Saat Michael sudah berangkat kerja, aku segera bersiap untuk mencari Chris. Aku langsung masuk ke mobilku dan menancapkan gas. Pencarian dimulai dari kantor Chris. Sepanjang perjalanan aku sangat cemas dan dipenuhi oleh rasa penasaran.
Di kantor Chris, aku langsung masuk ke dalam dan berbicara dengan resepsionis.
“Permisi, apakah Chris ada di kantor hari ini?” Tanyaku.
“Maaf mbak, tuan Chrisnya sedang tidak masuk kerja sejak kemarin.” Jawabnya.
“Kira – kira besok dia akan datang gak ya?”
“Untuk sementara ini perusahaan akan dipimpin sementara oleh sepupunya.”
“Memangnya Chris kemana ya?” Aku semakin penasaran dengan keberadaan Chris.
“Saya tidak tau mbak.” Jawabnya singkat.
Tidak putus asa, aku lanjut mencari Chris di rumahnya.
Aku masih heran dengan Chris, kok dia bisa menghilang begitu saja. Aku akan sangat merasa bersalah jika Chris pergi karena aku yang sudah menyakitinya.
Aku bergegas untuk pergi ke rumahnya. Aku memencet bel rumahnya tapi tidak ada jawaban sama sekali. Rumahnya terlihat sepi dan tidak berpenghuni. Aku mengintip dari jendela, bahkan di dalam rumahnya sangat gelap, tidak ada cahaya lampu sedikitpun. Mobil Chris juga tidak ada di sini.
Aku menghela nafas sebentar, aku harus tenang dan bersabar menghadapi situasi seperti ini. Aku yakin cepat atau lambat aku akan bertemu dengan Chris.
Entah kemana lagi aku harus mencari Chris, aku tidak tau aku harus bagaimana. Aku bingung. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah.
Ketika aku berjalan ke mobilku, sebuah mobil datang. Aku penasaran siapakah pengemudi mobil tersebut. Aku menghentikan langkahku dan menunggu orang tersebut keluar dari dalam mobil.
Seorang wanita keluar dar mobil menggunakan kacamata, wanita tersebut adalah Kiara.
“Kiara?”
Ia menaikkan kacamata ke atas kepalanya lalu ia menatapku dengan sinis. Kenapa Kiara bisa ke sini, aku sangat bingung, “Lu ngapain ke sini?” Tanyaku kepada Kiara.
“Loh, emang kenapa? Gak boleh?”
Kiara mendekatiku dan tersenyum sinis, “Lu pikir lu siapa, ha?”
Aku mencoba menenangkan diri agar tidak terbawa emosi, aku tidak mau suasana hatiku semakin buruk akibat Kiara. Aku memilih untuk mengabaikannya dan berjalan untuk masuk ke mobilku.
“Tunggu sebentar.” Ucap Kiara.
Aku menurunkan kaca mobil, “Ada apa?”
“Lu nyari Chris kan? Udah ketemu gak?” Tanya Kiara kepadaku.
Aku menggelengkan kepala, “Belum, emang kenapa?” Tanyaku
“Aku juga nyari dia, tapi dia tiba – tiba menghilang.” Jawab Kiara.
“Lebih baik kita nyari Chris sama – sama.” Tambahnya.
Untuk kali ini, aku setuju dengan Kiara. Aku juga tidak tau harus mencari Chris dimana lagi. Aku sekarang berada di jalan buntu, “Oke. Pakai mobilku aja.” Jawabku.
Lalu Kiara masuk ke dalam mobilku, “Sebaiknya kita pergi ke rumah orang tua Chris.” Kata Kiara.
“Rumahnya yang jauh itu?” Tanyaku.
“Iya, yang jauh itu yang di villa.” Jawab Kiara dengan nada angkuh.
Aku menancapkan Gas dan pergi menuju rumah orang tua Chris.
Hatiku tidak tenang, baru kali ini aku berada di satu mobil dengan Kiara. Di sepanjang perjalanan, dia hanya sibuk memainkan hpnya sampai – sampai keadaan menjadi sunyi dan canggung.
“Kenapa lu nyari Chris?” Tanyaku penasaran.
Kiara mengibas rambutnya, “Karena ada perlu aja.” Jawabnya singkat.
“Oh gitu.” Balasku.
Kiara memoleskan lipstik berwarna pink di bibirnya, “Gue tau kalau lu cinta sama Chris dan Michael. Mereka berdua memang sangat tampan dan berkharisma, gue gak nyalahin lu kalau lu gak bisa milih diantara mereka berdua.” Ucap Kiara.
Aku harus mengambil kesempatan sekarang, aku harus menanyakan soal cinta segitiga diantara mereka berdua, “Lu dulu pacaran ya sama Michael?” Tanyaku kepada Kiara.
Kiara mengangguk, “Iya, emang kenapa?”
“Katanya lu sama Chris dulu selingkuh ya?” Tanyaku lagi dengan penuh rasa penasaran.
“Iya begitulah, dulu gue sama Michael sedang ada masalah dan memutuskan untuk break sebentar, tapi gue malah kegoda sama Chris. Yaudah gitu sih. Masalah percintaan itu memang ribet.” Jawab Kiara sambil melihat keluar jendela.
Aku menyandarkan kepala dan menghela nafas, “Kalau gue boleh tanya, sebenarnya lu masih cinta gak sih sama mereka berdua?”
“Enggak kok. Mereka terlalu ribet untuk gue. Sekarang gue nyari Chris karena gue harus membayar hutang. Gue cuma mau berubah jadi yang lebih baik lagi.” Jawab Kiara.
“Kalau hubungan lu dengan mereka gimana?” Kiara tampaknya juga ingin tau tentang cinta segitigaku dengan dua laki – laki tampan itu.
“Kalau gue sih sekarang memang lagi pusing – pusingnya. Gue benar – benar bingung dengan keadaan yang sekarang” Ucapku.
“Sekarang gini, lu lebih cinta sama siapa?” Tanya Kiara kepadaku.
“Hmm, gak tau sih. Kayaknya Chris.” Jawabku.
“Liat aja sekarang, lu rela sejauh ini nyari keberadaan Chris karena lu takut kehilangan dia. Sebelum lu nyesal, pikir lah baik – baik soal ini semua.” Saran Kiara.
Ternyata Kiara tidak seburuk yang aku pikirkan, dia juga bisa memberikan saran yang bagus untukku.
“Gue gak nyangka loh kalau lu sebijak ini.” Kataku sambil melihat kiara.
Kiara tertawa, “Hahaha, jadi lu pikir orangnya kayak gimana ha?” Tanya Kiara.
“Judes, ala – ala mean girl gitu. Hahaha.” Jawabku.
“Dulu gue kayak gitu sih, haha.”
“Semoga aja ya, lu bakalan ketemu sama Chris. Gue senang kok kalau lu jadian dengan Chris. Dia laki – laki yang baik.” Ujar Kiara seraya tersenyum kepadaku. Aku hanya bisa membalas senyumannya tanpa berkata apapun.
Sudah hampir satu jam kami di perjalanan, akhirnya kami sampai juga di rumah orang tua Chris. Kami langsung memencet bell, namun tidak ada satupun orang yang membukakan pintu.
“Orang tuanya juga tidak ada di rumah.” Kataku seraya mengintip lewat jendela.
“Sial, kemana sih. Gue bisa aja pulang sekarang tapi gue kasian ngeliat lu nyari Chris sendirian.” Ucap Kiara sambil melipat tangannya.
“Gue bantuin lu hari ini untuk nyari Chris.” Tambahnya.
“Thanks ya, ini berarti banget buat gue.” Balasku, lalu aku tersenyum.
“Jadi selanjutnya kita kemana?” Tanyaku kepada Kiara.
“Kita ke rumah sepupunya aja, Kyle.” Jawab Kiara.
Lalu kami berdua kembali ke mobil. Kiara menunjukkan arah rumah Kyle yang jaraknya jauh dari rumah orang tua Chris.
“Gimana kabar Michael sekarang?” Tanya Kiara kepadaku.
“Baik sih.” Jawabku singkat.
“Lu udah punya pacar sekarang?” Tanyaku penasaran.
Sepertinya aku sudah bisa menanyakan hal itu kepada Kiara melihat keadaan kami yang semakin akrab.
“Udah kok, dia bukan seorang pengusaha. Dia pegawai kantoran biasa, tapi gue happy banget.” Jawab Kiara.
“Gue bahagia ngeliat lu bahagia. Meskipun kita bukan teman, tapi gue capek kalau harus bermusuhan dengan lu terus.” Balasku.
Kiara tersenyum kepadaku, “Gue juga capek. Maafin gue ya kalau selama ini ngeganggu kehidupan lu. Gue janji gak bakal kayak gitu lagi.”
“Oke, gue juga minta maaf ya kalau ada salah sama lu.” Kataku.
“Gak ada kok. Hahaha.”
Hari ini menjadi hari paling aneh di dalam hidupku, karena aku dan Kiara yang awalnya bermusuhan sekarang menjadi teman. Aku juga tidak menyangka bahwa Kiara meminta maaf kepadaku atas permasalahan kami.
Aku sangat senang karena di dalam hidupku tidak ada lagi yang namanya musuh ataupun orang yang tidak aku sukai.
Akhirnya aku dan Kiara sampai juga di rumah Kyle. Beruntungnya aku, Kyle berada di rumah saat kami datang.
Kyle yang sedang menyiram tanaman tersenyum bingung ketika melihat kami berdua datang, “Kiara? Michelle? Kalian berdua ngapain di sini?”
“Kami mau tanya soal Chris, dimana dia sekarang?” Tanya Kiara kepada Kyle.
“Di kantornya lah atau di rumahnya.” Jawab Kyle, lalu ia berjalan mendekati kami.
Aku menghela nafas, “Tolong lah jangan bohong, gue benar – benar butuh informasi mengenai keberadaan Chris.” Kataku.
“gue gak tau apa – apa sumpah, emangnya Chris pergi ya?”Tanya Kyle bingung.
“Iya. Dia gak ada di rumah ataupun di kantornya.” Jawabku.
Sepertinya Kyle juga tidak mengetahui keberadaan Chris, terlihat dari wajahnya yang malah ikutan panik dan kebingungan.
“Sepertinya dia keluar kota, tapi gue gak tau juga kemana. Itu tebakanku aja.” Kata Kyle.
“Oke deh kalau gitu.” Aku menyerah dan kembali ke dalam mobil.
Kiara memegang bahuku untuk menenangkanku, “Sudahlah, lu pasti bakal ketemu dia lagi kok.”
Aku dan Kiara memutuskan untuk pulang.
***
Jam 7 malam aku sampai di rumah Michael, untung saja Michael belum sampai di rumah. Aku tidak mau menambah masalah lagi hari ini, pikiranku sudah cukup mumet karena mencari keberadaan Chris hari ini.
Aku duduk di sofa sambil menonton film untuk menunggu Michael pulang dari kantor. Sesekali aku mencari informasi Chris lewat media sosialnya. Ia sama sekali tidak aktif sejak 2 hari lalu. Aku semakin ingin tau tentang keberadaannya sekarang. “Ah sudahlah.” Batinku.
“Aku pulang.” Ujar Michael yang baru saja membuka pintu.
Aku langsung mematikan hpku dan menoleh ke arah Michael, “Akhirnya kamu pulang juga.” Kataku seraya tersenyum.
“Liat nih aku bawa apa.” Ucap Michael sambil mengangkat tas belanjaan di tangannya.
Aku berjalan mendekatinya dan mengambil tas itu dari tangannya, “Wah Cheese cake.”
“Ayo kita makan sama – sama. Tapi kamu tunggu aku mandi dulu ya.” Kata Michael seraya membuka jasnya dan memberinya kepadaku.
“Oke, aku akan nunggu kamu di sini.” Balasku.
Michael mengusap kepalaku, “Oke.”
Lalu aku menggantungkan jasnya di lemarinya dan menunggu Michael di ruang tv.
Beberapa menit kemudian Michael keluar dari kamar hanya mengenakan kaos putih dan celana pendek. Aku lebih menyukai Michael yang mengenakan pakaian simpel seperti ini ketimbang memakai pakaian formal, menurutku ia lebih menarik dengan pakaian yang sederhana.
Aku dan Michael bersantai di ruang tv sambil memakan cheese cake yang ia bawakan tadi. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari menonton film romantis terbaru berduaan bersama orang spesial. Walaupun rasanya lebih bahagia jika aku sekarang bersama Chris.
Aku mencoba untuk menghilangkan Chris dari pikiranku sejenak dan menikmati kebersamaanku dengan Michael malam ini. Aku rasa aku boleh mencoba untuk berhubungan baik dengan Michael.
Kami berdua asik menonton film hingga di suatu momen ketika kami saling bertatapan. Lampu ruangan yang sengaja dimatikan membuat suasana lebih romantis. Michael mendekatkan wajahnya kepadaku, lalu ia menciumku dengan penuh kelembutan.
Aku memejamkan mata untuk menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh Michael. Michael melingkarkan tangannya dipinggangku dan mendekapku. Aku membalas dekapannya tersebut.
“Aku sangat menanti momen kita seperti ini.” Bisik Michael di telingaku. Lalu Michael menciumku lagi seperti tiada hari esok.
“Aku akan membahagiakanmu seperti Chris yang berhasil buat hati kamu senang.” Tambahnya.
Nama Chris terucap dari mulut Michael, membuatku semakin susah untuk melupakan Chris, tetapi aku tidak mau untuk menunjukkan bahwa aku merindukan Chris di depan Michael. Aku tidak mau membuat Michael kecewa.
“Apa kamu bahagia denganku?” Tanya Michael kepadaku.
Pertanyaan yang sulit untuk aku jawab. Ya, aku bahagia bersama Michael tetapi aku juga bahagia ketika aku bersama Chris.
“Ya, aku bahagia banget kok.” Jawabku seraya tersenyum.
“Kalau kamu? Bahagia gak sama aku?” tanyaku.
Michael mendekapku lagi, kali ini lebih erat.
“Aku bahagia banget kalau ada kamu di sisiku.”