Tiba di kediaman besar Wiryawan, barulah Vanya berani menatap Lian karena merasa ada yang aneh dengan pria tersebut. Yaa, Lian ikut turun bahkan mengikuti langkah kakinya untuk masuk ke dalam rumah. Sontak hal tersebut membuat langkah kaki Vanya terhenti. Vanya berbalik badan, melipat kedua tangannya di depan d**a, lalu bertanya, “Mas Lian mampir?” “Iya, saya ada keperluan penting dengan Mami dan Papi kamu.” “Keperluan penting apa?” Vanya sudah mencapai tingkat kekepoan di atas rata-rata. Sehingga ia mengabaikan sebelah alis Lian yang sudah menukik tajam. Setajam jalan yang menikung. Belum sempat Lian menjawab interogasi Vanya, seorang wanita paruh baya yang merupakan Nyonya Besar rumah ini muncul. “Vanya.. Ada tamu kok malah diajak ngobrol di tengah pintu, sih? Diajak masuk ke dalam r