Part 18

1062 Kata
Giska menganggukkan kepala. "Tanya aja sama mereka." ucapnya saat Raia dan Kiki berjalan kea rah meja mereka. "Tanya apaan?" Raia duduk di tempatnya di samping Sandy. Sementara Kiki duduk di samping Giska. "Itu loh, waktu SMA kemarin, yang waktu ceweknya Mas Andra ke sekolah." Giska mengingatkan. "Ah, yang itu. Sumpah, itu seru banget. Kita sampe hampir masuk kesiswaan dan hampir masuk buku hitam ya." Raia menjawab dengan antusias. "Coba cerita." Pinta Sandy tak kalah antusiasnya. Raia dan Giska kemudian menceritakan adegan dimana mereka bertiga yang baru saja keluar dari gerbang sekolah dicekal oleh tiga orang perempuan yang berpakaian bebas—bukan seragam SMA seperti yang mereka kenakan. Ketiga orang itu berdiri dengan ekspresi galak dan kedua tangan terlipat di depan d**a. Salah satu dari tiga perempuan itu menunjuk-nunjuk ke arah Giska, Kiki dan Raia sebelum melangkah mendekat dan bertanya dengan kasar. "Siapa yang namanya Giska?!" dengan nada menantang. Giska memandang kedua temannya bergantian sebelum mengangkat tangan kanannya. "Saya, Mbak. Kenapa ya?" tanyanya bingung karena ia tidak mengenal siapa perempuan yang berdiri di depannya. "Kamu kenal sama yang namanya Andra Pratama?" perempuan itu kemudian menyebutkan nama kampus dan fakultas serta tingkatan Andra. Giska menganggukkan kepalanya dengan pelan dan tiba-tiba saja perempuan itu menjambak rambut Giska dengan kasar dan mengata-ngatainya dengan semua bahasa yang ada dalam kebun binatang. "Giska dituduh selingkuhannya Mas Andra, Bang." Ucap Raia saat Giska tertawa. Sandy melongo memandang Raia sementara Kiki, gadis itu tanpa ekspresi dan memilih untuk makan sambil diam. "Kita mau cegah dia supaya berhenti, tapi temennya yang dua juga megangin kita. Jadinya kita teriak minta tolong sekencang-kencangnya dan untungnya ada satpam yang melerai kita." "Terus?" tanya Sandy kepo. "Terus ya kita dibawa ke ruangan kesiswaan. Kita takut lah, guru BK nya juga wajahnya kan garang banget. Dan itu juga pertama kalinya kita masuk ke ruangan itu. Seumur sekolah, kita kan gak pernah bikin masalah, iya kan Ka?" Raia memandang Giska. Giska mengedikkan bahu. "Gak ketahuan, bukan gak pernah bikin masalah." Ralatnya yang membuat Raia melemparinya dengan irisan ketimun. Namun Sandy tidak mempertanyakannya dan tidak menegurnya juga. Toh itu sudah terjadi di masa lalu juga, dan adiknya sudah lulus tanpa masalah apapun dari sekolahnya. "Guru BK waktu itu interogasi kita. Si perempuan itu—gue lupa namanya," ucapnya lebih kepada Giska yang juga dijawab Giska dengan gelengan kepala karena dia pun lupa. "dia nuduh Giska yang enggak-enggak. Dia bilang Giska udah godain pacarnya bahkan udah berani ngelakuin hal yang enggak-enggak sama Mas Andra. "Kita kaget dong waktu itu. Lah masa iya dia mau pacaran sama kakaknya sendiri. "Raia jawab lah, kalo itu salah paham. Giska gak mungkin pacaran sama Mas Andra. Tapi perempuan-perempuan itu terus ngotot kalo Raia itu sekongkol sama Giska dan menutupi fakta kalau Giska ini emang ada main sama Mas Andra. "Guru BK awalnya bingung, trus kemudian dia nanya. 'Saya pernah pergoki kamu dijemput sama cowok pakai motor gede.' Trus disebut tuh warna motornya sama penampilan Mas Andra. Ya kita anggukin aja, karena emang Mas Andra beberapa kali jemput Giska ke sekolah kalo emang supirnya dia gak jemput atau kalau dia gak pulang bareng sama kita. "Kita gak sadar kalau itu sama aja dengan membenarkan diantara Giska dan Mas Andra ada hubungan. Si perempuan itu makin marah lah sama si Giska. Hampir dia jambak si Giska lagi. Tapi guru BK untungnya menengahi. Giska yang marah kala itu karena udah dijambak dan kembali hampir kena jambak alhasil balik nendang tulang kering si cewek, Bang." Ucap Raia yang membuat mulut Sandy membulat. "Perempuan itu nangis di tempat karena kesakitan. Kita pikir dia Cuma manja, tapi ternyata." Raia terkekeh sendiri memandang Giska sementara Giska mengalihkan pandangannya seolah tak mengerti. "Ternyata?" Tanya Sandy ingin tahu. "Kaki cewek itu retak, Bang." Jawab Raia yang membuat Sandy membelalakkan mata. "Re-retak?" tanyanya tak percaya dan memandang Raia serta Giska bergantian. "Itu gak sengaja." Jawab Giska dengan mulut mengunyah. "Dia pakai tenaga penuh waktu nendang tulangnya si cewek. Dan kayaknya tuh cewek kurang vitamin A." kekeh Raia lagi. "Dan karena tendangan Giska itulah kenapa kita hampir masuk daftar hitam sekolah. Tapi untungnya guru itu bijak, karena masalah selanjutnya tidak diperkarakan sebab memang itu urusan diluar sekolah dan si perempuan-perempuan itu yang nyerang Giska lebih dulu. jadi guru itu bilang kalo Giska Cuma membela diri." Raia masih saja terkekeh dengan momen itu. "Trus, urusan sama Andra gimana?" tanya Sandy masih tidak merasa puas. "Ya, entahlah. Mas Andra waktu itu kayak kesatria baja hitam. Datang ke sekolah naik motor trus gitu aja ke BK dan bilang semuanya. Dia bilang kalo Giska itu adiknya, bahkan dia minta guru buat cek kartu keluarga mereka untuk tahu pastinya. Dan saat itu juga, dia mutusin pacarnya di depan kita. Syukurin tuh cewek. Sok banget jadi orang." Ucap Raia lagi. Sandy hanya menyandarkan punggungnya sambil menggelengkan kepala. Tak menyangka ada kisah seperti itu di kehidupan teman lamanya dan juga adiknya. "Sejak saat itu, setiap kali punya pacar Mas Andra suka wanti-wanti ceweknya kalo cewek itu jangan mau dinomor satukan. Karena wanita pertama dalam hidupnya itu Mama, Giska dan baru ceweknya." Ucap Giska menjelaskan. "Pikir aja, mana ada cewek yang mau jadi nomor tiga. Dimana-mana mereka mau punya pacar karena mau jadi yang pertama, bukan begitu?" tanya Giska pada Raia dan Sandy yang keduanya jawab dengan anggukkan. "Trus, Andra deket sama siapa sekarang?" Tanya Sandy lagi ingin tahu. Giska menggelengkan kepala. "Sampai saat ini belum ada cewek yang dikenalin sih. Udah sekitar dua tahun kayaknya." Ucap Giska sambil mengingat. "Dua tahun? Selama itu dia jomblo?" Tanya Sandy lagi tak percaya. Giska menganggukkan kepala. "Dia kan playboy, mana tahan dia gak punya cewek." Komentar Sandy apa adanya. "Mungkin karena dia udah taubat kali." Jawab Giska santai yang direspon Sandy dengan anggukan. "Abang sendiri, sekarang pacaran sama siapa?" Tanya Giska asal, namun pria itu terdiam dan mematung begitu saja. Raia dan Kiki memandang Sandy ketertarikan penuh. "Kepo." Jawab Sandy mencoba untuk mengalihkan perhatian tiga gadis yang menatapnya dengan sorot yang berbeda. "Alah, ngaku." Seloroh Giska lagi. "Lagi jatuh cinta ya?" Tanyanya lagi. Raia menyangga dagunya dengan telapak tangan dan memandang kakaknya sambil memicingkan mata tajam. "Kenapa nanya kayak gitu?" Tanya Sandy lagi, masih berusaha menghindari tatapan ketiga gadis di depannya. "Jawab aja, Bang. Iya apa enggak." Raia menusuk paha kakaknya dengan telunjuk. "Apaan sih, kepo kalian." Ucapnya seraya bangkit berdiri. "Udah beres kan makannya. Ayo pergi. ucapnya meninggalkan meja begitu saja diikuti tatapan penasaran Raia, kikikan Giska dan sorot tak terbaca dari Kiki.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN