Tatapanku nyalang pada jalanan. Motor dan mobil berlalu lalang dan suara yang diciptakan seolah nyanyian khas. Aku berada di sudut kafe yang ramai, sambil menunggu kedatangan Alka. Padahal aku nggak mempunyai popularitas apa-apa tapi sekarang aku merasa takut kalau bepergian tanpa menutup wajah. “Maaf telat, soalnya dosen ngasih tugas di akhir.” Alka langsung mendudukkan diri di depanku. “Bagaimana kasus kalian? Sudah ada titik terang?” Aku mengangguk. “Mereka sudah menemukan pelakunya tapi Tanaka belum memberitahuku siapa. Yang pasti itu adalah laki-laki dan satu orang yang lain adalah mantan teman tidur Tanaka.” “Sialan!” umpat Alka. “Mengingat itu, gue masih nggak rela lo suka sama seseorang seperti Tanaka.” “Pera–” “Gue udah tau jadi jangan dikasih tau lagi.” Tangan Alka terangkat