"Selamat datang di kamar, Acen!" sambut bocah tengil itu sambil merentangkan kedua tangan dan senyuman lebar. Dia tampak bahagia menyambut kedatanganku. "Kamar Acen bagus, kan?" Aku mengabaikan pertanyaannya dan ber tanya-tanya dalam hati. Mengapa Arseno senang sekali aku berada di rumahnya? Bahkan sampai masuk ke kamarnya, dia sama sekali tidak berusaha menutupi sesuatu. Tidak sepertiku yang tidak mengizinkan siapapun masuk ke kamar karena menurutku, kamar adalah ranah privasi seseorang. Aku melangkah masuk sembari menaruh tas ke atas ranjang dengan ekspresi datar. Arseno sudah selesai dengan sambutannya, dan berdiri di belakangku. Jadi, saat aku berbalik kami berhadapan. Aku sempat terkejut dan menatapnya tajam. "Minggir," kataku agak ketus. Dia menggeleng keras. "Mbak cantik m