling sambil mendorong keranjang belanja. "Pak, saya kalau belanja rada ribet dan suka muter-muter, terus milihnya juga agak lama soalnya mikirin mana yang lebih baik dan lebih murah." Prisa coba memberi tahu Dehan yang berjalan di sampingnya. "Lalu?" "Ya saya takut aja Pak Dehan bosan terus capek atau mungkin kesel." Dehan tertawa, "kamu pikir level kesabaran saya seminim itu?" "Eh bukan gitu maksudnya." "Terus?" "Ya cuma ngasih tahu aja sih pak." "Saya seneng kok keliling-keliling merhatiin barang-barang, santai aja, ga usah tegang gitu dong." Prisa tertawa sambil kini berhenti di deretan banyak minyak goreng, "ya syukur deh kalau memang bapak nggak permasalahin ini." "Eh, kenapa ambil yang itu? Itu masih ada yang lebih murah," Dehan mengingatkan. "Mana pak?" "Itu," Dehan menunjuk ke arah minyak goreng yang terletak di atas meja dengan tulisan promo. "Wuah!? Bener juga," dengan cepat Prisa meletakkan lagi minyak yang tadi sudah ia ambil ke tempatnya dan beralih pada minyak goreng promo. "Biasanya merek yang ini mahal pak, makanya nggak saya lirik, untung Pak Dehan bisa lihat ada tulisan promo," Prisa tampak sangat senang sekali karena memang harganya menjadi lebih murah. Dehan mengangguk, "ini biar saya yang dorong trolinya," pria itu ikut memegang troli dan mengisyaratkan Prisa untuk melepaskannya dan hanya berjalan saja. "Jangan pak, biar saya saja." "Enggak, biar saya saja, ga papa kok, biar kamunya lebih fokus buat nyari barang." Prisa tersenyum lebar, "makasih banget loh pak." Mereka pun terus berkeliling untuk mencari barang yang membuat troli perlahan semakin penuh. "Kenapa?" tanya Dehan melihat Prisa berjalan dengan lambat dengan wajah ragu. "Hm, bapak boleh tutup mata dulu ga sih?" "Hah??" Dehan mengerutkan dahinya bingung, namun menurut saja mengikuti perintah Prisa dan berdiri di tempat. Namun diam-diam Dehan kembali membuka matanya karena mendengar suara aneh, dan nyatanya Prisa sedang melompat-lompat berusaha meraih sesuatu di rak atas, namun tak kunjung berhasil. Dehan tak bisa menahan tawanya melihat itu, dan tanpa ragu ia mendekat dan langsung mengambil barang yang sedang berusaha di raih oleh Prisa. Gadis itu tentunya sudah kaget bukan main. "Minta tolong saja, kenapa pakai malu segala?" Dehan meletakkan bingkisan besar pembalut ke dalam troli dan lanjut berjalan. Rasanya Prisa sangat malu sampai ingin menyembunyikan wajahnya dari Dehan, padahal niatnya ia ingin mengambil barang itu secara diam-diam tanpa diketahui Dehan. "Ih bapak kenapa buka mata sebelum saya suruh sih?" tanya Prisa menyusul Dehan yang berjalan duluan. "Ya kamu nya kelamaan, saya kan jadi penasaran." "Saya kan malu pak." "Sudahlah santai saja, saya bahkan sering disuruh Manda untuk beli ini. Sampai sudah hafal merek, ukuran, day atau night dan juga ada sayap apa enggak nya. Malahan ada yang pakai efek cooling atau daun sirih segala, ya nggak sih?" ujar Dehan malah menjelaskan dengan panjang lebar yang membuat Prisa ternganga. "Lah kok bapak jadi hafal dengan detail gitu?" Dehan hanya tertawa, "ini sepertinya akan terdengar memalukan, tapi karena saya punya adik perempuan yang sudah masuk usia pubertas, mau tidak mau saya jadi paham banyak hal tentang wanita." Prisa ikut tertawa, "kalau minuman jamu-jamu pereda nyeri haid pun bapak pasti tahu banget nih." "Sampai kompresan dan persabunan khusus wanita pun saya tahu. Udahlah Prisa, saya yang malu jadinya." "Ga papa pak, bapak udah kayak kakak idaman semua adik nih. Sempurna banget sih pak?" canda Prisa melirik Dehan. "Makasih loh pujiannya, eh!?" Dehan yang asik mengobrol dengan Prisa dikejutkan oleh sebuah troli lain yang mendadak muncul dari belokan dan hampir menabrak troli yang ia bawa. Prisa pun tentunya juga ikut kaget. "Ouh? Dehan???" wanita pemilik troli lain itu tadinya juga kaget namun berubah senang melihat Dehan. "Lora??" Dehan agaknya tidak percaya bagaimana bisa ia kebetulan bertemu dengan wanita ini. "Wah, kayaknya sih kalau jodoh emang nggak kemana ya," Lora tertawa sambil memperbaiki posisi trolinya agar tidak menghalangi jalan. Prisa yang melihat itu hanya bisa melihat Dehan dan wanita cantik di hadapannya dengan bingung. "Tahu gini kenapa tadi kita nggak bareng aja sih?" lanjut Lora sambil masih menunjukkan tawa. "Ya nggak bisa lah, kan aku dengan orang lain." Lora kemudian beralih melihat ke arah Prisa yang berdiri di samping Dehan, awalnya dengan tatapan datar namun kembali tersenyum untuk menyapa, "oh hai?" Prisa membalas sapaan itu dengan anggukan dan senyuman canggung. Tentu saja karena ia tidak tahu dengan siapa saat ini ia berhadapan. "Siapa?" tanya Lora beralih pada Dehan. "Temanku, namanya Prisa." Dehan mengenalkan dengan seadanya. "Hm, jadi ini yang tadi kamu bilang ada janji itu? Nemenin teman belanja?" Lora beralih memberikan tangannya pada Prisa, "kenalin aku Lora." Prisa membalas jabat tangan itu dengan cepat serta dengan senyum, "Prisa, mbak." "Kalau emang mau belanja sih kayaknya nggak papa barengan sih tadinya." ujar Lora melirik Dehan. Dehan berusaha tidak peduli dan melihat ke arah lain. Melihat itu Lora memilih melihat ke arah Prisa, "temannya Dehan? Cuma teman doang kan?" Prisa agak kaget mendengar pertanyaan Lora, "eum iya mbak." "Oooh, okey." "Nggak tahu sih nanti," lanjut Dehan yang membuat kedua wanita itu kaget. Lora lanjut tertawa menanggapi ucapan Dehan, "lanjut belanja bareng kayaknya asik nih sambil ngobrol." "Enggak, kita udah mau selesai belanja. Kamu sepertinya baru mulai belanja, trolimu masih kosong." terlihat jelas kalau Dehan memang sama sekali tidak mau meladeni Lora. "Yaudah deh, kapan-kapan lagi aja kita ngobrol bareng. Ya kan, Prisa?" Lora mengarah pada Prisa yang sampai sekarang masih kebingungan. "Eum iya mbak, sampai jumpa lagi." Prisa menjawab sambil tersenyum canggung. "Aku lanjut jalan ya," Lora pamit lanjut pergi mendorong trolinya, namun dengan jelas Prisa menangkap pemandangan kalau wanita itu sempat menyentuh tangan Dehan dengan sengaja. Prisa melirik Dehan yang menghela napas kasar dan tanpa aba-aba langsung lanjut berjalan mendorong troli dengan cepat. Prisa pun terpaksa harus sedikit berlari untuk menyusul karena ditinggal oleh Dehan begitu saja. "Pak??" Prisa coba memanggil Dehan. "Hm?" "Jalannya kecepetan, ini saya mau ngambil barang loh pak, ada beberapa yang masih belum kita beli pak." Dehan tersadar dan langsung memperlambat langkahnya, "maaf, apa yang ketinggalan?" "Bentar, bapak disini aja dulu, saya ambil barangnya dulu biar bapak nggak ribet." Dehan mengangguk dan melihat Prisa yang kini balik berlari ke belakang dan dengan cepat mengambil beberapa barang yang membuat tangannya penuh. "Udah, ini aja sih pak." Prisa meletakkan semua barang itu ke dalam troli dengan napas lega. "Sudah tidak ada lagi?" "Selesai pak." "Oke." Dehan dan Prisa pun kini langsung bergerak menuju kasir untuk membayar semua belanjaan mereka. Namun saat Prisa hendak membayar, ia dikejutkan oleh Dehan yang sudah lebih dahulu mengeluarkan kartu debitnya untuk pembayaran ke kasir. "Pak, nanti saya ganti ya." "Udah lah, santai saja." "Tapi pak...," "Ayo bantu susun barang nya lago ke troli buat di anter ke mobil. Banyak banget ini," "Oh, oke pak." * "Pak, mana struk belanjaan tadi? Saya mau ganti ke bapak uangnya." tanya Prisa saat kini mereka berjalan ke parkiran. "Langsung saya buang." "Eh?? Bapak ingat kan berapa totalnya?" "Lupa." "Terus gimana saya gantinya pak?" "Udah lah lain kali saja." "Gimana caranya pak?" "Udah lah jangan dipikirin, lagian juga sekali-sekali dan ini juga buat kue ulang tahunnya Manda." "Lebih banyak belanjaan pribadi saya sih ini sebenarnya pak." ujar Prisa melihat keranjang yang berisi banyak sekali barang belanjaan. "Sekalian sebagai permintaan maaf saya karena tadi pasti kamu agak tidak nyaman." Prisa mengerutkan dahinya, "karena apa pak?" "Masalah Lora tadi." "Oh itu, ngomong-ngomong itu siapa pak? Kok kayaknya saya pernah lihat ya?" Dehan menoleh melihat ke arah Prisa dengan kaget sebelum mengeluarkan kunci mobil dari sakunya, "kamu pernah melihatnya? Dimana??" "Lupa pak, memangnya Mbak Lora itu siapa?" "Lora itu pacarnya Randa." Prisa kaget dan baru menyadari tentu saja ia merasa pernah lihat, karena waktu itu ia pernah stalking i********: Randa dengan Hana. Isi postingan Randa kan penuh dengan pacarnya itu, Lora. "Eum, kayaknya saya pernah lihat ada orang yang wajahnya mirip sama Mbak Lora aja pak." jawab Prisa sekedarnya. "Oh begitu." "Kok kayaknya tadi bapak kelihatan nggak begitu senang bertemu dengan Mbak Lora?" Dehan yang mulai menyusun barang ke dalam mobil menggeleng, "hanya sedang malas saja kok. Saya minta maaf ya yang masalah dia nanya kamu siapa saya tadi." "Ouh tentang itu, nggak papa pak. Kalau beneran pun juga nggak apa-apa pak," jawab Prisa bercanda. "Eh?" "Ya kita kan nggak tahu nanti kita emang beneran temenan atau mendadak bapak melupakan saya. Kan saya cuma salah satu karyawan di antara banyak nya karyawan di kantor bapak." Prisa tertawa sambil ikut bantu meletakkan barang-barang ke dalam mobil. "Bisa jadi juga bisa lebih dari teman kan?" balas Dehan melihat ke arah Prisa sambil tersenyum. "Aamiin," dan dengan polosnya Prisa malah meng amin kan yang kontan saja membuat Dehan terbahak. "Saya kembalikan trolinya dulu dan langsung ke rumah kamu." ***************************************** nanti malam pada tahun baruan kemana niih? buat yg nggak kemana-mana, disini aja ya nanti malam kita update sampai mabok, spesial buat kalian yang mau tahun baruan bareng aku hehe see you!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN