Usai membersihkan darah dan air ketuban yang ada dilantai kamar Lexi, mbok Rum baru bisa pergi menyusul Gita ke rumah sakit. Wanita yang memang terlihat lugu, polos dan sangat apa adanya itu mengingatkannya pada sang adik yang lebih dulu berpulang karna sakit keras. Ddrrt ... ddrtt .... Baru saja mbok Rum menutup pintu utama, ponselnya yang ada didalam tas berdering cukup nyaring. Membuatnya urung mengunci pintu, merogoh tas, lalu mengambil ponselnya. Tertera nama kontak ‘Nyonya Lyli’ si penelpon. “Hallo, nyah,” sapanya, seraya menempelkan ponsel diteliga. “Bawain baju ganti sama celana mas Vado, sekalian sendalnya.” Tak mengatakan yang lain lagi, Lyli langsung memutus sambungan. Membuat Mbok Rum menghela nafas. Kembali memasukkan ponsel kedalam tas, lalu masuk lagi kedalam rumah. **