Pernikahan Ibu

1705 Kata
Sudah tengah malam seperti ini aku masih belum bisa tidur. Mataku tidak bisa berkompromi, padahal badanku seperti mau hancur dan pikiranku juga sangat lelah. Aku mematikan lampu dan mencoba untuk tidur lagi. Tiba – tiba hpku berbunyi, ibu menelfonku. “Halo mom.” “Halo. Mom cuma mau ngasih tau kalau mom mempercepat pernikahan mom.” Kata mom. “Kapan mom ?” Tanyaku penasaran. “Besok.” Jawab ibu singkat. “Apa ? besok ?” Aku terkejut dengan jawaban yang diberikan ibu. “Iya besok jam 1 siang. Pestanya sederhana kok. Soalnya mendadak kan.” “Kok mendadak gini mom ? ada apa ?” Tanyaku lagi. “Gak ada apa – apa kok. Pokoknya kamu beli aja dress yang bagus ya atau kalau gak sempat beli, kamu bisa pakai yang ada aja di lemari.” “Oke.” Setelah aku menelfon ibu, aku langsung menelfon Chris. Aku tidak mau datang ke pernikahan ibu sendirian. Aku tidak menyangka kenapa ibu mempercepat pernikahannya seperti ini. Aku sangat kesal dan terkejut. “Halo Chris. Kamu bisa gak besok pagi temani aku ke pernikahan mom ?” Tanyaku. “Apa ? besok ? bukannya pernikahan mom masih beberapa bulan lagi ?” “Dipercepat. Aku kaget setengah mati. Kamu temani aku ya, please.” Aku memohon kepada Chris agar dia mau menemaniku. Tapi tanpa aku memohon juga pasti dia akan siap menemaniku. “Oke. Aku bakal jemput kamu besok.” “Oke jemput aku jam 12 siang ya.” Pintaku. “Oke siap.” Untung saja Chris mau menemaniku besok, kalau tidak aku akan canggung sendirian. Jujur aku sedikit kecewa dengan ibu yang tidak melibatkan aku dalam pernikahannya. Aku lebih baik tidur dan beristirahat dari pada memikirkan hal tidak penting seperti itu. Paginya… Aku memilih – milih baju untuk ke pernikahan ibu di lemari bajuku. Aku tidak memiliki banyak baju dress untuk acara formal. Pada akhirnya aku memilih baju jas wanita berwarna putih dengan garis hitam serta celana bahan berwarna hitam. Tidak lupa untuk memakai heels hitam serta tas kecil berwarna senada. Aku menunggu Chris yang akan menjemputku. Perkiraanku dalam beberapa menit ia akan sampai. Aku tidak sabar untuk melihat ketampanannya dan juga aku penasaran dengan pakaian apa yang akan ia pakai hari ini. “Michelle.” Panggil Chris seraya membunyikan bel rumahku. “Sebentar.” Aku buru – buru membuka pintu. Benar tebakanku, ia sangat tampan. Chris mengenakan baju suit warna hita, dengan dalaman kemeja. Aku dan Chris sama – sama mengenakan model baju yang sama. Ketika aku membukakan pintu untuknya, ia terdiam. Chris tidak bicara sepatah katapun. Ia hanya tersenyum melihatku. “Hai.” Aku memecahkan keheningan. “Hai. Wow.” Ucap Chris. Lalu ia menggelengkan kepalanya. “Kenapa ?” Aku tertawa kecil. “Kamu cantik banget hari ini. Wow.” Puji Chris. “Makasih. Kamu juga ganteng.” “Aku suka banget sama outfit kamu.” Ujar Chris seraya memegang kepalanya. “Thank you.” Aku tersenyum. “Yaudah, yuk kita pergi.” Ajak Chris. “Oke.” Aku mengangguk dan menggandeng lengan Chris. “Silahkan my princess.” Ujar Chris seraya membuka pintu mobil untukku. “Thank you my prince.” Aku tersenyum dan masuk ke dalam mobil. Hotel tempat ibu menikah cukup jauh dari rumahku. Jaraknya sekitar 1 jam dari rumah. Aku tidak mengerti kenapa kalau ini mendadak semuanya sudah diatur rapi seperti Gedung. “Kamu kenapa ? kok diam aja dari tadi ?” Tanya Chris. “Gak apa – apa kok.” Jawabku singkat. “Oke” Chris mengusap pipiku. Aku melihat keluar jendela dan memperhatikan langit yang cerah tidak seperti suasana hatiku yang gundah. Aku menyandarkan kepala di kursi dan menghela nafas. Perasaanku tidak karuan, ditambah mataku yang ngantuk akibat kekurangan tidur. “Michelle.” Chris membangunkanku. Tanpa sadar aku tertidur selama perjalanan. “Kamu ngantuk ya ?” Tanya Chris. “Iya. Ngantuk banget, kekurangan tidur nih.” Jawabku. “Kita udah sampai nih.” “Bagus juga hotelnya. Pasti mahal.” Lanjut Chris. “Oh iya, berarti mama dan papa kamu ada ya nanti ?” Tanyaku. “Enggak kok. Papa dan mama lagi di luar negeri.” Jawab Chris. “Oh, oke kalau gitu.” Kemudian aku dan Chris memasuki Gedung hotel dan berjalan menuju ball room. Aku melihat sekeliling ballroom, sudah banyak pengunjung yang berdatangan. Chris berbisik kepadaku dan berkata, “Kayaknya pernikahan ini udah direncanakan dari lama deh.” “Iya juga sih. Buktinya rame banget nih.” Balasku. “Aku juga jadi bingung.” “Yaudah deh, pura – pura gak tau aja.” Lanjut Chris. “Iya, aku gak mau ngerusak momen bahagia mom. Besok – besok aja aku tanya.” Kataku. Ibu tampak sangat bahagia dengan gaun pengantin berwarna putih. Rambutnya di sanggul, make-up naturalnya juga menambah kesan anggun. Aku dan Chris menghampiri ibu yang berdiri di samping om Darwin. “Hai mom.” Aku memeluk ibu dan menyalami om Darwin. “Selamat ya buat pernikahannya mom dan om.” Aku tersenyum. “Selamat buat tante dan om. Semoga pernikahan kalian bahagia terus.” Ucap Chris. “Terima kasih Michelle dan Chris.” Mom tersenyum bahagia. “Kalian makan ya sepuasnya. Banyak makanan di sini.” Ujar om Darwin. “Oke om.” Balas Chris. “Yaudah, kita liat – liat makanan dulu ya mom.” “Oke.” Aku dan Chris berjalan menjauh dari ibu dan om Darwin. Kami berdua melihat – lihat makanan yang disajikan. Mulai dari pudding, steak, shrimp cocktail, hingga daging domba juga disediakan. Hiasan di pernikahan ini juga sangat mewah, Bunga – bunga berwarna putih dan ruangan dikelilingi dengan kain putih. Semua hiasan dan makanan yang ada di pernikahan ini membuatku makin yakin kalau pernikahan ini bukanlah suatu hal yang mendadak. “Kamu mau makan apa nanti ?” Tanyaku. “Aku mau makan udang dan pudding. Eh, semuanya deh. Hahaha.” “Aku juga mau makan semuanya.” Balasku. Acara sudah mau dimulai. Aku dan Chris duduk bersampingan. Kami berpegangan tangan dan menunggu upacara pernikahan dimulai. Namun seseorang tiba – tiba duduk di samping kiriku dan aku menoleh, Orang tersebut adalah Michael. “Michael ?” Aku sangat terkejut dengan keberadaan Michael di pernikahan mom. “Kamu ngapain di sini ?” Tanyaku heran. “Aku mau menghadiri pernikahan ini dengan ayah kamu.” Jawab Michael dengan santai. Aku langsung menoleh ke arah Chris dan memberinya tatapan kebingungan. Chris hanya diam dan tak bisa berkomentar. “Itu ayah kamu duduk di depan.” Michael menunjuk ke ayahku. “Gila sih.” Ucapku. “Aku mau pulang aja deh.” Aku beranjak dari tempat duduk tapi Chris dan Michael menahanku. “Tunggu dulu.” Chris dan Michael memegang kedua tanganku. “Apa lagi ?” Tanyaku. “Ini kan pernikahan mom, masa kamu pulang sih ?” Protes Michael. “Yaudah, kamu di sini aja dulu kan ada aku.” Chris beranjak dari duduknya dan mengusap kepalaku. Michael juga ikut beranjak dan memegang bahuku. “Di sini juga ada aku, jadi kamu gak perlu khawatir.” Michael tersenyum sinis kepada Chris. “Oke.” Aku mengangguk dan memilih untuk tidak ikut dalam permainan bodoh ini sekali saja. Kali ini aku membiarkan mereka melakukan hal apapun, pikiranku sudah sangat lelah. Pernikahan antara ibu dan om Darwin berjalan sangat lancer tanpa hambatan. Ibu sudah mempunyai kehidupan barunya, sedangkan aku masih sama seperti ini. Aku harus senang melihat ibu bahagia. Tidak seharusnya aku berpikiran yang aneh – aneh. Aku menyaksikan momen romantis yang selama ini aku inginkan. Aku tidak menyangka ibu akan menikah secepat ini. Aku jadi semakin pusing memikirkan nasibku, aku sangat ingin memiliki kehidupan baru. Aku ingin meninggalkan semua luka yang selama ini aku rasakan. Tapi, entah sampai kapan aku harus menunggu momen seperti ini. Kapan aku bisa merasakan yang orang lain rasakan yaitu MENIKAH. Mungkin aku memang belum siap untuk hal besar seperti itu, Tapi terkadang ada hari dimana aku sedih. Kehampaan yang terus datang menghampiri pikiranku semakin membuat aku gila dan merugikan orang di sekililingku. Aku juga tidak mau membuat mereka pusing, tapi aku juga gak tau apa yang harus kulakukan. Sabar ? aku sudah sabar selama ini. Berapa tahun lagi aku akan merasakan kehampaan ini ? berapa lama lagi aku membuat diriku tersiksa ? “Kamu kenapa ?” Tanya Chris. “Gak apa – apa.” Jawabku singkat. “Jangan bohong, aku tau kamu mikirin sesuatu.” Ucap Chris. Tatapannya cukup khawatir, mungkin karena aku yang dari tadi melamun dan terlihat sedih. “Jangan sok tau. Aku gak apa – apa kok. Ni buktinya aku senyum.” Kataku sambil tersenyum kepadanya. “Iya, jangan sok tau kalau jadi orang.” Michael ikut ke dalam percakapan antara aku dan Chris. “Kamu denger gak ada binatang yang ngomong ?” Cetus Chris. Aku hanya diam dan tidak mau untuk ikut campur. “Eh, ada anjing ya di sini ? kok berisik banget sih.” Balas Michael. “Kalian bisa diam sehari aja gak ?” Tegurku kepada Michael dan Chris. Mendengar teguran yang kuberikan mereka langsung diam dan tidak saling menyindir lagi. Beberapa menit kemudian, ibu dan om Darwin sudah sah menjadi suami dan istri. Aku turut bahagia dengan pernikahan ibuku. Ya, aku bahagia. Jujur, aku benci melihat orang menikah. Setiap melihat orang lamaran atau menikah dengan senyum bahagia mereka membuatku sakit. Aneh memang, mungkin orang – orang bilang aku irian atau dengki. Mereka benar, aku iri. Aku iri akan kebahagiaan yang mereka rasakan. Tapi dengan ibu menikah itu artinya aku harus bahagia, kalau aku tidak bahagia aku akan dicap sebagai anak durhaka. Aku menoleh ke arah ayahku sebentar, aku melihat dia terlihat bahagia. Mereka sukses dengan kehidupannya masing – masing. Selamat buat mereka. Tapi aku yang belum bisa menyembuhkan rasa sakit yang sejak kecil aku rasakan dan rasa sakit itu mempengaruhi kehidupanku sekarang, termasuk percintaanku. Ayahku akan dengan mudah mendapat kekasih baru, sama seperti dulu yang dengan gampangnya mengkhianati kami berdua. Tinggal aku sekarang yang berjuang untuk hidupku, aku sendirian yang berperang dengan pikiranku. “Aku harap aku bisa merasakan apa yang mom rasakan sekarang, bahagia.” Ucapku. “Kamu bisa kok.” Chris tersenyum. “Aku juga bakalan ada terus sama kamu, di sisiku.” Balas Michael. Aku hanya tersenyum mendengar perkataan mereka berdua. Lebih tepatnya berpura - pura senyum.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN