Suara decapan bibir memebuhi ruangan itu. Kaluna mengerjabkan matanya secara perlahan, berusaha mengadaptasikan cahaya yang masuk dari jendela tempat ruangan ia berada. Lagi dan lagi, kepalanya berdengung, membuat rasa nyeri luar biasa, hingga membuat pandangan Kaluna memburam. Berkedip, dan berkedip. Hanya itu yang bisa Kaluna lakukan. Saat pandangannya mulai membaik, Kaluna mengedarkan tatapannya, melihat kesekelilingnya, berusaha mengenal tempat ia disekap. Sekap? Mengingat hal itu, kepala Kaluna reflek melihat kebawah, kearah tangan dan kakinya. Ia penasaran, apakah ia sedang di sekap dan di ikat seperti yang ada di film-film. Menghembuskan nafasnya pelan, Kaluna pasrah. Ternyata ia tidak hanya di ikat, melainkan di borgol. “Akhrinya bangung juga ya” ucap sebuah suara dari