Jovanka menghembuskan napas kasar. Perempuan itu menatap keluar jendela kafe dengan tatapan kosong. Rasa lelah memenuhi matanya yang terlihat mengantuk dan seperti tidak pernah tidur setahun. Tubuhnya pegal. Hari ini seharusnya dia bisa menikmati liburannya dengan chillin with Netflix dan popcorn atau sekantong besar Doritos. Tapi semua itu hancur karena Steve, sang atasan memintanya lembur dan mengerjakan banyak proposal. Dan di sinilah dia sekarang sedang stress dan melepaskan tekanan di batinnya sambil menyesap Americano agar tetap sadar.
“Sialan banget Steve emang. Padahal karyawan lain libur kenapa gue doang yang disuruh masuk weekend gini. Memang sih dia nambahin cuan tapi kan gak gini,” Jovanka mulai ngedumel. Sementara itu Jole, temannya malah sibuk membaca buku setebal kardus Teh Gelas di hadapannya.
Jovanka mengerucutkan bibirnya ketika melirik ke arah Jole yang lebih sibuk dengan buku daripada ocehannya.
“Jole, dengerin gue gak sih!” Jovanka merebut buku dari tangan Jole dan menyingkirkannya daru gadis berambut panjang. Jole adalah definisi lain perempuan penyuka buku tapi tak harus seperti kutu buku.
“Apa sih, Jo, Ini gue belum selesai baca ih. Lagi seru juga,” Jole berusaha merebut buku dari tangan Jovanka, namun gadis itu berhasil menyembunyikan buku berjudul Believe tersebut ke belakang tubuhnya.
“Lo dengerin gue curhat dulu nanti baru gue balikin buku lo,” tukas Jovanka. Jole memijat pelipisnya pelan. Jovanka kalau ngambek susah sekali dibujuk, jadi dia mau tak mau harus menuruti permintaan sahabatnya itu. Jole menopang dagunya, memasang mimik wajah semanis mungkin seolah dia siap mendengakan segala keluh kesah hidup Jovanka.
“Jangan ngambek gitu dong, lo kalau ngambek ke gue kek ngambek ke pacar.” Gerutu Jole.
“Ya makanya dengerin kalau ada orang cerita, itu namanya mengahrgai,” Jovanka mencebikkan bibirnya.
“Gue dengerin kok,” sangkal Jole.
“Gue dengerin cerita lo kali, Jo. Lo bilang lo kesel kalau Steve nyuruh lo lembur, soal Seno pacar lo yang susah dihubungi. Soal check out an lo di Toko Kuning yang makin numpuk. Gue tuh bisa multitasking tau!”
Jovanka tidak mengelak kalau Jole benar-benar bisa multitasking. Dia mampu mengingat pembicaraan dengan cepat. Kemampuan menghafalnya sungguh luar biasa. Tak heran jika waktu kuliah Jole selalu mendapat nilai tertinggi meski dia dari luar seperti mahasiswi yang tidak niat kuliah.Jovanka mengaduk Americano di hadapannya dengan malas. Perempuan itu akhirnya mengembalikan buku yang tadi tengah dibaca oleh Jole. Jole langsung tersenyum senang.
“Hidup emang gak mudah. Tapi kalau lo nyerah semuanya kelar,” Jole menatap Jovanka dengan datar.
“Hem,” Jovanka membalas Jole dengan malas. Membahas hidup dan teori alam semesta dengan Jole adalah hal yang paling Jovanka hindari. Karena sekali Jole membuka suara tentang teroi-teori alam bisa berjam-jam dia membahasnya. Bahkan sampai Jovanka ketiduran.
“Lo percaya dunia pararel gak sih?”
Mendadak dan tiba-tiba, pembicaraan panjang Jole akan dimulai dari pertanyaan ,”Lo percaya gak sih?” lalu berlanjut ke teori-teori yang tak muat di kepala Jovanka.
“Sumpah ya sekarang gue lagi gak mood bahas teori,” Jovanka menskip pertanyaan Jole agar tak menjadi semakin panjang.
“Ih apaan sih, orang gue cuma nanya lo percaya gak sih ada dunia pararel gitu. Cuma tinggal jawab percaya atau enggak,” tukas Jole.
“Gue gak tahu apa itu dunia pararel dan sepertinya gue gak mau tahu juga. Kayaknya otak lo kebanyakan terisi sama buku tebal lo ini deh. Mending lo cari pacar gih biar hidup dan gak monoton kayak I feel I like became a zombie,” ledek Jovanka sambil menyanyikan lagu berjudul Zombie dari band yang bernama Day6.
Jole tak menanggapi omongan Jovanka tentang pacar, tapi dia justru melanjutkan ucapannya yang belum menjawab jawaban pasti dari Jovanka. “Gimana kalau jodoh lo sebenarnya ada di dunia lain?” Pertanyaan tak masuk akal kembali meluncur dari bibir Jole. Kadang pertanyaan Jole membuat Jovanka kagum karena pemikiran Jole sangat unik. Meski terkadang kebanyakan pertanyaannya tidak masuk akal.
“Maksud lo jodoh gue udah mati gitu?”
Plak!
Jole menampol kepala Jovanka,. “Gak gitu bambang. Punya temen bodoh banget sih. Serasa pengen kutukar kau dengan Doritos,” gerutu Jole
“Ya gak mati juga kali, Jo Maksud gue gimana kalau jodoh lo sebenarnya ada di dunia lain selain di sini. Bisa saja ada dunia pararel gitu atau dunia selain yang kita tinggali sekarang. Lo paham gak sih. Jadi ada dunia selain bumi yang menjalani kehidupan kayak kita meski beda gitu. Hem, susah dijelasin. Pokoknya gitu, " Jole berusaha untuk menjelaskan tapi dia malah kesusahan sendiri.
Jovanka menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Setahu gue planet yang bisa dihuni di tata surya tuh cuma bumi. Emang Mars udah Fix ya bisa dihuni. Yang lo.maksud dunia lain tuh kayak penghuni lain planet lain gitu kan ya?"
Jole ingin sekali rasanya menjambak rambut Jovanka gemas. Sementara orang yang ingin dijambak justru mengerjapkan matanya dengan polos.
"Susah emang jelasin ke lo," Jole meminum jus alpukatnya dengan tergesa.
"Gue doain jodoh lo dari dunia lain dah. Biar lo paham apa itu dunia paralel," celetuk Jole kesal.
"Woi. Seno mau gue taruh mana kali," Jovanka mengangkat jarinya. Menunjukkan sebuah cincin yang melingkar di sana. Seolah ingin mengatakan pada Jole kalau dia sudah ada yang memiliki.
"Lo yakin Seno jodoh lo?" Celetuk Jole ringan dan tanpa dipikir terlebih dahulu.
"Yakinlah, ya masa gue gak yakin sama tunangan gue sendiri." Jovanka menyunggingkan senyumnya.
"Semesta tak tertebak Jo. Lo gak bisa seyakin itu sama sesuatu. Bisa jadi lo yakin sama Seno tapi Seno gak yakin sama lo. Atau besok lo tiba-tiba saja terbangun dan jadi Tuan Putri di sebuah kerajaan gitu kita juga gak tahu," cerocos Jole.
Berhadapan dengan Jole sama dengan berhadapan dengan buku esai yang sama sekali tak Jovanka mengerti. Tapi meskipun begitu mereka sudah bertemab sejak SD. Jole yang selalu mengerti Jovanka begitu juga dengan sebaliknya. Jole itu unik. Meski pintar tapi dia tak punya satu pun teman. Sementara Jovanka pandai bergaul dengan siapapun. Keduanya mempunyai sifat yang berbeda. Tapi persahabatan mereka tetap berjalan dengan baik.
"Setidaknya untuk sekarang ini gue yakin gue cinta sama Seno, Jole," tukas Jovanka. Sementara di sisi lain ada keraguan apa Seno juga memperjuangkan dirinya sama seperti dia ingin berjuang untuk hidup bersamanya.
“Gue harap gue gak pernah ke sana. Maksudku dunia pararel seperti yang kamu bilang karena mungkin di sana gak akan ada MCD, hah gak kebayang gue . Gue gak bisa hidup tanpa MCD, Jole.”
Jovanka meringis. Jole hanya menanggapi dengan senyuman. Semoga mimpinya kemarin malam tak menjadi kenyataan. Meski cerewet dan menyebalkan dia sangat meyayangi Jovanka. Karena itu dia tidak mau kehilangan dia.