Perkelahian 2

1148 Kata
  “Bukan itu maksud gue.” Elak Chris. “Michelle, kamu ngapain sih sama ni orang terus. Kamu pergi sama aku sekarang !” Perintah Michael. Lalu ia menarik tanganku dengan cukup keras. “Stop Michael !” Aku menangkis tangannya. “Aku cuma mau senang loh malam ini, kok kayaknya susah banget ya.” Murkaku. “Michael, mending lu pergi deh dari sini.” Pinta Chris kepada Michael. “Hahaha.” Michael tertawa. Ia berjalan mendekati Chris dan menarik kerah baju Chris. “Lu bisa diam gak b*****t ?” Michael tampak emosi.   Aku tidak mengerti kenapa Michael emosi separah ini. Michael tampak sangat emosi dengan Chris. Untung saja Chris masih bisa mengontrol emosinya, aku tidak mau mereka bertengkar di depanku.   “Jujur ya, gue muak sama lu.” Ucap Michael. “Lu yang pergi dari sini, bukan gue.” Tambahnya.   Chris mengangguk dan mengalah dengan Michael. Chris melepaskan tangan Michael dari kerah bajunya. “Ayo kita pergi dari sini Michelle.” Ajak Chris. “Iya.” Aku mengangguk. “Gue bilang yang pergi cuma lu doang, Michelle tetap di sini sama gue.” Protes Michael. “Sekarang terserah dia deh mau ikut siapa. Michelle, kamu mau ikut aku atau Michael ?” Tanya Chris kepadaku.   Walaupun aku merasa tidak enak dengan Michael, tapi hatiku sangat ingin ikut pulang bersama Chris. Aku berjalan mendekati Chris dan berkata, “ Aku mau ikut sama kamu aja Chris.” Jawabku. “Oke kalau gitu. Gue gak maksa juga kok kalau ni cewek murahan ikut sama gue.” Kata Michael dengan wajah penuh emosi. “Apa murahan kata lu ?” Chris mulai emosi saat mendengar Michael berkata yang tidak pantas tentangku. “Iya. Gak suka ?” Tantang Michael.   Aku sedih ketika Michael berkata seperti itu lagi tentangku. Aku pun bingung dengan perubahan sifat Michael yang cepat berubah. Beberapa hari lalu dia sangat manis tapi sekarang dia berbicara sangat kasar kepadaku.   Chris langsung menonjok wajah Michael hingga Michael terjatuh. Aku sangat terkejut melihat Chris yang sangat emosi. Aku tidak berani untuk melerai mereka berdua. Michael membalas tinjuan Chris dengan tinjuan yang terlihat lebih keras.   “Stop.” Teriakku. Aku mencoba untuk melerai mereka dari jauh tapi mereka tidak menghiraukanku. “Kalian bisa berhenti gak sih ?” Tanyaku. Mereka masih tidak memperdulikan teriakanku.   Karena tidak tega melihat Chris yang di tinju berkali – kali dengan Michael, aku langsung mendorong Michael hingga ia tersungkur ke tanah. Michael terlihat tidak suka ketika aku membela Chris dan mendorongnya, ia bangkit dan menatapku.   “Kenapa kamu belain dia ?” Tanya Michael kepadaku.   Chris berusaha tegak namun ia masih sangat lemah akibat pukulan – pukulan yang tadi dilayangkan oleh Michael. Aku membantu Chris untuk bediri dan mendudukkannya di mobil. Lalu Michael menghampiriku dan Chris.   “Please, jangan ngomong apa – apa lagi.” Pintaku kepada Michael. “Aku capek banget.” Keluhku. Tanpa disadari air mata mengalir dan menetes dari mataku. Michael tampak merasa bersalah dan mencoba untuk mendekatiku, namun aku menahannya. “Aku mau pulang dulu.” Aku masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Michael sendirian. Karena Chris sudah sangat lemas dan wajahnya ternodai dengan darah, aku mengambil alih dan menyetir. Aku memutuskan untuk ke rumah sakit, aku tidak mau terjadi apapun dengan Chris.   Chris menyentuh tanganku. Wajahnya terlihat sedang menahan sakit. Aku berusaha menyetir lebih cepat agar aku bisa sampai di rumah sakit tepat waktu. “Kamu jangan khawatir sama aku. Nyetirnya pelan – pelan aja.” Kata Chris dengan suara yang lemas. “Gimana aku khawatir, wajah kamu bonyok gitu.” Ucapku. “Kenapa kamu gak balas lagi pukulan dia ?” Tanyaku. “Aku capek aja. Michael dari dulu emang emosian. Kamu jangan ambil hati ya omongan dia tadi.” Pinta Chris. “Kenapa kamu terus – terusan ngalah sama dia ?” “Dia sahabat aku dari kecil. Walaupun aku kelihatan gak senang ngeliat dia, tapi aku gak dendam kok sama dia.” Chris tersenyum kepadaku. “Terserah kamu deh.” “Hei, kamu gak apa – apa kan ?” Tanya Chris seraya berusaha mengusap kepalaku. “Aku gak apa – apa. Kamu gak perlu mikirin aku.” Jawabku. “Gak bisa dong kalau gak mikirin kamu, aku kan sayang sama kamu.” Kata Chris.   Mendengar perkataannya itu, aku hanya bisa diam dan tersenyum kepada Chris.   Setengah jam kemudian, aku dan Chris akhirnya sampai juga di rumah sakit. Aku langsung membawa Chris ke IGD untuk mengobati luka di wajah Chris. Aku duduk di bangku dan menunggu Chris dengan perasaan cemas.   Aku menghampiri Chris langsung saat perawat sudah mengobati luka Chris. Aku memegang dan mencium tangannya. Aku duduk di kursi tepat di samping tempat tidur Chris.   “Kamu gak perlu sampai bawa aku ke rumah sakit.” Ucap Chris. “Aku gak mau luka kamu infeksi. Aku mau kamu dapat perawatan yang maksimal.” Balasku. “Pukulan Michael gak terlalu sakit kok.” Chris berusaha tersenyum dan menutupi keadaannya. Mungkin ia takut aku tambah cemas. “Gak terlalu sakit gimana ? mata kamu aja bengkak gini kok.” “Cuma bengkak doang kan.” Kata Chris. “Chris. Udah ya. Besok kamu gak usah ke kantor dulu. Biar aku yang ngejagain kamu.” Aku membelai kepala Chris. “Serius kamu mau nemenin aku ?” Tanya Chris. Wajahnya tampak senang ketika aku mengatakan itu. “Iya aku serius. 24 jam aku bakalan ada buat kamu di rumah kamu.” Aku tersenyum. “Jadi kamu stay di rumah aku berhari – hari dong ? sampai aku sembuh kan ?” “Iya.” Aku mengangguk. “Kalau gitu aku minta Michael buat nonjok aku lebih keras lagi deh biar dijagain kamu terus. Hehe.” Chris sangat jail dan lucu bahkan disaat keadaannya lemah seperti ini. “Jangan dong, kamu mau bikin aku sedih terus ?” Tanyaku. “Enggak lah.” “Yaudah pulang yok.” Ajak Chris. “Yok.” Aku membantu Chris untuk jalan ke parkiran mobil.   Aku memarkirkan mobil tidak jauh dari IGD, Chris dari tadi berusaha untuk jalan sendiri tapi aku tidak membiarkannya. Aku tetap ingin membantunya berjalan karena Chris berjalan pincang akibat perkelahian tadi.   “Aku bukain dulu pintunya.” Kataku ketika hendak membuka pintu mobil. “Enggak. Aku bisa kok.” Tolak Chris. “Stop nolak.” Larangku. Chris tersenyum dan menuruti kemauanku.   Chris sudah berhasil aku bantu hingga ia duduk di dalam mobil. Saat aku masuk ke dalam mobil, Chris langsung mencium bibirku.   “Aw.” Keluh Chris seraya memegang rahangnya. “Hahaha, sakit ya ?” Tanyaku seraya tertawa. “Iya, hahaha.” “Kamu sih nakal, cium – cium segala. Hahah.” Aku tertawa. Lalu aku menjalankan mobil dan pulang ke rumah Chris.   Aku dan Chris berbaring di tempat tidur sambil saling melihat satu sama lain. Chris memelukku dan menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku membelai rambutnya. Momen romantis inilah yang selalu aku nanti – nantikan. Lalu kami tertidur hingga siang hari.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN