Mobil yang Dimas kendarai sudah sampai di depan toko milik Rayya. Sang istri sudah melepas sabuk pengaman yang sebelumnya menyilang di depan tubuhnya. "Makasih yah, Mas, untuk makan siangnya. Juga ... buket mawarnya," ucap Rayya tersenyum geli. "Sama-sama." Senyum yang sama, Dimas berikan pada istrinya itu. "Ya sudah, aku turun sekarang," ujar Rayya dengan gerakan ragu. "Ehm, ya." Anehnya, Dimas pun bak orang yang tengah dilanda jatuh cinta sampai ucapan serta gerakannya pun ikut canggung. Namun, saat Rayya sudah akan membuka pintu mobil, "Tunggu, Ra!" "Iya, Mas —?" Cepat, bibir lelaki itu sudah mendarat di bibir istrinya. Meskipun sentuhannya sangat lembut, tetapi mampu membuat sang istri terbuai karenanya. "Makasih sudah mau temani aku makan. Andai kita satu tempat kerja ya