Aku menginap di rumah Chris malam ini. Aku malas untuk pulang ke rumah dan tidur sendirian. Setelah kami berbincang di sofa, aku dan Chris membaringkan badan di tempat tidur miliknya, Aku dan Chris saling bertatapan. Warna mata indahnya terpancar sangat indah. Tanpa berbincang apapun, aku merasakan kenyamanan dengan Chris.
“Chris, kira – kira kalau perjuangan kamu untuk aku gagal, kamu gimana ?” Tanyaku.
“Kok kamu tiba – tiba ngomong itu ?” Chris tampak terkejut mendengar pertanyaan yang aku lontarkan.
“Gini ya dengerin aku, aku gak bakalan nyesal udah berjuang untuk kamu. Walaupun nanti hasilnya zonk atau gak berhasil, aku bakalan tetap senang karena kamu udah ada dikehidupan aku.” Jelas Chris.
“Kenapa kok kamu tulus banget sama aku, padahal kamu tau kalau aku itu bajingan.” Ucapku. Tiba – tiba air mata menetes dan membasahi pipiku.
“Hei, jangan nangis dong.”Chris mengusap air mataku.
“Aku bingung dengan diriku sendiri. Aku gak tau aku itu siapa, aku gak tau aku maunya apa.” Air mataku semakin deras membasahi pipiku.
“Aku di sini juga udah salah sama kamu, seharusnya sejak awal aku gak kasian sama Kiara, seharusnya aku gak bikin kamu sakit hati dan trauma.”
“Sebenarnya, aku bukan trauma karena itu juga. Tapi aku juga takut kesepian, takut dikecewakan karena aku sudah lama gak ketemu dengan ayahku.” Jelasku seraya menunduk.
“Michelle, aku janji bakalan nemenin kamu dan selalu ada buat kamu kapanpun. Walaupun nanti pada akhirnya, kita cuma jadi teman dan kamu memilih Michael untuk jadi kekasih kamu aku bakalan tetap ada buat kamu. Yang penting kamu Bahagia.” Chris memelukku erat.
“Chris, gimana caranya biar trauma dan rasa kesepian ini hilang ?” Tanyaku kepada Chris.
“Cuma waktu yang bisa hilangin semua itu. Kamu harus sabar.” Chris tersenyum manis. Senyumannya menyembuhkan kesedihanku, setidaknya untuk sekarang.
“Kita keluar yuk. Jalan – jalan.” Ajak Chris.
“Sekarang ?”
“Iya sekarang.” Balas Chris.
“Tapi ini udah malam.”
“Nah justru itu, malam itu sepi dan sunyi pas banget untuk kita jalan – jalan. Kamu gak usah takut, kan ada aku. Aku siap buat ngelindungin kamu.” Kata Chris seraya mengusap kepalaku.
“Yaudah deh, ayo.” Aku mengangguk seraya tersenyum.
Chris menyalakan mobilnya dan mengeluarkannya dari garasi. Aku meminjam jaket milik Chris untuk menghangatkan tubuhku. Lalu aku masuk ke dalam mobil Chris.
“Malam ini akan aku buat tak terlupakan buat kamu." Ucap Chris seraya mencium keningku.
"Kita mau kemana ?" Tanyaku.
"Tempat favoriteku. Dimana kita bisa tenang dan tentram. Kalau aku lagi sedih, aku sering kesana." Jawab Chris seraya menyetir mobil.
"Wah, jadi gak sabar." Aku sangat penasaran dengan tempat tersebut. Aku rasa itu adalah tempat paling istimewa menurut Chris.
"Kiara pernah kamu ajak gak ke situ ?" tanyaku.
"Gak pernah." Chris menggelengkan kepalanya.
"Serius ?"
"Iya aku serius. Aku gak pernah ngasih tau siapapun soal tempat ini. Cuma kamu dan Michael." Jawab Chris.
Aku terkejut ketika Chris menyebut nama Michael. Mereka sangat bersahabat sejak dulu. Sangat disayangkan jika persahabatan mereka rusak karena bisnis dan seorang wanita. Sekarang aku datang lagi dikehidupan mereka tanpa aku duga - duga, aku takut dengan posisiku yang berada diantara mereka makin merusak persahabatan mereka.
"Aku takut kalau aku akan makin merusak persahabatan kalian." Ucapku seraya melihat keluar jendela.
"Michelle, persahabatan antara aku dan Michael sudah rusak sejak dulu. Kamu gak perlu mikirin soal itu lagi." Chris mengusap kepalaku.
"Chris, apa kamu dan Michael gak bisa bicara baik - baik ?"
"Aku gak tau. Aku udah nyoba dan mau aja nyoba ngomong baik - baik lagi, tapi kayaknya hasilnya nihil." Chris tampaknya orang yang sabar dan pengertian dibanding dengan Michael.
"Kenapa gitu ?" Tanyaku bingung.
"Kamu tau kan Michael orangnya kayak gimana ? dia itu orangnya keras dan gak segan - segan ngomong kasar ke orang yang dia anggap nyakitin dia."
"Contohnya kamu kemarin. Dia ngatain kamu dan mecat kamu langsung kan. Aku capek jelasin semuanya ke dia. Walaupun dia ada salah juga sama aku, tapi aku udah maafin dia kok meskipun dia belum minta maaf sama aku." Jelas Chris.
Mendengar penjelasan dari Chris, aku paham sekarang. Michael memang keras kepala. Meskipun Michael baik kepadaku tapi ia juga pernah membuatku sakit hati.
Chris terus menjalankan mobilnya. Sudah hampir setengah jam kami berada di perjalanan. Aku merebahkan kepalaku dan memperhatikan Chris yang sedang menyetir.
Berada di perjalanan pada malam hari sangat beda dengan siang hari. Aku lebih suka pada malam hari. Chris sesekali tersenyum kepadaku. Ia menyempatkan untuk melihatku ketika ia menyetir.
"Memang lokasinya jauh, tapi worth it banget kok." Kata Chris memecahkan keheningan.
"Satu jam lagi kita akan sampai." Lanjutnya.
"Oke."
"Chris, kamu kenapa ngajak aku ke tempat favorite kamu itu ?" Tanyaku penasaran.
"Karena kamu spesial di hidupku. Aku mau kamu ingat soal tempat ini selamanya." Jawab Chris.
"Aku janji bakal ingat terus dengan tempat itu. Selamanya." Aku menggenggam tangan Chris dan menyandarkan kepalaku di bahunya.
Sejam kemudian, kami sampai di lokasi yang kami tuju. Sebuah bukit yang bisa dilalui dengan mobil. Chris memberhentikan mobilnya tidak jauh dari ujung bukit.
"Udah sampai." Kata Chris.
"Wah, ini ya tempat spesialnya. Bagus banget." Aku langsung keluar dari mobil dan berjalan lebih dekat ke area bukit.
"Di sini kita bisa ngeliat bintang dengan jelas. Liat tu, banyak bintang malam ini. indah banget kan." Chris menunjuk ke arah langit.
"Iya, indah banget. Aku suka banget." Aku memelukknya.
Chris menggendongku dan menaruhku di belakang truknya, lalu ia duduk di sampingku. Chris sengaja membawa mobil truk agar aku dan dia bisa bersantai di belakang truknya.
Aku dan Chris menikmati angin malam yang sejuk sambil melihat bintang di langit.
"Chris." Panggilku.
"Iya ?" Chris menoleh kepadaku.
"Hal istimewa yang pernah terjadi di hidup kamu apa ?" Tanyaku.
"Hmm. Pas aku waktu masih sd. Waktu itu, aku dan Michael pulang sekolah, terus aku dan dia sedang kejar - kejaran. Eh dia jatuh ke parit, aku mau bantuin dia tapi aku malah ikut kecebur. Hahaha." Chris tertawa.
"Aku gak tau kalau persahabatan kamu dan Michael itu dari kecil." Kataku. Aku cukup terkejut mendengar cerita dari Chris. Aku tidak menyangka bahwa mereka sudah bersahabat sejak kecil.
"Kenapa kok bisa sampai hancur persahabatan kalian ? padahal kalian udah dari kecil loh. Masa iya cuma gara - gara bisnis dan Kiara persahabatan kalian jadi hancur ?" Tanyaku heran.
"Ya, itulah namanya manusia. Aku dan dia sudah tidak cocok bersahabat. Aku juga salah udah pacaran dengan Kiara dulu. Aku egois." Chris menyalahkan dirinya sendiri.
"Yang dulu biarlah berlalu. Yang penting sekarang kamu udah berusaha yang terbaik buat dia." Kataku.
Aku memelukknya dan membelai rambutnya yang halus. Wajah Chris tampak sedih.
"Tapi aku juga kesal dengan dia. Kenapa dia harus dekat dengan kamu dan kenapa harus cinta segitiga lagi." Keluh Chris.
"Aku gak bisa ngalah. Aku gak bisa ngeliat kamu sama dia. Aku tau dia orangnya gimana dan aku juga cemburu sama dia." Tambah Chris.
"Aku kesal, kenapa hal ini terjadi lagi dan malah lebih rumit dari sebelumnya." Chris menghela nafasnya.
"Apa aku harus mundur dari kehidupan kalian ?" aku menatap Chris dalam.
"Enggak. Jangan. Please, ini gak ada sangkut pautnya sama kamu." Chris menyentuh pipiku.
Aku duduk dan menyandarkan badanku. Lalu aku menatap langit.
"Tapi aku gak mau buat kalian berdua sakit hati lagi. Aku udah buat masalah baru dikehidupan kalian."
Chris ikut duduk di sampingku dan ia merangkulku. Lalu ia diam sejenak dan menyaksikan bintang jatuh.
"Itu ada bintang jatuh, ayo make a wish." Ajak Chris. Aku langsung memejamkan mataku dan berharap di dalam hati.
'Aku harap aku segera menemukan dan memilih cinta diantara Chris dan Michael' Batinku.
"Amin." Kataku.
"Apa harapan kamu ?" Tanya Chris penasaran.
"Pengen tau banget ih." Aku menyenggol bahu Chris.
"Ih, kan emang aku orangnya tu suka penasaran. Apalagi sama kamu, aku harus tau semuanya." Kata Chris, lalu ia mengacak - acak rambutku.
"Aku gak bawa sisir." ucapku sambil merapikan lagi rambutku.
"Biarin. Bagusan pas berantakan." Ejek Chris.
"Bohong."
"Emang benar. Gak percayaan banget kamu." Chris mencubit pipiku.
"Udah berani nyubit ya. Liat nih aku juga bisa." Tidak mau kalah, aku mencubit pipi Chris hingga ia meringis.
"Aw, aku gak ada sekeras ini nyubitnya." Keluh Chris.
"Sekeras itu ya. Ni pipiku sampai merah." Aku menunjuk pipiku.
"Ini mah bukan karena dicubit, tapi emang blush kamu." Kata Chris.
"Hahaha. Emang." Aku menjulurkan lidah.
"Kamu lucu deh." Chris mendekatkan dirinya padaku. Aku memejamkan mata dan ia mencium bibirku mesra.
"Aku boleh minta sesuatu sama kamu ?" Tanya Chris kepadaku.
"Boleh, apa itu ?" Aku penasaran dengan permintaan yang ingin ia katakan kepadaku.
"Nanti kalau kamu milih aku, boleh gak aku minta kamu untuk jadi milik aku selamanya ?"
"Boleh lah. Aku juga mau minta sesuatu sama kamu." Kataku.
"Apa itu ?" Tanya Chris.
"Boleh gak nanti pas kalau aku milih kamu, kamu gak ngecewain aku lagi ?" Pintaku kepada Chris.
"Boleh lah. Tanpa kamu minta pun aku bakal ngelakuin itu." Jawab Chris seraya menyisir rambutku dengan jarinya.
"Kamu gak bakal sama Kiara lagi?"
"Ya enggak lah. Kemarin aja aku dan Kiara gak ada hubungan apa - apa kok. Kan udah aku jelasin juga." Ujar Chris.
"Kiara cantik gak sih menurut kamu ?" Tanyaku iseng.
"Wah, pertanyaannya menjebak nih."
"Hahaha. Jawab aja." Kataku.
"Kiara wajahnya cantik, tapi hatinya enggak. Beda sama kamu, kamu wajahnya cantik banget dan hatinya juga baik." Chris tersenyum.
"Jadi malu ih." Aku memeluk lengan Chris.
"Kalau kita naik camping enak kali ya ?" Ucap Chris tiba - tiba.
"Camping ?" Aku heran. Aku tidak tau kalau Chris suka camping dan berjalan di alam liar.
"Iya camping." Jawab Chris singkat.
"Aku gak tau kalau kamu suka camping. Aku pikir kamu emang anak mall banget." Kataku.
"Aku suka banget camping. Udah lama gak camping. Aku kangen banget deh. Kamu mau kapan - kapan camping sama aku ?" Ajak Chris.
Walaupun aku kurang suka dan tidak pernah camping, tapi kalau dengan Chris aku pasti mau dan tidak menolak ajakannya.
"Mau kok. Kapan ?"
"Belum tau sih. Nanti aku kabari lagi." Jawab Chris.
"Kamu suka camping juga ?" Tanya Chris kepadaku.
"Jujur sih aku gak pernah camping dan gak terlalu suka juga. tapi kalau sama kamu, aku mau kok." Aku tersenyum malu.
"Manis banget sih kamu Michelle." Chris mencium pipiku berkali - kali hingga aku susah bernafas.
"Aa. Sesak nih kalau kamu cium pipi aku terus."
"Hahaha, abisnya kamu gemesin banget." Chris tertawa melihat aku yang kesal.
Tiba - tiba kami mendengar suara langkah pria yang mendekati kami. Aku dan Chris langsung menoleh ke belakang.
"Michael ?" Kata Chris heran.
"Ngapain lu di sini ?" Tanya Chris lagi.
"Gue gak nyangka kalian ada di sini. Maaf gue udah ganggu kalian yang lagi berduaan." Ucap Michael dengan nada mengejek.
"Tumben lu ke sini. Ada apa ?" Tanya Chris penasaran.
"Ya karena gue mau ke sini. Emang gak boleh ? emang ini tanah milik lu ?" Michael berjalan mendekati Chris dan memberinya tatapan tajam.