“Halo, Parjo!” sahut Papa Alexander tepat ketika panggilan tersambung. “Halo, Tuan. Iya, ada apa?” sahut Parjo dari seberang panggilan. “Kamu lagi mengantar istri saya keluar? Ke mana dia?” “Aduh, Tuan. Maaf, saya kurang tau. Tadi ibu minta diantar ke stasiun aja. Nggak tau lagi. Saya masih di sini. Katanya minta jemput lagi nanti sore jam empat.” Klek! Papa Alexander mengakhiri panggilan. Hendak berdamai, tapi kemarahan muncul lagi di hatinya. Kemarin dia begitu merindukan Samantha. Tapi kali ini, kecemburuan mulai bermain lagi. Mana Rose terlihat aneh. Sang istri yang selalu menyimpan rahasia, terkadang membuatnya lelah dan salah paham. ‘Kamu berhubungan lagi dengan Sam, Rose? Atau mungkin selama dua puluh tahun ini, kalian tetap berhubungan di belakangku?’ batinnya. Papa Alexander