Kupikir aku akan pergi sendiri tanpa diantar siapa-siapa. Nyatanya begitu aku menyeret tas keluar dari kamar, Tanaka sudah menungguku tapi posisinya sedang memunggungi. Tanaka memakai celana pendak selutut dan kemeja lengan pendek. Terlihat casual namun mempesona, menurut pandangan mataku yang lagi jatuh cinta. “Kamu tidak marah padaku lagi?” tanyaku begitu mendekat. Tanaka menoleh, kukira akan menjawab tapi ternyata mengambil tasku kemudian berlalu lebih dulu. Mau nggak mau aku bergegas menyusul, meski pun agak kesulitan karena langkah Tanaka begitu lebar. Di dalam lift, aku berkali-kali melirik Tanaka tapi malangnya nggak ditanggapi. Mungkin Tanaka masih marah sekali tapi syukurlah, semarah-marahnya Tanaka ternyata Tanaka masih punya hati untuk mengantar pacarnya. Pacar? Ohiya aku lu