BAB 44

1183 Kata

“Abang bisa manjat pohon?” tanya Mei. “Rambutan di belakang rumah udah pada matang, Bang. Mei mau makan tapi nggak bisa manjat. Biasanya Bang Danis atau Bang Diyo yang manjat tapi sekarang lagi nggak ada.” Tanaka melirikku dan aku meliriknya balik. Sepertinya Tanaka ragu dengan kemampuan memanjatnya, tapi demi mengesankan di mata calon adik ipar, Tanaka mengangguk. Bahkan, Tanaka minta dibawa ke pohon rambutan detik itu juga. Oke, mari kita lihat bagaimana kemampuan manusia sombong itu. Nggak selamanya Tanaka bisa dalam segala, bisa jadi Tanaka nggak bisa manjat. Atau, siapa tau juga bisa manjat tapi nggak bisa turun. Kalau itu sampai terjadi, aku yang bakal ketawa paling kencang. “Itu, Bang!” tunjuk Mei. Kami punya satu pohon rambutan, itu pun nggak sengaja tumbuhnya dan nggak dirawat

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN