Bertemu ayah 2

1663 Kata
Sesudah kami makan es krim, aku pulang ke apartmentku dan Chris balik ke kantornya. Aku harus mempersiapkan mental untuk bertemu ayahku malam ini. Aku duduk di sofaku dan memikirkan apa yang harus aku bicarakan saat bertemu dengan ayah nanti. Aku ingat sekali saat ayah meninggalkan aku dan ibu, waktu itu aku depresi dan sangat kesepian. Aku mencari cara agar aku tidak kesepian, mulai dari pulang larut malam sampai berkenalan dengan laki – laki yang tidak aku kenal. Apalagi waktu itu ibu sangat sibuk bekerja, hampir jarang di rumah. Aku sibuk mencari kebahagiaan di luar rumah. Sampai ke hal negatif pun sudah aku lakukan. Dan sekarang aku harus memaksakan hatiku yang terluka untuk sembuh, sangat tidak adil bagiku. Sejak saat itu hidupku juga sudah berubah. Aku berubah, bukan aku yang dulu lagi. Aku masih kesal dengan Michael yang terlalu memaksakan aku untuk menjadi baik – baik saja. Apa dia tidak tau bahwa aku di sini juga hampir gila, kenapa ia hanya memperdulikan ayahku saja. Matahari pun sudah hendak terbenam, tandanya aku harus segera bersiap – siap. Aku pergi ke kamarku dan memilih baju yang akan aku kenakan untuk dinner bersama Michael dan ayah. Aku memakai blouse merah dan rok coklat untuk ke acara makan malam hari ini, aku tidak mau terlalu mau memakai pakaian yang terlalu menarik perhatian. Sesampainya di restoran, aku berjalan masuk seraya melihat Michael, ayahku dan seorang wanita berada di meja vip. Aku penasaran dengan wanita berambut blonde yang duduk di samping ayahku. Dengan ragu – ragu aku berjalan ke arah meja mereka. Suasana di restoran ini membuatku agak sedikit tenang. Salah satu restoran mewah yang memiliki tema modern dan mewah dengan sofa berwarna hitam di setiap mejanya. Berbeda dengan meja vip yang terletak di ruangan yang dilapisi kaca bening serta meja dan sofa yang lebar dan mewah. Aku duduk di samping Michael, mereka bertiga tersenyum saat melihat kehadiranku. Aku melihat wajah ayahku yang sepertinya sangat bahagia hari ini, entah karena wanita di sampingnya, atau karena kehadiranku. “Akhirnya kamu sampai juga.” Ucap Michael mencairkan suasana. Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Michael. Lalu ayah tersenyum padaku. “Kenalin ini Lily, partner baru ayah.” Aku mengambil buku menu dan melihat – lihat menu. “Partner baru atau pacar baru ?” tanyaku. Ayah masih berusaha untuk tetap berbohong dan tersenyum kepadaku. “Partner kok.” Jawabnya sambil melihat wanita itu. Wanita itu hanya mengangguk dan tersenyum kepada ayahku. “Kenalin aku lily.” Wanita itu mengulurkan tangannya. Aku membalas uluran tangannya dan menyalami wanita bernama Lily ini. “Michelle.” Aku berusaha untuk tetap tenang dan mengalihkan pikiranku dengan melihat – lihat buku menu, padahal aku sama sekali tidak memperhatikan betul tulisan di buku menu ini. “Kamu mau makan apa?” Tanya Michael memecahkan keheningan. “Aku mau salad aja.” Jawabku. “Oke. Kalau om dan tante?” Tanya Michael kepada ayah dan Lily. “Kami steak aja.” Jawab ayah. Sepertinya Lily adalah tipe wanita penurut. Bisa dilihat sedari tadi, Lily hanya mengikuti perkataan ayah tanpa menentangnya sedikit pun. Seusai kami memesan makan malam suasana berubah menjadi canggung. Aku sudah tau kecanggungan ini akan muncul juga. Aku tidak mau berusaha untuk mencairkan suasana, pikiran dan hatiku sudah kacau sejak aku menginjakkan langkah pertamaku di restoran ini. “Mom apa kabar?” tanya ayah memecahkan keheningan. “Baik. Ayah apa kabar?” Tanyaku. “Baik.” Jawabnya singkat. Aku menyandarkan badanku di sofa dan memainkan hpku untuk menghidar dari pertanyaan – pertanyaan yang tidak ingin aku dengar. Aku tidak peduli pendapat mereka tentangku, aku hanya ingin cepat – cepat pulang ke rumah. Michael duduk mendekatiku, tangannya merangkul bahuku. Saat ini aku tidak mau dan malas untuk melawannya, aku hanya mengikuti permainan yang dijalankan oleh Michael. Dengan suara khasnya ia berkata, “Simpan hp kamu, ini waktunya kamu bicara dengan ayah kamu.” Aku memberi Michael tatapan setajam elang dan menggelengkan kepala. “Kamu pikir jadi aku gampang ya?” Tanyaku kepada Michael. “Bukan itu maksud aku.” Jawabnya. “Jangan gak nyambung kayak gitu deh.” Aku mengalihkan pandanganku darinya. Ayahku memajukan badannya dan ikut ke dalam perdebatanku dan Michael. “Sudah jangan berantem. Kamu jangan menyalahkan Michael, dia sudah baik mau membantu kita.” “Membantu? Bantu apa? Aku juga gak butuh dibantu kok.” Kataku. “Michelle!” Ayah memukul meja dengan tangan kanannya. “Apa?” Tanyaku singkat. Ayahku terlihat sangat marah, entah marah karena apa. Lily mengusap punggung ayah untuk menenangkannya. “Kamu ini keterlaluan ya, dari dulu hatimu keras.” Ucap ayah. Aku menatap ayah dengan tatapan tajam dan menegakkan badanku. “hatiku keras? Wajar aku keras. Setelah apa yang ayah perbuat dulu, emang ayah kira segampang itu buat keadaan jadi baik lagi? No.” “Seharusnya kamu jangan kayak gitu, ayah kamu kan sudah minta maaf kemarin. Kenapa sih kamu susah banget buat maafin dia?” Tanya Lily. Perempuan ini sudah melewati batas. Dia berbicara seakan – akan tau tentang permasalahan keluargaku dan trauma yang aku miliki. Lily membuatku semakin emosi. “Apa? Lu jangan sok tau soal gue ya, berani – beraninya lu ngasih saran ke gue. Emangnya lu tau apa yang gue rasain selama bertahun – tahun? Enggak.” “Michelle! Kamu ini makin jadi kayak orang gila ya. Salah ayah apa? Ayah cuma ingin makan malam sama kamu aja susah.” Kata Ayah. Aku menundukkan kepala sambil memejamkan mata. Aku tidak menyangka ayah akan mengatakan hal tersebut. Aku menggelengkan kepala dan menghela nafas. “Aku kayak orang gila? Ayah gak ngaca ya? Dulu siapa yang selingkuh dan ninggalin aku sama mom? Terus nyaksiin kalian berdua berantem setiap hari sampai akhirnya cerai?” “Bagi ayah sih gampang ya, tinggal pergi aja dan nikah sama tu nenek lampir. Tapi aku? Aku gimana? Aku sendirian setiap hari selama bertahun – tahun ketika ayah sama mom udah asik sama kehidupan barunya. Aku yang sendirian!” Teriakku sambil menggebrak meja. Michael memegang bahuku. “Kamu jangan gini dong, sabar dulu.” “Michael, kamu diam aja bisa gak sih? Kamu ngapain sok jadi pahlawan buat aku ha? Kamu udah nyoba terlalu keras dan kamu terlalu percaya diri. Stop! Pergi dari aku. Sampai kamu masih maksa soal hal ini lagi ke aku, aku benar – benar muak. Ngerti kamu?” Murkaku. Ayah beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arahku dan langsung menamparku dengan cukup keras. Aku memegang pipiku dan menatap mata ayah. “Kamu udah keterlaluan. Ayah di sini juga berusaha buat kamu.” Aku tegak dan menatap ayah tajam. “Berusaha? Berusaha tapi ngebawak cewek ini ke sini. Dia itu orang lain!” Kataku dengan nada cukup keras. “Dia itu tunangan ayah.” Ucap ayah. “Hahaha. I’m done.” Aku mengambil tasku dan berjalan pergi meninggalkan mereka. Michael mengejarku dan menarik tanganku. Aku menangkis tangannya dan tetap berjalan. “Stop.” Ucap Michael. Aku membalikkan badanku dan berjalan mendekati Michael. “Apa?” Tanyaku. “Bisa gak jangan keras kayak gini?” Tanya Michael. “Enggak.” Aku kembali berjalan meninggalkan Michael. Aku masuk ke dalam mobilku tanpa memperdulikan Michael. Di sepanjang perjalan aku tak kuasa menahan air mata. Aku menangis dan berteriak di dalam mobil. Aku tidak menyangka bahwa ayahku seperti itu. Jika memang dia mau berhubungan baik denganku lagi, ia tidak perlu membawa tunangannya kemari. Aku juga tidak menyangka bahwa ia sudah betunangan. Malam ini aku tidak langsung pulang ke rumah, aku mampir ke sebuah club malam untuk melepaskan penatku. Aku duduk di kursi bar sambil meminum satu gelas wiski dan menikmati musik. Keasikkanku terganggu oleh Chris yang tiba – tiba menelfonku. “Halo.” “Michelle, kamu dimana? Kok berisik banget sih. Aku di depan apartment kamu, tapi kamu gak ada di sini.” Kata Chris. “Emang aku lagi gak di rumah nih. Kamu mau gak ke sini? Kita dance bareng.” Balasku. “Kamu lagi di club ya?” Tanya Chris. “Iya.” Jawabku dengan nada yang cukup keras, lalu aku mematikan telfon dan lanjut berdansa. Seorang laki – laki mendekatiku dan ikut berdansa. Ia memelukku dari belakang. Aku membalikkan badan dan ternyata orang itu adalah Josh, tetanggaku. “Josh?” Josh mendekatkan wajahnya kepadaku dengan kebingungan, lalu ia tersenyum. “Michelle. Hai, kok bisa di sini?” Tanya Josh. Aku berdansa berdua Josh. Lalu aku berkata, “Lagi pusing.” “Untung aja kamu ketemu aku, di sini banyak cowok hidung belang.” Ucap Josh. “Kamu sendirian di sini?” Tanyaku penasaran. “Iya, aku sendirian.” Jawabnya. Tidak lama kemudian, Chris datang dan menarik tanganku. “Sini kamu.” Aku yang setengah sadar malah muntah dan pingsan. -- Paginya aku terbangun di sebuah kamar. Aku melihat ke sekeliling, ini bukan kamarku. Ini kamar Chris. Aku berjalan ke luar kamar dan mendapati Chris yang sedang duduk di sofa sambil membaca buku. Aku berjalan mendekatinya dan duduk di sampingnya. “pagi.” Sapaku. Chris menutup bukunya dan menoleh kepadaku. “Ada yang mabuk tadi malam, siapa ya ?” Sindirnya. “Aku. Hahaha. Maaf ya.” Aku tersenyum. “It’s okay.” Jawab Chris. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya. “Tadi malam aku kacau banget.” Kataku. “Kenapa?” Tanya Chris penasaran. Aku menghela nafas dan menceritakan semua tentang tadi malam. “Jadi aku datang ke dinner sama ayah dan Michael. Yang pertama, Ayah bawa tunangannya ikut dinner. Yang kedua, Michael sok ceramahin aku agar aku gak main hp dan bicara sama ayah. Terus aku dan ayah ribut.” Jelasku. “Michael emang gitu dari dulu, dia selalu berusaha untuk ngurusin masalah orang lain, tapi dia gak pernah ngurus masalah dia sendiri. Dia sok mau jadi penengah antara kamu dan ayah kamu, tapi dia sendiri hubungan dengan ayahmnya gak bagus.” Jelas Chris sambil merebahkan kepalanya di sofa. Chris mendekatiku dan memelukku erat. “Gak apa – apa kalau kamu mau sedih, kan ada aku disini.” Katanya. “Makasih ya. Kalau gak ada kamu, aku gak tau deh harus gimana.” Ucapku. Lalu Chris mencium bibirku dengan penuh kasih sayang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN