Keesokan paginya, sinar matahari lembut menyelinap melalui tirai kamar, menyapu wajah Nawa dan Alisha yang masih terbaring di bawah selimut, saling berdekapan dalam keadaan polos tanpa busana. Alisha yang tertidur nyaman dengan lengan kekar suaminya sebagai bantal perlahan membuka mata. Wajahnya memerah saat kenangan malam tadi kembali menyeruak di pikirannya. Rasa malu menyerangnya, tapi tak bisa dipungkiri bahwa ada kehangatan manis yang menyelimuti hatinya. Dengan perlahan, Alisha menatap wajah tampan suaminya yang terlelap. Pria yang sering membuat dunianya jungkir balik—kadang dingin dan angkuh, kadang posesif, tapi juga bisa menjadi sosok penuh kasih yang begitu bucin terhadapnya. Tangannya terulur, jari-jarinya menyentuh lembut setiap lekuk dan guratan wajah Nawa yang tegas. Hati