Josh si Paparazzi

1702 Kata
Aku bingung melihat tingkah Josh yang sepertinya sangat gembira dengan keadaanku yang sedang terjebak dalam cinta segitiga yang sangat rumit.  “Kok kamu kayak senang gitu?” Tanyaku. Josh melepaskan genggamannya di kedua bahuku dan mengambil donat lagi, “Ya senang bangetlah, kamu disukai oleh 2 orang kaya dan terkenal di New York. Emang aku akui kamu itu cantik banget, melebihi Kiara.” Jelasnya dengan nada penuh semangat. “Tapi ini rumit banget sumpah. Apalagi tadi Michael berubah banget sifatnya.” Kataku sambil mengacak – acakkan rambutku. Josh memajukan badannya, “Berubah? Emang sifat dia gimana?” Tanya Josh penasaran. Aku sangat lelah untuk menjelaskannya kepada Josh, tapi karena ia sudah terlanjur tau soal permasalahan cintaku aku terpaksa menceritakan soal ini kepadanya, “Jadi gini, awalnya Michael cukup manis, tapi lama kelamaan dia berubah. Dia udah dua kali ngomong kasar denganku dan hari ini dia ngomong keaku tapi dingin banget, kayak sedikit maksa aku gitu.” Jelasku. “Kamu tau gak sih? Michael itu emang sifatnya gitu. Dia emang dingin. Sifat manisnya sama kamu di awal itu cuma fake aja. Inilah aslinya dia, laki – laki yang dingin dan gak suka basa – basi.” Balas Josh sambil memakan donatnya lagi. Aku ikut makan donat. Setidaknya rasa manis dan enak donat ini bisa mengalihkan pikiranku sejenak. Aku sangat bingung dengan situasi semacam ini. “Jadi kamu lebih cinta sama siapa? Chris atau Michael?” Tanya Josh. Pertanyaan yang dilontarkan oleh Josh sangat membuatku pusing. Ketika seseorang menanyakan hal ini kepadaku, aku pasti tidak tau jawabannya. “Hmm. Sebenarnya sih, aku lebih cinta sama Chris, tapi ada sesuatu di dalam diri Michael yang membuat aku tu gak bisa jauh dari dia. Dan aku gak tau apa itu.” Jawabku. Josh berdiri tegak dan berjalan ke dapur. Lalu ia membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral. Ia duduk di counter dapur, “Bawa santai aja. Terjebak di dalam cinta segitiga itu seru. Selagi masih muda kita harus enjoy dengan masalah – masalah yang ada walaupun itu bikin pusing. Soal jawabannya nanti waktu akan menjawab.” Saran Josh. Aku tersenyum sambil mengangguk mendengar saran dari Josh. Benar yang dikatakan Josh, aku tidak usah terlalu memikirkan permasalahan itu, “Benar juga.” Balasku singkat. “Ya jelas dong. Gini ya, mereka juga kan yang mau terlibat di percintaan yang rumit ini. Mereka yang jatuh cinta sama kamu, dan mereka sedang merebut hati kamu. Seharusnya yang pusing bukan kamu, tapi mereka.” Ujar Josh, lalu ia meminum air mineral. Josh beranjak dari duduknya dan berjalan ke arahku. Ia berdiri di samping sofa, “Lagian ya, kalau mereka pusing atau mikirin kamu orangnya labil atau gimana ya wajar dong. Kamu itu dicintai oleh dua orang CEO muda yang tampan dan terkenal, cewek mana yang gak labil.”  Tambah Josh. “Yes, akhirnya ada yang ngerti. Aku juga takut kalau aku memilih mereka terlalu cepat, aku bakal salah pilih dan ujung – ujungnya aku yang sakit hati.” Kataku kepada Josh. Aku merasa sangat senang jika mempunyai teman yang bisa mengerti perasaanku seperti Josh. Berbicara soal teman, aku jadi merindukan Chloe dan Harumi. Sudah lama aku tidak bertemu dengan mereka berdua. Aku sangat penasaran dengan kabar mereka. Josh duduk di sampingku lagi dan memegang bahuku, “Apapun nanti hasilnya kamu harus siap.” Ucap Josh. “Kok kamu bisa tau soal Michael dan Chris? Mereka berdua memang terkenal, tapi gosip mereka kan jarang banget. Gak kayak gosip para artis.” Tanyaku penasaran. Josh memperbaiki rambutnya yang tidak berantakan dan meletakkan botol air mineral di meja, “Gini ya, aku ini adalah paparazi. Jadi aku tau semua hal apapun tentang orang – orang terkenal. Bukan cuma artis, tapi juga pengusaha – pengusaha terkenal dan kaya raya.” Jawab Josh. Aku membelalak mendengar jawaban dari Josh. Aku tidak menyangka bahwa ia adalah seorang paparazi. Dia bisa menguntungkanku, aku bisa bertanya apapun soal Michael dan Chris. Aku juga bisa mengorek informasi kepada Josh. Aku harus berteman dekat dengan Josh. “Keren juga. Jadi kamu pernah ketemu artis – artis?” Tanyaku. “Ya pernah bangetlah. Banyak yang udah aku temui, kayak ariana, justin bieber, dan lainnya. Sebagian dari artis benci dengan adanya paparazi, tapi kita cuma kerja gak bermaksud untuk menguntit mereka.” Jelas Josh. “Menurutku kamu keren sih. Selain itu, kamu biasa nyari informasi – informasi juga gak?” Tanyaku. Harus memastikan bahwa Josh bisa mencari informasi lebih tentang Michael dan Chris, walaupun aku juga tidak tau informasi apa yang harus aku cari tentang mereka. “Iya, aku harus dong nyari informasi tentang selebriti sasaran aku. Aku ahli dalam hal informasi, jadi kamu gak usah khawatir. Aku bakalan kasih tau apapun ke kamu soal Michael dan Chris. Gampang banget buat aku.” Kata Josh, lalu ia tersenyum. Sepertinya Josh membaca pikiranku, dia tau kalau aku ingin informasi tentang Michael dan Chris. Tanpa aku meminta kepadanya, ia dengan baik hati menawarkan hal tersebut kepadaku. “Tapi akhir – akhir ini gak ada informasi apa – apa sih tentang mereka. Yang terakhir skandal dari video v****r mereka dengan Kiara yang mana itu semua palsu.” Lanjut Josh. Lalu Josh terdiam dan membelalak, “Oiya, pantas muka kamu gak asing. Ternyata kamu pernah dikabarkan berpacaran dengan mereka berdua. Kok aku bisa lupa ya. Oh, kan waktu itu aku sibuk ngurusin artis – artis ya.” Ucap Josh sambil menggaruk kepalanya. Aku mengangguk mendengar ucapannya tersebut, “Iya begitulah. Aku juga gak pernah berpikir dan mau untuk masuk ke akun – akun gosip. Apalagi digosipkan bahwa aku berpacaran dengan mereka berdua.” Aku menghela nafas. “So, gimana hubungan kamu dan Chris? Kamu belum cerita apapun tentang Chris.” Tanya Josh penasaran. Aku menyandarkan tubuhku di sofa, “Chris orangnya manis, penyabar dan romantis. Dia itu hampir gak pernah marah sama aku. Dia selalu sabar nungguin aku yang gak jelas. Dia juga pengertian banget.” Jelasku kepada Josh. “Chris memang baik sih orangnya. Waktu itu dia juga nyumbang dana yang sangat besar nilainya ke sebuah panti asuhan. Dia juga pernah nyumbang untuk shelter. Dia emang manis dan berkharisma, semua cewek mau sama dia.” Ucap Josh.   Tiba – tiba bel berbunyi menandakan ada orang yang ingin bertamu, “Aku buka pintu bentar ya.” Aku bergegas untuk membukakan pintu. Betapa senangnya hatiku melihat Chris yang tersenyum di depan pintu. Ia memegang satu ikat bunga mawar merah, “Chris. Hai.” Sapaku. Chris tersenyum manis, “Hai. Ini buat kamu.” Kata Chris, lalu ia memberikan satu ikat bunga kepadaku. “Makasih. Aku suka.” Kataku. Aku melebarkan pintu, “Ayo masuk.” Chris masuk ke dalam apartmentku, ia memberhentikan langkahnya ketika ia melihat Josh yang duduk di sofa. Chris menoleh kepadaku, “Dia siapa?” Tanya Chris. Josh yang tengah asik menonton tv mendengar pertanyaan Chris, wajahnya sangat gembira ketika melihat Chris. Ia berjalan mendekati kami, “Chris Armando, salam kenal. Gue Josh tetangga Michelle.” Ujar Josh sambil menganjurkan tangan untuk memberi salam kepada Chris. Chris menyambut tangan Josh. Chris tersenyum kepada Josh, “Chris. Ngomong – ngomong kalian udah akrab banget ya keliatannya.” Balas Chris. “Iya, kita dekat. Aku lebih baik pulang dulu kali ya. Bye Michelle, bye Chris.” Josh berjalan keluar, “Donatnya buat kalian aja.” Aku menutup pintu dan menatap Chris. Chris duduk di sofa sambil tersenyum. Tatapan Chris membuatku tergoda. Aku mendekatinya dan mencium pipinya, “Kamu ganteng banget sih.” Pujiku kepada Chris. Chris mengusap dagunya dan bertingkah sombong, “Iya dong, siapa sih yang bisa ngalahin aku.” Canda Chris. “Hahaha.” Aku tertawa melihat tingkah konyolnya itu. Aku duduk di samping Chris. Chris merangkulku dan menggeser badanku agar duduk lebih dekat, “Kamu udah makan malam?” Tanyaku penuh perhatian.  Chris menggelengkan kepalanya, “Belum, aku laper banget nih.” Keluh Chris sambil memegang perutnya. “Oke, kamu mau aku masakin apa?” Tanyaku. Chris memegang pahaku, “Gak usah, kita pesan aja.” Jawab Chris. “Aku lagi mau pizza dengan keju yang banyak banget.” Lanjutnya. Aku segera mengambil hpku di kamar dan kembali ke ruang tv lagi, “Oke, aku pesan ya sekarang. Pizza dengan keju yang banyak.” Kataku sambil memilih – milih menu pizza. “Oke siap.” Seru Chris. Ia merebahkan kepalanya di sofa. Chris terlihat lelah, aku berinisiatif untuk memijat kepalanya. Chris memejamkan mata dan menikmati pijatan yang aku berikan, “Kamu tau aja aku lagi pusing.” Ucap Chris. “Iya taulah, bisa dilihat dari wajah kamu.” Kataku. Chris menoleh kepadaku, aku menghentikan pijitan yang aku berikan di kepalanya, “Aku beruntung banget bisa dekat dengan kamu.” Aku tersenyum mendengar perkataannya itu, “Jangan ngeliat aku dong, aku jadi susah mijitin kepala kamunya.” Kataku. Chris kembali membelakangiku dan menyandarkan kepalanya. Aku memijat kepala Chris sampai ia tertidur pulas. Aku memperhatikannya dari dekat untuk mengecheck betul apakah dia memang tertidur atau pura – pura. Aku melambaikan tanganku di depan wajahnya, tidak ada respon dari Chris. Aku mematikan tv dan menaruh bantal di bawah kepala Chris agar ia nyaman. Aku duduk di kursi dekat balkon sambil meminum kopi hangat. Aku menikmati langit malam seraya menunggu Chris untuk terbangun. Tidak lama kemudian, pengantar pizza datang dan mengantarkan pizza. Mau tidak mau aku membangunkan Chris untuk makan malam, “Chris, bangun.” Ucapku sambil mencolek lengannya. Chris terbangun. Ia langsung menatapku, “Eh, udah ada ya pizzanya?” Tanya Chris. Aku menunjuk ke arah meja, “Itu, makan yok.” Ajakku. Chris yang tadinya terlihat sangat capek dan ngantuk berubah menjadi sangat semangat ketika ia melihat pizza di atas meja makan. Ia langsung berjalan ke meja makan dan menyantap pizza tersebut. Aku duduk di hadapannya dan ikut menyantap pizza, “enak banget sih ini.” Ucapku. Chris menggelengkan kepalanya dan memejamkan mata, “Ini pizza terbaik yang pernah aku makan.” Disaat kami makan pizza, kami berbicara tentang bisnis Chris yang sedang naik. Pembicaraan yang sedikit membosankan menurutku, tapi aku tetap merespon pembicaraannya. “Bisnis aku lagi maju – majunya dan kami membuka lowongan kerja, kamu mau?” Tawar Chris. “Aku lebih milih untuk jadi penulis aja sekarang.” Jawabku. Chris terkejut mendengar ucapanku. Ia membelalak, “Oh ya, semangat buat kamu. Aku selalu dukung kamu apapun yang kamu pilih.”Ucapnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN