Hadiah dari Chris

1829 Kata
Aku terdiam mendengar kalimat yang Chris ucapkan. Dia mengatakan bahwa ia ingin aku jadi miliknya. Aku juga menginginkan hal yang sama, tetapi aku masih belum yakin dengan perasaanku. Aku masih takut untuk berhubungan dengan seseorang. Lebih tepatnya aku belum siap untuk sakit hati lagi.              “Hmm. Iya.” Kataku singkat.            “Kok iya doang ?” Tanya Chris.            “Terus kamu mau aku ngomong apa lagi ?”            “Kamu gak ada perasaan apa – apa ya sama aku ?” Chris mendekatiku.            “Ya ada lah. Gak mungkin gak ada.” Jawabku.            “Tapi kok kayaknya aku susah banget ya untuk masuk ke hati kamu ?”            “Kan aku udah pernah bilang, aku belum siap untuk pacaran atau apalah itu namanya.” Jelasku.            “Iya aku tau dan aku bakal bikin kamu gak takut lagi dengan sebuah hubungan.” Kata Chris.            “Tapi sampai kapan aku bakal nungguin kamu ?” Tanya Chris.            “Udah gak usah dibahas ya.” Elakku. Lalu aku beranjak dari tempat tidur.            “Gak bisa kalau gak dibahas, aku tu sayang sama kamu.” Chris memegang tanganku untuk menahanku agar aku tidak pergi.            “Kamu mau kemana ?” Tanya Chris.            “Mau keluar. Mau nyari angin.” Jawabku.            “Tunggu. Kamu ni kenapa sih ?” Chris menghalangi jalanku.            “Aku gak apa – apa kok.” Kataku.            “Yaudah aku ikut sama kamu.” Ucap Chris.            “Chris. Aku butuh waktu untuk bisa jalanin hubungan lagi. Dan aku gak tau itu sampai kapan. Selama ini aku seneng dan bahagia banget dengan kamu, tapi aku belum bisa untuk berkomitmen sama siapapun.” Jelasku.                        Chris memegang tanganku.            “Iya, aku minta maaf kalau kamu ngerasa aku maksa kamu untuk jadi milik aku. Aku bakal temenin kamu, nungguin kamu.” Kata Chris.            “Tapi kamu sayang gak sama aku ?”            “Iya, aku sayang. Tapi aku belum siap untuk sakit hati lagi.” Jawabku.            “Oke. Rasa sayang kamu ke aku itu yang paling penting.” Chris memelukku erat.            “Yaudah, sekarang udah malam mendingan kita tidur ya.” Chris Mengusap kepalaku.            “Makasih ya udah ngertiin aku.” Ucapku.            “Iya.” Chris tersenyum.              Kami berdua langsung tidur dan beristirahat. Otakku sudah terlalu lelah untuk berfikir. Walaupun tidur hanya membuat hatiku tenang untuk sementara, tapi setidaknya aku bisa lari dari kehidupanku sebentar.              Keesokan harinya              Hari ini Chris sibuk bekerja. Aku pulang ke rumahku. Akhir – akhir ini ibu sangat jarang berada di rumah. Ia sibuk bekerja. Terpaksa aku sendirian di rumah sambil mencari pekerjaan baru untukku.                        Aku merebahkan badanku di tempat tidurku. Meskipun tempat tidurku tidak seluas milik Chris tetapi tidak ada yang bisa mengalahkan rasa nyaman yang ditimbulkan dari kasurku.              Kedamaianku pecah secara tiba – tiba ketika Michael menelfonku. Aku ragu – ragu untuk mengangkat telfonnya tetapi aku penasaran dengan apa yang akan ia bicarakan. Tebakanku ia akan menanyakan soal pesta di hotel kemarin.              “Halo.”            “Michelle, kenapa kamu pergi gitu aja kemarin ? kamu gimana sih ?” Tanya Michael.            “Maaf, aku gak betah di pesta itu kemarin.” Jawabku.            “Segampang itu kamu minta maaf ? kamu kira dengan kamu minta maaf bakal ilang masalah yang kamu buat kemarin itu ? enggak.” Murka Michael.            “Apaan sih kok kamu marah – marah gitu ? Kita kan juga gak ada perjanjian resminya, jadi aku gak apa – apa dong kalau aku pulang kemarin.” Aku membela diriku. Aku tidak mau Michael seenaknya marah padaku.            “Tapi 2 hari lalu kamu bilang kalau kamu bisa jadi pacar pura – puranya aku, kenapa kamu ngilang gitu aja ?” Tanya Michael.            “Aku ada urusan kemarin.”            “Gak peduli kamu ada urusan atau enggak. Yang penting kamu udah mau jalanin rencana itu sama aku. Sekarang kamu harus perbaiki masalah yang sudah kamu buat.”            “Masalah apa ?” Tanyaku.            “Gara – gara kamu rekan bisnis aku gak mau kerjasama.” Jawab Michael.            “Aku gak mau tau lagi urusan kamu.” Aku mematikan telfon dari Michael itu.                        Berbicara dengan Michael membuat suasana hatiku yang semula baik – baik saja menjadi hancur dan badmood. Aku akhirnya memilih untuk keluar rumah dan berjalan – jalan sendiri.              Aku pergi ke sebuah pusat perbelanjaan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumahku. Aku sudah lama tidak pergi berbelanja sendirian.                        Setelah beberapa lama aku berbelanja sendirian, Aku melihat Michael dari kejauhan yang berjalan kearahku. Aku sangat heran kenapa ia selalu tau lokasi keberadaanku.              “Michael ?”            “Michelle, kamu kenapa menghindar dari aku sih ?” Tanya Michael.            “Aku gak menghindar dari kamu kok.” Jawabku sambil berjalan entah kemana.            “Terus kalau gak menghindar tadi ditelfon kenapa kayak gitu ? kamu kan udah salah, kenapa kamu malah menghindar gitu aja ?” Michael memegang lengan tanganku.            “Aku males sama kamu Michael, bener – bener males. Pertama kamu marah sama aku gara – gara aku jalan sama Andrew, yang kedua kamu mecat aku. Terus tiba – tiba kamu muncul kayak gak punya salah apa – apa.” Jelasku.            “Kan aku udah minta maaf sama kamu. Aku juga ngasih kesempatan yang bagus loh buat kamu.” Kata Michael.            “Kamu kenapa sih gak mau banget jadi pacar aku ? setidaknya pura – pura aja.”            “Kamu gak perlu tau alasannya.”            “Kamu seharusnya bersyukur dong. Aku ada perasaan sama kamu, sedangkan cewek – cewek lain mau ngedapetin hal itu.” Michael menatapku dengan tajam.            “Aku gak peduli Michael.” Aku lanjut berjalan meninggalkan Michael, tetapi Michael menarik tanganku lagi.            “Aku yakin kok, kamu suka kan sama aku. Buktinya kamu mau tidur sama aku.” Ucap Michael.              Perkataan yang keluar dari mulut Michael membuatku emosi. Aku langsung menamparnya.            “Gak usah ngomongin itu. Alasan kenapa aku gak mau jadi pacar kamu atau pacar pura – pura kamu itu karena aku gak mau Chris sakit hati.”            “Chris ? Hahaha. Dia gak suka sama kamu Michelle. Dia gak cinta sama kamu. Sadar.” Michael tertawa.            “Jangan ganggu aku lagi.” Aku menepis tangan Michael dan pergi meninggalkannya.                        Sepanjang perjalanan pulang hatiku dipenuhi dengan rasa amarah dan emosi. Aku sudah sangat pusing memikirkan kisah cintaku yang rumit ini. Lebih baik aku menelfon teman – teman kuliahku. Aku merindukan mereka. Aku memilih untuk menelfon Harumi terlebih dulu.              “Halo Harumi.”            “Hai Michelle. Apa kabar ? gue kangen banget sama lu.” Kata Harumi.            “Gue baik kok. Lu di jepang sekarang ?” Tanyaku.            “Iya nih udah dari berbulan – bulan yang lalu. Sorry ya gak ngabarin, gue sibuk banget ngurus barang – barang.” Jawab Harumi.            “Kapan ya kira – kira kita ketemu lagi ? pusing gue disini.” Kataku.            “Yaudah liburan kesini aja. Disini banyak cowok ganteng, gak kalah dari New York.”              Ide dari Harumi ada benarnya. Sepertinya aku harus liburan sendiri. Aku harus keluar dari kota ini walaupun hanya sebentar.            “Kalau gue liburan kesana kira – kira hotel yang bagus dimana ya ?” Tanyaku.            “Gak perlu nginep di hotel segala, di rumah gue aja. Ayolah, gue kangen banget nih.” Jawab Harumi.            “Boleh deh. Gue kesana. Nanti gue kabarin lu lagi. Bye.”            “Bye.”   --              Ketika aku sudah sampai di rumah, sudah ada Chris yang menungguku. Ia duduk bersama ibuku di ruang tv. Kelihatannya mereka berbincang cukup asik sampai – sampai kehadiranku tidak mereka sadari.                        “Hai guys.” Sapaku.            “Michelle akhirnya pulang juga.” Kata ibuku.            “Chris udah nungguin dari tadi.” Lanjutnya.            “Iya. Yaudah yuk ke atas.” Ajakku kepada Chris.            “Gimana kalau kita ke rumah aku aja ?” Tanya Chris.            “Boleh juga. Ayo.” Jawabku.            “Mom aku dan Chris pergi dulu ya.”            “Iya. Hati – hati ya.” Ucap ibu.              Saat di dalam mobil Chris, ia tidak langsung menjalankan mobilnya. Chris tersenyum kepadaku tanpa mengatakan sepatah katapun.                        “Kamu ngapain ngeliatin aku kayak gitu ?”Tanyaku.            “Gak apa – apa. Kamu cantik banget soalnya.” Jawab Chris seraya memegang daguku.            “Oiya, kamu pakai ini dulu.” Chris mengeluarkan kain penutup mata.            “Buat apa ?” Tanyaku kebingungan.            “Udah nurut aja.” Chris menutup mataku menggunakan kain tadi.            “Jangan dibuka ya.” Pinta Chris.            “Oke.”              Aku penasaran dengan apa yang Chris rencanakan kepadaku. Kenapa juga ia harus menyuruhku menggunakan penutup mata. Aku jadi semakin ingin tau.              Beberapa waktu kemudian…              “Pegang tangan aku.” Pinta Chris.              Aku keluar dari mobil dengan bantuan Chris. Aku berjalan sampai Chris memerintahkan aku untuk berhenti. Chris membuka penutup mataku secara perlahan.                        “Nah. Coba liat apa yang ada di depan kamu.” Kata Chris.                        Sebuah mobil sedan berwarna hitam terparkir didepanku dengan dihiasi pita merah di atas kap mobil.            “Apa ini?” Tanyaku.            “Mobil lah. Buat kamu.” Jawab Chris.            Jawaban Chris membuat aku terkejut bukan main. Chris membelikan aku sebuah mobil. Mobil yang sangat bagus dan harganya juga tidak murah.              “Kamu ngasih aku mobil ?”            “Iya.”            “Loh, dalam rangka apa ? ini gak murah loh.” Kataku.            “Aku tau. Mobil ini spesial buat kamu. Gak dalam rangka apa – apa sih, aku cuma mau ngasih ini aja sama kamu.”            “Aku gak tega ngeliat kamu naik kendaraan umum terus.” Lanjut Chris.            “Kamu serius ngasih aku mobil ?” Tanyaku lagi untuk memastikan.            “Iya. Aku serius. Ayo dicoba dong.”              Aku dan Chris masuk ke dalam mobil. Aku di bangku supir dan Chris duduk disampingku. Aku mencoba menjalankan mobil secara perlahan – lahan. Kebahagiaan yang aku rasakan sekarang tidak bisa aku jelaskan dengan kata – kata. Aku tidak pernah menyangka bahwa Chris akan memberiku hadiah mobil mahal.                        “Kamu suka gak ?” Tanya Chris.            “Suka banget lah. Kok kamu sebaik ini sih sama aku ? kenapa Chris ?”            “Karena aku tulus sama kamu. Aku tau kamu belum siap pacaran sama aku dan aku juga gak maksa. Aku kasih kamu mobil ini emang karena aku mau ngasih aja. Kalau kamu tiba – tiba mau jadian sama aku sekarang, aku malah marah.” Jawab Chris.            “Kenapa marah ?” Tanyaku.            “Karena kalau sekarang kamu mau jadian sama aku, itu tandanya kamu mau pacaran sama aku gara – gara mobil aja. Aku mau waktu kamu nerima aku itu tulus dari hati kamu, bukan karena harta.” Jelas Chris.            “Makasih banyak ya Chris.” Aku memeluk Chris. Secara tidak sadar air mata menetes dari mataku.            “Kok kamu nangis sih ?” Chris mengusap air mata yang membasahi pipiku.            “Aku terharu. Kamu sebaik ini sama aku.”              Chris memelukku erat dan mencium bibirku.            “Michelle dengerin aku ya, aku cinta sama kamu, aku tulus sama kamu. Aku akan lakuin apa aja biar bikin kamu seneng.”            “Aku juga cinta sama kamu. Tapi aku belum siap untuk ada didalam sebuah hubungan untuk sekarang.”Kataku.            “Aku tau.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN