"Saya harus bagaimana, Mas?" Bella menatap Sadewa yang duduk di sebelahnya berbatas meja kayu persegi dengan mata berkaca-kaca. "Mbak Bella yang sabar ya." Sadewa menatap Bella dengan penuh rasa iba. "Seandainya saya bisa membantu Mbak, pasti akan saya bantu." Bella tahu bahwa sudah tidak ada lagi harapan dari semua yang ia perjuangkan. Tapi, ia yakin masih ada banyak hal yang tersembunyi dari kutukan itu. "Kalau boleh tahu, apa ada hal lain yang pernah Bapaknya Mas Sadewa bilang soal kutukan itu selain dari syarat-syarat yang Mas jelaskan tadi?" Sadewa terdiam. Ia menatap ke kiri atas kemudian menggeleng. Namun, Bella merasa aneh karena Sadewa terlihat lebih sedikit berbicara dari sebelumnya. Seolah-olah, dia dipaksa untuk tutup mulut. "Mas yakin? Coba Mas Dewa ingat-ingat lagi