Pernikahan ibu 2

1712 Kata
Aku dan Chris beranjak dari tempat duduk masing – masing. Kami berjalan menuju temap makanan. Michael degan santainya mengikuti kami berdua dan berjalan di samping kiriku. Chris tidak berkomentar apapun tentang hal ini, ia pura – pura tidak melihat Michael dan terus berjalan, mungkin ia tidak mau membuat masalah di pernikahan ibu.   “Kamu mau makan apa ya kira – kira.” Kataku seraya melihat – lihat makanan yang disajikan. “Hmm, Steak aja. Enak banget kelihatannya tu.” Balas Chris. “Mending shrimp cocktail.” Kata Michael seraya membawakan aku sepiring shrimp cocktail. Chris tidak mau kalah, ia menyodorkan sepiring steak kepadaku ,“No, mending steak.” Ucap Chris. “Gimana kalau dua – duanya aja.” Aku mengambil kedua makanan tersebut dan tersenyum kepada mereka berdua.   Aku pergi meninggalkan mereka berdua dan memilih meja yang berada di dekat tempat penyajian makanan. Aku duduk dan bingung mau makan yang mana. Aku tergoda dengan steak pemberian Chris tadi, akhirnya aku memakan steak dahulu.   “Enak kan ?” Tanya Chris sambil duduk di sampingku. “Enak banget.” Aku memejamkan mata dan menikmati kenikmatan daging steak di mulutku. “Cobain ini deh.” Michael memotong daging udang itu dan menyuapiku. “Enak banget.” Aku tersenyum dengan Michael. “Shrimp cocktail udah biasa. Udang doang, mending steak.” Lalu Chris menyuapiku sepotong steak. “Stop guys. Apapun yang kalian mainkan di sini, please jangan sekarang.” Kataku. Aku muak makan dua makanan yang berbeda dalam waktu bersamaan. “Oke.” Balas Michael. “Mending aku makan sendiri aja deh kalau gitu.” Lanjutnya. “Itu yang harus lu lakuin dari tadi.” Ujar Chris. “Apa lu bilang ?” Michael mulai terpancing emosinya. “Stop !” Murkaku. Aku langsung beranjak dari tempat duduk dan berjalan menjauhi mereka berdua. “Iya, sorry.” Chris memegang lenganku. Aku langsung berhenti berjalan dan membalikkan badan. “Tolong Chris, jangan ngeladenin dia.” Kataku. “Iya, aku minta maaf.” “Yaudah” Balasku sambil merengut.   Michael berjalan santai ke arah kami sambil melipat kedua tangannya. “Kalian ribut kenapa sih ?” Tanya Michael. “Michael, jangan mulai.” Kataku seraya menatapnya tajam. “Oke.” Michael mengangguk. “Denger kan lu, jangan buat onar.” Cetus Chris. Perkataan Chris tersebut nampaknya membuat Michael murka. Michael hendak berjalan mendekati Chris, namun aku langsung menahannya. “Stop ya.” “Kalian ini kenapa sih kok kayak anak kecil ? Aku ini udah capek banget loh, malah kalian tambah dengan perlakuan kalian.” Lanjutku. “Sekarang mendingan gue pergi dari sini.” Ujarku. “Jangan !” Ucap mereka berdua. “Makanya, bisa gak sih damai sehari aja.” Pintaku. Mereka berdua diam mendengar permintaanku.   Aku duduk kembali di kursi dan melamun. Aku sedang tidak mood hari ini. Bisa dilihat ayahku yang sedari tadi memperhatikanku dari jauh. Aku tidak bisa menghampirinya, entah kenapa hatiku masih belum bisa berdamai dengan masa lalu.   Chris dan Michael ikut duduk di sampingku. Kali ini mereka hanya diam dan mulai mengikuti kemauanku. Aku tidak mood untuk makan sekarang, walaupun perutku cukup lapar akibat peristiwa bodoh tadi tapi aku tetap tidak mau makan lagi.   “Michelle.” Panggil Michael. “Kamu gak negur ayah kamu tu ?” Tanya Michael seraya menunjuk ke ayahku. “Enggak.” Jawabku Singkat. “Michelle negur kalau dia udah mau negur. Jangan dipaksa gitu.” Chris ikut ke dalam percakapan. “Oke. Gue gak ada maksa kok, cuma ngomong doang.” Balas Michael. “Ngomong – ngomong, acaranya mewah banget ya.” Ucap Michael seraya melihat – lihat dekorasi dinding. “Iya. Mewah banget.” Kataku. “Pasti persiapannya gak sebentar ini.” Kata Michael. “Enggak, ini mendadak kok acaranya.” Ucap Chris dengan santai. Aku heran kenapa Chris ikut berbicara dengan Michael dan aku. “Masa sih ? Pesta yang kayak gini tu pasti berhari – hari persiapannya.” Jelas Michael sambil meminum wine. “Entahlah. Aku gak peduli.” Aku menopang kepalaku dengan tanganku. “Iya juga sih. Tapi Michelle baru dikasih info malam ini.” Chris ikut meminum winenya. “Serius ?” Michael melihatku dengan keheranan. “Iya.” Aku mengangguk. “Mom ngundang ayah kamu 2 hari yang lalu.” Kata Michael. “Lah, kok mom ngundang aku baru tadi malam sih ?” Aku kebingungan dan kesal. “Mending kamu tenang dulu. Kamu tanya aja langsung ke mom kalau pesta ini udah selesai.” Saran Chris seraya mengelus punggungku. “Kelamaan.” Ucapku singkat. “Benar kata dia. Jangan rusak kebahagiaan mom kamu hari ini.” Kata Michael dengan wajah sombongnya.               Baru kali ini aku melihat mereka berdua akur dan tidak berdebat. Seperti sebuah keajaiban rasanya. Aku menghela nafas untuk kesekian kalinya dan menuruti perkataan mereka berdua. Sebaiknya aku tidak menanyakan hal itu sekarang.   Aku melihat – lihat sekelilingku dan berpikir bagaimana caranya menghilangkan rasa suntuk yang tiba – tiba hadir. Aku memutuskan untuk mengambil makanan lagi. Namun, ketika aku hendak berdiri Chris dan Michael langsung menatapku tajam.   “Mau kemana ?” Tanya Chris. “Aku mau ambil makanan.” Jawabku. “Kalian tunggu aja di sini, gak usah ikut aku.” Perintahku.   Makanan – makanan lezat terpampang dengan sangat jelas di depanku. Aku mengambil shrimp cocktail dan steak lagi. Kali ini memang karena niatku untuk memakan makanan ini. Lalu aku kembali ke meja dan menyantap makanan yang kubawa.   “Makan kamu ternyata banyak juga ya.” Ucap Michael. “Iya memang.” Balasku sambil melanjutkan makan. “Baguslah kalau makannya banyak, biar makin berisi.” Chris mengusap kepalaku, Michael langsung menatap Chris dengan tatapan benci. Aku hanya tersenyum.   Tidak lama setelah aku makan, ibu dan om Darwin menghampiri meja kami. Dengan senyum yang sangat bahagia ibu memegang bahuku dan duduk di samping Michael, sedangkan om Darwin duduk di sebelah Chris.   “Kalian lagi ngomongin ap ani ?” Tanya om Darwin basa – basi. “Enggak ada ni om. Cuma ngomong tentang pernikahan ini aja.” Jawab Chris. “Kenapa pestanya ? Baguskan ?” Tanya ibu khawatir. “Bagus banget kok tante.” Michael tersenyum. “Jelas dong bagus, kami mempersiapkannya dari sebulan lalu.” Ujar om Darwin.   Perkataan om Darwin membuatku sangat terkejut. Chris langsung melihatku dengan tatapan kebingungan. Wajah ibu juga langsung kaget mendengar perkataan suaminya itu. Aku jadi semakin yakin kalau mereka merencanakan pernikahan tanpa sepengetahuanku.   “Maksud mempersiapkan dari sebulan lalu itu apa ya ?” Tanyaku. “Enggak maksudnya-.” “Stop mom, biar om Darwin yang jawab.” Potongku. “Iya kan kami memang memajukan tanggal pernikahan.” “Dari bulan lalu sudah booking hotel dan mesan makanan.” Lanjut om Darwin. “Tapi mom baru ngundang dan ngasih tau aku tadi malam.” Ucapku. “Mom bisa jelasin.” Kata mom seraya hendak berjalan ke arahku. “Gak mom, gak perlu.” Aku beranjak dari tempat duduk dan pergi dari pesta.   Chris mengejarku dan memanggilku “Michelle, tunggu.” “Apa ?”   Chris menghentikkan jalanku. Aku menatapnya. “Jangan nyuruh aku untuk balik ke dalam.” Kataku. “Aku gak bakal nyuruh kamu balik ke dalam. Kalau mau pulang tungguin aku dong.” Chris memegang lenganku. “Oh, aku kira kamu bakalan nyuruh aku balik ke pesta.” “Enggak kok. Kalau kamu gak nyaman di dalam sana ngapain aku maksa kamu.” Kata Chris. “Michelle.” Ibu berjalan cepat ke arahku. “Ada apa mom ?” Tanyaku. “Mom bisa jelasin semuanya.” Ucap ibu. “Gak perlu mom, serius deh.” Balasku. “Yang penting mom bahagia. Aku mau pulang dulu.” Aku melanjutkan langkahku dan meninggalkan ibu.   Chris membuka pintu mobil untukku dan kami pergi dari hotel.   “Kamu mau kemana sekarang ?” Tanya Chris. “Aku mau pulang aja.” Jawabku. “Ke rumah kamu ?” “Enggak. Rumah kamu.” Balasku. Chris mengangguk.   Di sepanjang perjalanan, aku tidak berkata sepatah katapun. Aku tidak mood untuk berbicara setelah kebohongan yang ibu katakana kepadaku. Aku heran dengan ibu, kenapa ia tidak jujur saja kepadaku. Aku juga tidak akan melarang pernikahan mereka. Memang hubunganku dengan ibu tidak sebagus hubungan anak – anak lain dengan ibunya, tetapi seharusnya ibu mengatakan yang sejujurnya kepadaku.   Aku memandangi langit dan menyandarkan kepalaku. Aku pusing memikirkan semua permasalahan ini. Tiba – tiba Chris memegang kepalaku dan memberi senyuman kepadaku.             “Kamu jangan banyak pikiran ya.” Ucap Chris. “Enggak kok.” Aku berbohong. Aku malas untuk membicarakan ini dengan siapapun. “Oke.” “Gimana kalau kita jalan – jalan dulu ?” Ajak Chris. “Gak usah Chris, aku lagi gak mood untuk jalan – jalan.” Tolakku. “Yaudah kita pulang.” Chris menuruti kemauanku untuk langsung pulang.   Sesampainya di rumah Chris, aku langsung mandi dan membersihkan diri. Untung saja ada beberapa bajuku yang tertinggal di rumah Chris karena aku sangat tidak nyaman memakai jas. Seusai mandi, aku berbaring di tempat tidur Chris dan melihat ke arah luar jendela kamar. Saat ini aku hanya ingin merebahkan punggungku yang rasanya seperti mau patah.   Chris datang menghampiriku di tempat tidur dan memelukku dari belakang. “Kamu kenapa ?” Tanya Chris khawatir. “Aku gak apa – apa kok. Cuma mau istirahat aja, capek.” Jawabku. “Yaudah, yuk kita istirahat.” “Chris.” Panggilku. “Iya ?” “Kenapa ya mom bohong sama aku ?” Tanyaku. “Mungkin takut kamu gak setuju dengan pernikahannya, makanya dia gak ngasih tau dan mendadak nikah.” Jawab Chris.   “Hmm. Tapi itu keterlaluan. Rasanya aku gak dihargai dan gak dianggep.” Keluhku. “Kamu tenang ya. Ada aku.” Chris memelukku erat.   Aku membalikkan badan dan memeluk Chris. Pelukannya menjadi obat bagiku. Perlahan – lahan hatiku tenang karena pelukan yang diberikan Chris. Aku sangat membutuhkan Chris. Aku ingin ia ada di dalam hidupku selalu.   “Kamu lebih cantik kalau gak pakai make – up.” Puji Chris sambil membelai rambutku. “Makasih.” Aku tersenyum malu.   Chris mencium bibirku dengan penuh kasih sayang. Aku memejamkan mataku untuk menikmati setiap sentuhan yang ia berikan. “Apapun yang terjadi sama kamu di masa lalu ataupun sekarang, aku akan siap untuk selalu ada di sisi kamu.” Chris tersenyum manis. “Dan kamu harus tau kalau aku peduli sama kamu. Lebih dari peduli.” Tambah Chris.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN