Kecelakaan

1639 Kata
Sehabis aku malam dengan Chris, aku dan Chris duduk bersantai di balkon sambil menikmati langit malam. Bintang – bintang sangat indah menemani kami berdua. Aku beranjak dari kursi dan berdiri melihat ke bawah, “Jam segini masih rame banget ya ternyata.” Kataku. Chris mendekatiku dan ikut melihat ke bawah, “Kamu ngapain liat ke bawah, mending liat itu ada bintang jatuh.” Ucap Chris seraya menunjuk ke langit. Aku mengalihkan penglihatanku ke langit, “Wah, indah banget ya.” Lalu aku menutup mataku untuk berdoa, ‘Semoga aku bisa bahagia, amin.’ “Kamu abis berdoa ya?” Tanya Chris. Aku mengangguk, “Iya.” Chris merangkulku dan menyandarkan kepalanya denganku, “Aku bahagia deh sekarang.” Kata Chris. Aku menatap wajahnya dan menikmati momen ini. Hatiku sekarang sangat tenang dengan kehadiran Chris sekarang. Kemudian aku memeluknya dengan erat. “Aku juga Chris. Dengan adanya kamu di hidup aku membuat hatiku tenang.” Ucapku. “Kapan ya kita bisa benar – benar menjalin hubungan yang serius?” Tanya Chris secara tiba – tiba. Mendengar pertanyaan itu aku menjauh darinya. Aku masuk ke dalam kamar dan duduk di tempat tidur. Chris mengikutiku dan berdiri sambil menatapku seolah – olah menunggu jawaban dariku. Pertanyaan Chris membuat aku berpikir dan bingung. Aku memalingkan wajah dan memikirkan jawaban yang tepat. Aku menutup wajahku dengan kedua tangan, “Kenapa kok kamu tiba – tiba nanya pertanyaan itu lagi? Bukannya kamu udah tau jawabannya kalau untuk sekarang aku belum siap?” Ujarku. Chris menunduk dan duduk di sampingku. Aku melihat kekecewaan dari raut wajahnya, lalu ia menatapku, “aku tau itu, tapi aku bahagia banget ketika aku sama kamu Michelle. Aku gak mau kamu dimiliki orang lain selain aku.” Jelasnya dengan suara yang terdengar cukup sedih. “Lagian, waktu yang aku berikan sama kamu itu kurang cukup ya untuk kamu berhubungan dengan aku?” Tanya Chris kepadaku. “Belum. Aku tau kamu kecewa sama aku karena aku ngebuat kamu nunggu terlalu lama, tapi ada sesuatu yang gak bisa aku jelasin.” Jawabku. “Sesuatu apa? Kamu gak bisa milih aku karena kamu cinta kan sama Michael?” Tanya Chris dengan nada yang tenang tapi terdengar ada sedikit kekecewaan. Aku beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar, lalu aku duduk di sofa. Chris mengikutiku lagi, kali ini ia duduk jauh dariku. Ia terus menatapku menanti jawaban yang akan keluar dari mulutku. “Aku gak cinta sama Michael.” Jawabku singkat. “Jangan bohong sama aku, kamu bingung kan mau milih siapa diantara kami berdua? aku benar – benar bahagia sama kamu Michelle.” Kata Chris, lalu ia duduk di dekatku. “Aku gak bohong Chris. Tolong lah, beberapa hari terakhir ini hati aku gak tenang. Bisa gak sih kita jalanin ini aja dulu?” Tanyaku kepada Chris. Chris menyandarkan kepalanya di sofa, “aku cuma mau ngebahagiain kamu doang tapi kelihatannya kamu gak mau ya.” Kata Chris dengan nada penuh kekecawaan. Chris membangkitkan badannya dan memegang bahuku. Ia menatapku dengan tatapan serius, “Kamu mau gak jadi pacar aku?” Tanya Chris kepadaku. Aku langsung membelalak dan syok. Seluruh badanku kaku dan mulutku juga tidak bisa berbicara. Aku hanya diam dan memalingkan wajah. Chris menggoyangkan bahuku, “Jawab aku dong, jangan diam aja.” Pinta Chris. Hatiku sakit melihat Chris yang sangat sedih akibat ulahku. Aku menatapnya dengan tatapan sedih, “Maaf, belum sekarang.” Jawabku dengan berat hati. Chris menjauh dariku dan beranjak dari sofa, ia mengambil jaketnya yang ia letakkan di meja makan, “Lebih baik aku menenangkan diriku dulu.” Ucap Chris sambil membuka pintu. Aku berlari mengejar Chris dan menahannya agar ia tidak pergi, “Tunggu dulu, jangan pergi.” Ujarku. “Bukan maksud aku untuk bikin kamu kecewa, tapi saat ini aku gak bisa untuk berhubungan dengan siapapun.” Lanjutku, lalu aku memegang tangannya. Chris menggenggam kembali tanganku, “Aku tau, tapi sekarang aku mau pulang dulu untuk menenangkan diri.” Kata Chris, kemudian ia berjalan menjauh dariku. Tidak ada yang bisa aku lakukan sekarang, aku tidak bisa menahan Chris untuk tetap di sini karena ini semua salahku. Akibat kelabilanku mereka berdua tersakiti, tapi di sisi lain aku juga tidak bisa memaksakan diri untuk berhubungan dengan siapapun saat ini. Aku melihat Chris yang semakin jauh dariku, aku tak kuasa menahan tangis. Aku kembali masuk ke apartmentku. Aku duduk di sofa meja makan dan merenung. Tiba – tiba hpku berbunyi, seseorang menelfonku dengan nomor yang tidak dikenal. “Halo, ini siapa ya?” Tanyaku penasaran. “Ini dari rumah sakit, apakah benar saya berbicara dengan Michelle?” “Iya benar, ada apa ya?” “Ayah anda yang bernama Owen Orlin sedang dalam keadaan kritis karena kecelakaan, mohon untuk segera pergi ke rumah sakit. Terimakasih.” Perasaanku campur aduk, aku langsung bergegas ke rumah sakit untuk melihat keadaan ayah. Aku sangat khawatir, aku tidak mau terjadi apa – apa pada ayah. Aku menyetir dengan sangat kencang agar aku bisa cepat sampai. Aku mengklakson semua kendaraan yang menghalangiku. Tiba – tiba seseorang hendak menyebrang, “Aaa.” Teriakku sambil membanting setir ke kanan. Untung saja di kananku sedang tidak ada kendaraan. Sesampainya di rumah sakit, aku berlari dengan cepat ke IGD. Aku melihat ayahku yang sekarat di ranjang rumah sakit. Michael yang melihat kehadiranku langsung mendekatiku dan memelukku dengan erat. “Hei, tenang.” Ucap Michael. Lalu Michael membawaku keluar IGD karena ayah yang akan segera di operasi. Aku dan Michael duduk di ruang tunggu. Michael mengusap punggung dan kepalaku sampai aku berhenti menangis, “Kok kamu bisa di sini?” Tanyaku kepada Michael. “Aku dapat kabar dari tunangan ayah kamu, jadi aku ke sini. Aku juga baru sampai beberapa menit sebelum kamu sampai.” Jelas Michael. Michael menyenderkan kepalaku di bahunya. Aku berusaha untuk menenangkan diri dengan menghela nafas, “Kok bisa ayah kecelakaan?” Tanyaku penuh rasa penasaran. “Ayah kamu kecelakaan di jalan raya. Dia nerobos lampu merah dan menabrak truk.” Jelas Michael dengan nada sedih. Aku menyandarkan badanku di tempat duduk, aku memejamkan mata hingga aku tertidur. Beberapa jam kemudian.. Michael menepuk pipiku untuk membangunkanku dari tidurku, “Michelle.” Perlahan – lahan aku membuka mataku dan terbangun. Aku menatap raut wajah Michael yang terlihat sangat sedih. Wajahnya lebih menyedihkan ketimbang sebelumnya. “Kamu kenapa sedih gitu keliatannya?” Tanyaku sambil bangkit dari sandaranku. Michael menunduk sambil mengusap keningnya, “Ayah kamu gak selamat.” Jawab Michael dengan suara yang berat. Seketika duniaku runtuh mendengar perkataan dari Michael. Walaupun aku tidak terlalu dekat dengan ayah dan semua masalah yang menimpa kami beberapa hari lalu, tapi aku tetap menyayanginya. Aku sangat menyesal karena tidak sempat untuk meminta maaf kepadanya. Aku terjatuh ke lantai. Michael dengan sigap menangkapku dan mendudukkanku di tempat duduk. “Hei, tenangin diri kamu.” Michael memelukku. Aku hanya mengangguk dan berusaha untuk mengatur nafasku. Aku berusaha tenang dan tidak boleh histeris. “Kamu udah siap?” Tanya Michael dengan penuh rasa kekhawatiran. Aku mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. Aku dan Michael pergi melihat ayahku. Di dalam ruangan hanya ada tunangannya saja yang bernama Lily. Ia terus menangis dan terlihat sangat hancur. “Kita harus mengurusi pemakamannya nanti pagi.” Kata Lily. “Akan saya bantu.” Kata Michael menawarkan bantuan. “Barusan saya sudah menghubungi pihak pengurus jenazah, mereka akan hadir sebentar lagi.” Balas Lily sambil mengusap air matanya. “Bukannya terlalu cepat ya?” Tanyaku kepada Lily. Lily menatapku tajam, “Memang mau seberapa lama lagi ayah kamu dibiarkan seperti ini?” “Aku cuma ngomong aja kok, gak lebih.” Jawabku. Lily tegak dan berjalan mendekatiku, ia menatapku tajam dan memegang daguku, “Kamu harusnya merasa bersalah atas kesalahan kamu. Sekarang udah terlambat. Nikmati hidup kamu itu.” Gerutu Lily, lalu ia pergi meninggalkan ruangan. Aku mencoba untuk menahan amarahku kepada wanita iblis ini. Aku memejamkan mataku dan menghela nafas. Michael mengusap punggungku, “Sabar ya Michelle. Kamu gak salah apa – apa kok.” Ucap Michael. “Ini salah aku. Seharusnya aku gak egois dan gak membiarkan emosi mengontrol diriku.” Balasku. Michael berjalan ke depanku dan memegang wajahku, “Semua orang pernah ngelakuin kesalahan. Dan menurutku reaksi kamu kemarin wajar kok. Kamu punya hak untuk marah atas semua yang terjadi.” “Oke.” Kataku singkat. “Kamu mau aku antar pulang?” Tanya Michael dengan kepadaku. Aku menggelengkan kepala, “Gak apa – apa, aku bisa sendiri kok.” Lalu aku pergi tanpa berkata sepatah katapun lagi. Aku berjalan dengan tidak semangat menuju parkiran mobil. Aku duduk sejenak di dalam mobil sambil menangis. Aku sangat sedih sekarang. Aku tidak memiliki kesempatan lagi untuk bertemu dengan ayah. Aku juga sudah terlambat untuk meminta maaf dan menjalin hubungan baik dengannya. Aku memukul setir mobil dengan sangat kencang untuk meluapkan semua kesedihan yang aku rasakan. Hatiku sangat hancur sampai – sampai dadaku sesak sekali. Sesampainya di apartment, aku merebahkan badanku di tempat tidur. Energiku sudah hilang sejak mengetahui kepergian ayah. Aku bahkan tidak mempunyai tenaga untuk melepas sepatuku. Aku mencoba untuk menelfon Chris tetapi ia tidak mengangkat telfon dariku. Aku sangat membutuhkannya sekarang, aku ingin berada di pelukannya. Aku rindu hati tenangku saat bersama dengan dia. *** 07.00 pagi Aku bersiap – siap untuk pergi ke acara pemakaman ayahku. Michael dengan senang hati menjemputku. Ia memaksa untuk mengantarkanku karena ia takut aku tidak fokus saat menyetir. Hanya beberapa menit saja yang aku butuhkan untuk menunggu Michael, ia dengan cepat datang ke apartmentku. Bel pintu pun berbunyi. Aku dengan segera membuka pintu, “Ayo kita pergi.” Ucapku dengan nada penuh kesedihan. Michael tersenyum, “Ayo. Ada aku di sini, kamu yang kuat ya.” Kata Michael mengusap punggungku. Kami pergi menuju pemakaman ayah yang berlokasi cukup jauh dari apartmentku. Di sepanjang perjalanan, aku hanya melamun dan diam. Pikiranku kosong sekarang. Saat ini aku tidak merasakan sedih, hanya kekosongan. Michael sepertinya tau keadaanku sekarang, ia tidak mengucapkan sepatah katapun.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN